Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis (IHHN) adalah penyekit yang disebabkan oleh Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis virus (Parvovirus). IHHNV adalah virus terkecil dari semua virus udang, karena mempunyai virion yang terkecil, tergolong DNA viruses. Virus IHHN adalah icosahendron tanpa penutup berdiameter 22 nm dengan 4,1 Kb (kilobases) ssDNA genome dan replikasi nuklir. Karakteristik tempat IHHNV didalam famili Parvoviridae (Bonami et al,1990). IHHNV pertama kali dikenal pada tahun 1981, ketika ia menunjukkan penyebab akut, epizootics catastrophic dengan tingkat mortalitas kumulatif 60-90 persen dalam budidaya juvenile P.stylirostris (blue shrimp) secara intensif dan ekstensif dengan stok yang berasal dari Mexico, Ekuador atau Panama.
Bio – Ekologi Patogen :
• Penularan dapat terjadi secara horizontal dan vertikal. Transmisi IHHNV relatif cepat dan efisien melalui luka akibat kanibalisme udang terutama pada periode lemah udang (terutama selama molting); ko-habitasi melalui transfer dalam air
• Transmisi vertikal dari induk ke larva umumnya berasal dari ovari induk betina terinfeksi (sperma jantan terinfeksi umumnya bebas virus)
• Larva yang terinfeksi IHHNV secara vertikal tidak tampak sakit, namun setelah berumur diatas 35 hari mulai muncul gejala klinis yang diikuti dengan kematian masal.
• Individu udang yang pernah terinfeksi dan resisten terhadap IHHNV akan berlaku sebagai pembawa (carrier).
• Infeksi IHHNV pada udang vannamei akan mengakibatkan pertumbuhan yang sangat beragam (mblantik), rostrum bengkok dan kutikula kasar.
Gejala Klinis :
• Nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, perubahan warna kulit/karapas dan perubahan tingkah laku
• Berenang di permukaan secara perlahan, hilang keseimbangan dan bergerak berputar dan selanjutnya tenggelam perlahan dalam posisi terbalik
• Bercak-bercak putih terutama antara segmen eksoskeleton dan karapas
• Udang yang sekarat umumnya berwarna merah kecoklatan atau pink
• Populasi udang dengan gejala-gejala tersebut umumnya akan mengalami laju kematian yang tinggi dalam tempo 3-10 hari.
Diagnosa :
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Gambar 1. Udang vannamei yang terinfeksi Infectious Hypodermal & Haematopoietic Necrosis (IHHN) sejak awal (vertical transmission), pertumbuhannya tidak seragam (mblantik)
Gambar 2. Udang vannamei yang terinfeksi Infectious Hypodermal & Haematopoietic Necrosis (IHHN) pada saat pemeliharaan di tambak (horizontal transmission), pertumbuhannya tidak seragam (mblantik)
Gambar 3. Udang vannamei yang terinfeksi Infectious Hypodermal & Haematopoietic Necrosis (IHHN), mengalami deformitis pada rostrum (bengkok)
Pengendalian :
• Belum ada teknik pengobatan yang efektif, oleh karena itu penerapan biosecurity total selama proses produksi (a.l penggunaan benur bebas IHHNV, pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu, stabilitas kuialitas lingkungan) sangat dianjurkan.
• Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang (misalnya aplikasi mikroba esensial: probiotik, bacterial flock, dll.).
• Sanitasi pada semua peralatan dan pekerja dalam semua tahap proses produksi.
• Desinfeksi suplai air dan pencucian dan/atau desinfeksi telur dan nauplius juga dapat mencegah transmisi vertikal
• Pemberian unsur imunostimulan (misalnya suplementasi vitamin C pada pakan) selama proses pemeliharaan udang
Sumber :
Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
Wiwin Wiyani; Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKementerian Kelautan dan Perikanan,
Gambar 3. Udang vannamei yang terinfeksi Infectious Hypodermal & Haematopoietic Necrosis (IHHN), mengalami deformitis pada rostrum (bengkok)
Pengendalian :
• Belum ada teknik pengobatan yang efektif, oleh karena itu penerapan biosecurity total selama proses produksi (a.l penggunaan benur bebas IHHNV, pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu, stabilitas kuialitas lingkungan) sangat dianjurkan.
• Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang (misalnya aplikasi mikroba esensial: probiotik, bacterial flock, dll.).
• Sanitasi pada semua peralatan dan pekerja dalam semua tahap proses produksi.
• Desinfeksi suplai air dan pencucian dan/atau desinfeksi telur dan nauplius juga dapat mencegah transmisi vertikal
• Pemberian unsur imunostimulan (misalnya suplementasi vitamin C pada pakan) selama proses pemeliharaan udang
Sumber :
Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
Wiwin Wiyani; Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKementerian Kelautan dan Perikanan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar