Sabtu, 29 April 2017

Penyakit Ice-ice Pada Rumput Laut



Ice-ice adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii. Pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina, ditandai dengan timbulnya bintik atau bercak-bercak pada sebagian tallus yang lama-kelamaan kehilangan warna dan berangsur-angsur menjadi putih dan mudah terputus. 
Penyakit ice-ice timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah (Sudjiharno 2001). Lebih lanjut Anonim (2001), menyatakan bahwa keberadaan orthophosphate (P2O5) yang dibutuhkan dalam proses asimilasi tanaman rumput laut yang tidak mencukupi diduga sebagai salah satu penyebab atas timbulnya penyakit ice-ice. Largo et al. (1999) menyatakan bahwa penyakit ice-ice pada rumput laut disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. dimana sel-sel yang terinfeksi oleh bakteri ini mampu berkembang hanya dalam waktu 1-2 jam pada tallus yang sudah terinfeksi dan memerlukan waktu 24 jam bagi thallus yang masih sehat.

Penyakit ice-ice biasanya terjadi pada bulan April atau Mei di daerah-daerah dengan kecerahan perairan tinggi. Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur Nitrat tidak tercukupi untuk keperluan fotosintesis sehingga berakibat terjadinya perubahan warna secara nyata. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari (Kurniastuty et al. 2001).

Penyakit ‘ice-ice’ menyerang rumput laut rutin setiap tahun setelah musim hujan. Tanda-tandanya, batang rumput laut berwarna kuning, lemas kemudian jatuh ke dasar laut. Masa budidaya yang baik hanya pada waktu musim hujan. Ketika itu rumput laut sangat subur dengan batang ukuran sebesar ibu jari tangan orang dewasa. Jika rumput laut yang terserang ice-ice berwarna kuning dan hampir patah batangnya, rumput laut yang sehat berwarna kecoklatan.

Pada rumput laut yang terkena ice-ice banyak ditemukan jenis bakteri, tetapi hal tersebut adalah masalah kedua (Neish 2005). Doty (1987) mencatat bahwa penyakit ice-ice bersifat musiman dan berhubungan dengan perubahan pada musim hujan. Largo et al. (1995) menunjukkan bahwa terdapat bakteri tertentu yang dapat merangsang terbentuknya ice-ice pada tallus yang stress dan tercatat bahwa beberapa faktor abiotik (suhu, salinitas, kecepatan arus, dll) tersebut dapat menimbulkan gejala

Penyakit ice-ice sering kali terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi, dengan gejala timbulnya bintik-bintik/bercak-bercak pada sebagian tallus, namun lama-kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus. Penyakit ini menyerang Eucheuma spp. terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dan lain lain.) di lokasi budidaya dan berjalan dalam waktu yang cukup lama. Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Disamping itu dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar matahari (Anonim 2006).

Kerusakan tanaman akibat ice-ice dapat mencapai 90% sampai 100% bila kondisi serangan berlangsung lama. Kondisi ini akan diperparah karena adanya serangan sekunder dariPeryhphyton yang merupakan mikroorganisme akuatik yang umumnya berukuran planktonik, fitoplankton, maupun zooplankton. Serangan sekunder sebagai lanjutan dari kondisi seranganice-ice dapat pula dilakukan oleh bakteri patogen seperti Pseudomonas dan Staphylococus(Anggadiredja et. al. 2006).

Bio – Ekologi Patogen :
• Kasus ice-ice pada budidaya rumput laut dipicu oleh fluktuasi parameter kualitas air yang ekstrim (kadar garam, suhu air, bahan organik terlarut dan intensitas cahaya matahari).
• Pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang, penyu hijau, bulu babi dan bintang laut menyebabkan luka pada thallus, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.
• Pada keadaan stress, rumput laut akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya.
• Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri penyakit ice-ice.
• Penyebaran penyakit inidapat terjadi secara vertikal (dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.

Gejala klinis :
• Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus.
• Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih dan membusuk.

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual dan mikrobiologis.



Gambar 1. Thallus Eucheuma yang terinfeksi ice-ice



Gambar 2. Thallus Eucheuma yang terinfeksi ice-ice

Pengendalian :
• Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice.
• Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium permanganat) dengan dosis 20 ppm.
• Pemilihan lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan optimum bagi pertumbuhan rumput laut.
• Penerapan teknik budidaya yang disesuaikan dengan lingkungan perairan
• Memperhatikan musim dalam kaitannya dengan teknik budidaya yang hendak diterapkan.


Sumber :
Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
http://arsal-arsenal.blogspot.co.id/2014/06/ice-ice-pada-rumput-laut-dan-penyebabnya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar