Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian untuk pengembangan produk tepung ikan. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, tepung ikan tersebut dapat meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat pada produk ikan, sehingga mampu meningkatkan pemenuhan kebutuhan protein hewani di masyarakat.
“Tadi saya dengan pak Husein (Menteri Perindustrian) baru saja memperlihatkan tepung ikan, yang dibuat dari ikan supaya disuplemenkan menjadi tepung biasa”, terang Susi.
Menteri Susi mengatakan, tepung ikan disuplemenkan kepada tepung biasa agar anak-anak Indonesia dapat mengkonsumsi protein yang cukup.
Menteri Susi mengatakan, tepung ikan disuplemenkan kepada tepung biasa agar anak-anak Indonesia dapat mengkonsumsi protein yang cukup.
“Tepung ikan untuk disuplemenkan kepada tepung biasa, supaya anak-anak kita tidak hanya makan bervitamin tapi juga makan berprotein,” papar Susi, dalam sambutannya di acara puncak perayaan Hari Ikan Nasional 2015, Lapangan Timur Senayan, Minggu (22/11).
Produk tersebut, lanjutnya, akan terus dikembangkan sebagai penunjang program ketahanan pangan Indonesia. Susi menegaskan, pola makan anak-anak Indonesia harus diubah.
Produk tersebut, lanjutnya, akan terus dikembangkan sebagai penunjang program ketahanan pangan Indonesia. Susi menegaskan, pola makan anak-anak Indonesia harus diubah.
Sementara itu, di acara yang sama, pengembang produk tepung ikan, Yogie Arie mengatakan, awalnya ide untuk memproduksi tepung ikan karena melimpahnya ikan di era Menteri Susi Pudjiastuti. Selain itu, dia memperoleh hasil riset, bahwa melimpahnya ikan di hulu, tak mampu mencukupi kebutuhan ikan di hilir. Hal ini dikarenakan, masyarakat hilir kurang suka terhadap makanan berbahan dasar ikan.
“Jadi harus ada cara untuk mengakali, bagaimana agar masyarakat hilir dapat memperoleh asupan ikan, meski tidak suka bahan ikan. Maka itu, dibuatlah tepung ikan ini’, ujar Yogi.
Tepung ikan diolah dengan teknologi hidrolizer yang steril. Sehingga mampu menjadikan bubuk ikan dengan kandungan protein hingga 90 persen. Sementara untuk proses dimasukkan ke dalam tepung, Yogi menggunakan cara fortifikasi. Yakni mencampurkan bahan tambahan yakni berupa tepung ikan ke dalam tepung terigu.
“Dijadikan ke tepung terigu, karena saya melihat masyarakat hilir menyukai produk olahan dari tepung. Entah itu bakwan, roti, mie maupun biskuit”, jelasnya.
Jadi tahapan kita pertama adalah ini masih skala lab, selanjutnya akan diuji untuk mendapat standarisasi, dan industri. Setelah itu baru bisa dilakukan penyerahan kewenangan (mandatory) untuk dilakukan kerjasama dengan perusahaan tepung terigu.
Yogi menjelaskan, penelitian tepung ikan dimulai 6 bulan yang lalu. Berbahan baku dari ikan Bandeng, karena melimpah dan merupakan jenis ikan budidaya.
Sumber: KKP; http://www.usahaumkm.com
“Jadi harus ada cara untuk mengakali, bagaimana agar masyarakat hilir dapat memperoleh asupan ikan, meski tidak suka bahan ikan. Maka itu, dibuatlah tepung ikan ini’, ujar Yogi.
Tepung ikan diolah dengan teknologi hidrolizer yang steril. Sehingga mampu menjadikan bubuk ikan dengan kandungan protein hingga 90 persen. Sementara untuk proses dimasukkan ke dalam tepung, Yogi menggunakan cara fortifikasi. Yakni mencampurkan bahan tambahan yakni berupa tepung ikan ke dalam tepung terigu.
“Dijadikan ke tepung terigu, karena saya melihat masyarakat hilir menyukai produk olahan dari tepung. Entah itu bakwan, roti, mie maupun biskuit”, jelasnya.
Jadi tahapan kita pertama adalah ini masih skala lab, selanjutnya akan diuji untuk mendapat standarisasi, dan industri. Setelah itu baru bisa dilakukan penyerahan kewenangan (mandatory) untuk dilakukan kerjasama dengan perusahaan tepung terigu.
Yogi menjelaskan, penelitian tepung ikan dimulai 6 bulan yang lalu. Berbahan baku dari ikan Bandeng, karena melimpah dan merupakan jenis ikan budidaya.
Sumber: KKP; http://www.usahaumkm.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar