Rabu, 10 Agustus 2016

Budidaya Bandeng Organik



Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari limbah pertanian maupun kotoran ternak. Limbah tersebut dibusukkan dengan meminta bantuan organisme pengurai (Dekomposer). Setelah berubah wujud dari limbah menjadi pupuk dari hasil kerja mikroorganisme dan makroorganisme maka dapat digunakan sebagai bahan penyubur tanah. Kompos yang diproduksi dari limbah pertanian dan kotoran ternak dapat berfungsi sebagai sumber hara untuk tumbuhnya plankton, lumut dan klekap sebagai makanan alami bagi bandeng di tambak.

Ada dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda.

Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8, misalnya hijauan leguminosa, jerami padi , batang pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk.

Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk stabilkan suhu dan kelembabannya.

Berikut ini cara membuat kompos aerob:

§ Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan.

§ Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.

§ Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil. Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung.

§ Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh.

§ Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan starter mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu, naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter.

§ Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65oC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiakan jangan sampai lebih dari 4 hari. Karena berpotensi membunuh mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya.

§ Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan.

§ Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan sebagai berikut: angkat bak kayu, lepaskan dari tumpukan kompos. Lalu letakan persis disamping tumpukan kompos. Kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpukan kompos berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi batas yang ditentukan.

§ Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos hitam kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14 hari.

§ Cepat atau lambatnya berlangsung proses pengomposan tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak berbau.

§ Untuk memperbaiki penampilan dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh.

Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme.

Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%.

Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran kambing, kecuali kotoran ayam karena bisa menyebabkan muculnya bakteri ecoli . Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.

§ Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan liter air dan 5 sendok teh tetes tebu (molase). Kemudian diamkan selama 24 jam.

§ Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air.

§ Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC.

§ Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Pupuk kompos yang sudah jadi bisa langsung digunakan di tambak pada saat persiapan sebagai pupuk dasar maupun sebagai pupuk susulan. Sebagai pupuk dasar dapat diguanakan 1-2 ton perhektare, selanjutnya pupuk susulan sebanyak 500-750 kg perhektare.

Cara pemupukan dasar tambak menggunakan pupuk organik kompos yaitu disebarkan merata pada pelataran pada saat tambak kering. Lalu masukkan air hingga ketinggian 10-15 cm diatas pelataran sampai tanah tambak menjadi macak-macak. Biarkan 2-3 hari atau sampai tanah pelataran kering kembali, tetapi jangan sampai retak. Masukkan air lagi sampai ketinggian 30 cm di atas pelataran, biarkan sekitar 7-10 hari sampai tumbuh lumut dan klekap. Jika lumut dan klekap sebagai makanan alami bandeng tumbuh padat, lakukan penambahan volume air sampai ketinggian 40-50 cm lalu ditebar gelondong bandeng sebanyak 3.500 ekor perhektare.

Selama masa pemeliharaan harus selalu dipantau ketersediaan makanan alami. Jika lumut dan tanaman air lainnya mulai menipis maka air tambak disurutkan hingga ketinggian 20 cm. Biarkan ikan peliharaan mengamankan diri di parit keliling, lalu dilakukan pemupukan susulan ke seluruh pelataran tambak, biarkan pelataran tambak sampai kering, lalu masukkan air bertahap sampai tumbuh lumut dan klekap. Jika makanan alami padat kembali, lakukan penambahan volume air agar bandeng yang “berpuasa” di parit keliling (caren) dapat menyantap makanan yang ada di pelataran tambak. Pertahankan ketinggian air di pelataran tidak lebih dari 60 cm agar sinar matahari tetap menembus dasar tambak sehingga pertumbuhan lumut dan klekap terus menerus. Setelah kurang lebih 60 hari masa pemeliharaan di petak pembesaran bandeng sudah dipanen sebanyak 1.000 kg dengan ukuran size 3 ekor per kilogram.

Inovasi budidaya bandeng ini secara ekonomi menguntungkan, karena tidak perlu membeli pakan tambahan, pupuk kimia dan singkat masa pembesarannya. Besarnya biaya operasional persiklus dalam 1 hektar tambak hanya sekitar Rp.2.125.000 dengan rincian biaya gelondongan bandeng 3.500 ekor = Rp.1.225.000, bahan, alat dan operasional pembuatan pupuk bokasi 2.000 kg =Rp.750.000, saponin untuk pemberantasan hama 50 kg =Rp.150.000. Sedangkan harga bandeng size 3 ekor per kilogram Rp.11.500 sehingga hasil penjualan sebanyak Rp.11.500.000.Dengan demikian hasil kotor yang diperoleh setelah budidaya bandeng selama kurang lebih 60 hari sebesar Rp.9.375.000.

Sumber : Abdul Salam Atjo; Cyber Extension KP; http://pusluh.kkp.go.id/mfce/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar