Aphanomyces invadans yang merupakan penyebab penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) ini mampu tumbuh dan berkembang sangat invasif di dalam tubuh ikan air tawar dan atau payau, mengakibatkan luka ulcer dan memicu respon granuloma. Gejala klinis pada ikan yang terinfeksi A. invadans dimulai dari bagian dermis terlihat ptechie seperti bintik merah pada permukaan tubuh, kepala, operculum, dan pangkal sirip renang.
Selanjutnya bintik merah meluas hingga menimbulkan lesi dibagian dermis dan menembus lapisan otot daging pada stadia lanjut. Lesi pada kulit secara cepat berkembang menjadi luka terbuka/borok yang besar, pada beberapa jenis ikan pada stadia ini mulai mengalami kematian (Pusat Karantina Ikan, 2012)
Bio-Ekologi Patogen :
• Merupakan penyakit borok (ulcer) disebabkan infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
• Spora cendawan menginfeksi permukaan tubuh ikan, sehingga menimbulkan borok.
• Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu, gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
• Tingkat kematian berkisar antara 20-80%
Gejala Klinis :
• Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
• Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke permukaan dan hiperaktif.
• Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.
Diagnosa :
• Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
• Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
• Secara histopatologis ditemukan adanya hifa cendawan yang terletak di tengah sel granuloma pada jaringan di bawah luka/borok.
Gambar 1. Ikan gurame (Osphronemus gouramy) yang mengalami luka akibat terserang penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)
Gambar 2. Luka/borok yang serius pada ikan belanak (Mugil spp.) akibat terserang penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)
Pengendalian :
• Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
• Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
• Persiapan wadah/kolam secara higienis dan steril terhadap keberadaan spora cendawan tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.
Sumber :
Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
http://gis.bkipm.kkp.go.id/edis/?mod=jamur&id=NzQ=
Bio-Ekologi Patogen :
• Merupakan penyakit borok (ulcer) disebabkan infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
• Spora cendawan menginfeksi permukaan tubuh ikan, sehingga menimbulkan borok.
• Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu, gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
• Tingkat kematian berkisar antara 20-80%
Gejala Klinis :
• Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
• Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke permukaan dan hiperaktif.
• Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.
Diagnosa :
• Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
• Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
• Secara histopatologis ditemukan adanya hifa cendawan yang terletak di tengah sel granuloma pada jaringan di bawah luka/borok.
Gambar 1. Ikan gurame (Osphronemus gouramy) yang mengalami luka akibat terserang penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)
Gambar 2. Luka/borok yang serius pada ikan belanak (Mugil spp.) akibat terserang penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)
Pengendalian :
• Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
• Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
• Persiapan wadah/kolam secara higienis dan steril terhadap keberadaan spora cendawan tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.
Sumber :
Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
http://gis.bkipm.kkp.go.id/edis/?mod=jamur&id=NzQ=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar