Di lapangan, sampai saat ini masih banyak dijumpai pembudidaya ikan (dan warga masyarakat) yang gegabah ketika menebarkan benih ikan di wadah budi daya. Sering terjadi, benih ikan yang baru ditebar beberapa jam (hari) kemudian banyak yang mengapung mati. Bila hal ini terus berlanjut, tentu saja akan merugikan usaha. Lantas bagaimana solusinya ?
Harus Sabar
Bila kita sedikit saja sabar, mortalitas (tingkat kematian) benih ikan saat penebaran sebenarnya bisa ditekan dan dihindari. Selain itu, saat penebaran tersebut juga harus menggunakan teknik yang baik dan benar. Tidak boleh gegabah, hantam kromo dan langsung ditebar begitu saja. Hal ini mohon dimaklumi, karena kondisi benih ikan memang rawan. Apalagi bila benih tersebut berasal dari tempat yang jauh. Salah penanganan, nyawa (benih ikan) jadi taruhan.
Teknik penebaran benih sebenarnya cukup gampang dan dapat diterapkan oleh pembudidaya ikan di lapangan. Teknik ini, dikenal dengan nama aklimatisasi, yakni penyesuaian keadaan lingkungan. Hal ini perlu diterapkan, karena lingkungan benih (dalam wadah pengangkutan) dan lingkungan perairan (dalam wadah budi daya) umumnya berbeda. Utamanya keadaan suhunya.
Penyesuaian lingkungan ini, tidak boleh dilakukan secara mendadak. Kita harus sedikit bersabar diri dan melakukan secara bertahap. Dengan melalui tahapan ini, diharapkan benih tidak stress.
Cara Aklimatisasi
Untuk melaksanakan tahap aklimatisasi, caranya cukup mudah. Bila benih yang akan ditebarkan diangkut dalam wadah terbuka (ember, drum plastik, waskom, kreneng) tahapannya lebih singkat dan mudah. Mula-mula, wadah yang berisi benih diturunkan (diapungkan) pada perairan wadah budi daya. Wadah pengangkutan, kemudian dimiringkan dan airnya dibuang sedikit demi sedikit.
Bersamaan dengan pengurangan air di wadah pengangkutan benih ini, air dari wadah budi daya (kolam, danau, bak terpal, sawah) dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkutan. Bila kondisi air di wadah pengangkutan dan air di badah budi daya sudah, sama (air dalam wadah pengangkutan sudah terganti seluruhnya dengan air wadah budi daya), baru benih boleh ditebarkan dengan cara memiringkan wadah pengangkutan yang berisi benih.
Bila wadah pengangkutan benih menggunakan kantong plastik beroksigen (tertutup), caranya agak berbeda. Kantong plastik yang berisi benih dalam keadaan tertutup kita cemplungkan dan apungkan pada perairan wadah budi daya. Kita tunggu beberapa saat sampai terjadi pengembunan di dalam kantong plastik. Bila sudah terlihat embun, kantong plastik baru dibuka. Selanjutnya, air dalam wadah plastik tersebut dikeluarkan dan air dari wadah budidaya dimasukkan sedikit demi sedikit. Sama seperti perlakuan cara pertama.
Penebaran benih ikan dengan cara aklimatisasi tersebut memang membutuhkan waktu beberapa saat karena harus dilakukan secara bertahap. Selain melalui aklimatisasi, waktu penebaran benih sebaiknya dipilih pada waktu pagi hari atau sore hari ketika suhu air tidak terlalu tinggi. Dengan cara itu, benih ikan yang ditebarkan terhindar dari stress sehingga bisa diharapkan hidup sampai ukuran yang diinginkan.
Sumber : Agus Rochdianto, Cyber Extension KP; http://pusluh.kkp.go.id/mfce.
Harus Sabar
Bila kita sedikit saja sabar, mortalitas (tingkat kematian) benih ikan saat penebaran sebenarnya bisa ditekan dan dihindari. Selain itu, saat penebaran tersebut juga harus menggunakan teknik yang baik dan benar. Tidak boleh gegabah, hantam kromo dan langsung ditebar begitu saja. Hal ini mohon dimaklumi, karena kondisi benih ikan memang rawan. Apalagi bila benih tersebut berasal dari tempat yang jauh. Salah penanganan, nyawa (benih ikan) jadi taruhan.
Teknik penebaran benih sebenarnya cukup gampang dan dapat diterapkan oleh pembudidaya ikan di lapangan. Teknik ini, dikenal dengan nama aklimatisasi, yakni penyesuaian keadaan lingkungan. Hal ini perlu diterapkan, karena lingkungan benih (dalam wadah pengangkutan) dan lingkungan perairan (dalam wadah budi daya) umumnya berbeda. Utamanya keadaan suhunya.
Penyesuaian lingkungan ini, tidak boleh dilakukan secara mendadak. Kita harus sedikit bersabar diri dan melakukan secara bertahap. Dengan melalui tahapan ini, diharapkan benih tidak stress.
Cara Aklimatisasi
Untuk melaksanakan tahap aklimatisasi, caranya cukup mudah. Bila benih yang akan ditebarkan diangkut dalam wadah terbuka (ember, drum plastik, waskom, kreneng) tahapannya lebih singkat dan mudah. Mula-mula, wadah yang berisi benih diturunkan (diapungkan) pada perairan wadah budi daya. Wadah pengangkutan, kemudian dimiringkan dan airnya dibuang sedikit demi sedikit.
Bersamaan dengan pengurangan air di wadah pengangkutan benih ini, air dari wadah budi daya (kolam, danau, bak terpal, sawah) dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkutan. Bila kondisi air di wadah pengangkutan dan air di badah budi daya sudah, sama (air dalam wadah pengangkutan sudah terganti seluruhnya dengan air wadah budi daya), baru benih boleh ditebarkan dengan cara memiringkan wadah pengangkutan yang berisi benih.
Bila wadah pengangkutan benih menggunakan kantong plastik beroksigen (tertutup), caranya agak berbeda. Kantong plastik yang berisi benih dalam keadaan tertutup kita cemplungkan dan apungkan pada perairan wadah budi daya. Kita tunggu beberapa saat sampai terjadi pengembunan di dalam kantong plastik. Bila sudah terlihat embun, kantong plastik baru dibuka. Selanjutnya, air dalam wadah plastik tersebut dikeluarkan dan air dari wadah budidaya dimasukkan sedikit demi sedikit. Sama seperti perlakuan cara pertama.
Penebaran benih ikan dengan cara aklimatisasi tersebut memang membutuhkan waktu beberapa saat karena harus dilakukan secara bertahap. Selain melalui aklimatisasi, waktu penebaran benih sebaiknya dipilih pada waktu pagi hari atau sore hari ketika suhu air tidak terlalu tinggi. Dengan cara itu, benih ikan yang ditebarkan terhindar dari stress sehingga bisa diharapkan hidup sampai ukuran yang diinginkan.
Sumber : Agus Rochdianto, Cyber Extension KP; http://pusluh.kkp.go.id/mfce.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar