Sabtu, 29 April 2017
Penyakit Vibriosis pada Ikan
Vibriosis merupakan suatu penyakit pada ikan yang disebabkan oleh kelompok bakteri Vibrio sp. yang banyak terdistribusi di air bersih, air terpolusi, air laut kecuali yang salinitasnya tinggi, mikroflora dalam usus, ginjal dan darah ikan. Penyakit ini sering menyerang pada budidaya ikan air laut, air payau dan air tawar.
Vibrio sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang panjang atau lengkung, berukuran 0,5-2,0 µm dapat bergerak karena mempunyai 2-3 flagela polar pada spesies tertentu (Duijn, 1973). Strain virulen biasanya menyebabkan wabah penyakit yang berhubungan dengan perubahan lingkungan, stres, perubahan suhu yang mendadak, handling yang kasar, penurunan oksigen, umur ikan, suhu tinggi, kandungan oksigen yang rendah dan kepadatan populasi (Roberts, 1989; Bowser, 1999).
Gejala klinis penyakit Vibriosis bentuk akut pada ikan dewasa ditandai dengan warna kulit kusam disertai hilang nafsu makan, letargi dengan hemoragi dipangkal sirip dengan fin rot yaitu kerusakan kulit dengan tepi merah atau putih karena infeksi sekunder jamur. Pada dinding abdomen, organ viseral, jantung, dan kulit terjadi hemoragi difus, membengkak, distensi abdomen dengan asites. Penyebaran penyakit cepat dan ikan mati dalam 2-3 hari dengan mortalitas tinggi (Austin dan Austin, 1987; Prescott, 2001). Biasanya dalam keadaan stres ikan tampak berwarna kusam (gelap) dengan hemoragi kutan pada sirip dan ekor, insang pucat (Prescott, 2001), hemoragi tersebut memborok sampai terjadi lesi di kulit (Browser, 2002). Saat nekropsi terlihat kongesti dengan hemoragi diseluruh permukaan organ internal dan cairan serosanguinus pada ginjal dan limpa yang membengkak (Roberts, 1989).
Bio – Ekologi Patogen :
• Bakteri pada ekosistem air laut, dan vibirosis masih merupakan masalah utama bagi industri budidaya ikan laut.
• Kasus vibriosis dapat terjadi sepanjang tahun, namun umumnya terkait dengan stress akibat penanganan, kepadatan tinggi ataupun perubahan cuaca yang ekstrim.
• Tingkat kematian ikan pada stadia larva hingga ukuran fingerling yang terserang bakteri ini dapat mencapai 80-90%.
Gejala Klinis :
• Lemah, hilang nafsu makan, berenang di permukaan air, dan warna kulit buram.
• Inflamasi pada anus, insang, mulut, pangkal sirip, yang diikuti dengan perdarahan dan lepuh pada permukaan tubuh, serta luka terbuka.
• Pada infeksi lanjut terjadi perdarahan pada mulut dan pangkal sirip, ekses lendir pada insang, dropsy, warna hati pucat, dan mata membengkak.
Diagnosa :
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.
Gambar 1. Ikan bandeng yang menderita penyakit vibriosis, terlihat adanya bercak-bercak merah di seluruh permukaan tubuh
Gambar 2. Ikan kerapu yang menderita penyakit vibriosis, mengalami kerusakan yang serius pada sirip
Gambar 3. Benih ikan kakap yang menderita penyakit vibriosis, mangalami erosi pada pelipatan batang ekor akibat infeksi bakteri Vibrio spp. dan/atau diperparah dengan kanibalisme.
Pengendalian :
• Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Menghindari terjadinya stress (fisik, kimia, biologi)
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)
• Membatasi dan/atau mengatur pemberian pakan dan mencampur pakan dengan obat-obatan (medicated feed and feed restriction)
• Melakukan vaksinasi anti vibriosis.
Sumber :
Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
http://tentanghewan.com/vibriosis-pada-ikan/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar