Selasa, 26 Januari 2021

Pembenihan - Memproduksi Benih

Pembenihan ikan air tawar merupakan salah satu usaha yang bisa ditekuni untuk mensuply permintaan benih yang semakin meningkat. Usaha pembenihan dapat dilakukan pada luas lahan dan wadah yang terbatas serta merupakan usaha yang periode waktunya pendek. Dalam modul ini dijelaskan bagaimana cara pembenihan lele, mulai dari memproduksi ikan matang gonad, memproduksi telur, memproduksi larva sampai memproduksi benih.
Pembenihan ikan merupakan salah satu bagian dari kegiatan budidaya ikan dengan cara mengawinkan indukan untuk mendapatkan anakan yang siap dipasarkan. Cara Pembenihan Ikan yang Baik adalah cara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety

Memproduksi Benih
Untuk memperoleh benih yang berkualitas dan bermutu maka harus memperhatikan hal - hal sepeti menyiapkan wadah dan media, menebar benih, mengelola air, memberi pakan, mengukur laju pertumbuhan dan pemantauan kesehatan ikan, memanen benih dan menghitung tingkat kelulusan hidup.

A. Menyiapkan Wadah dan Media

Wadah pemeliharaan benih lele yang sesuai SNI, dapat berupa kolam tanah/tembok.

Prosedur kerja :
1. Bersihkan wadah pemeliharaan benih dan biarkan kering selama 2 - 3 hari.
2. Lakukan pemupukan dan pengapuran menggunakan pupuk, kapur dengan dosis sesuai SNI yang disesuaikan dengan tahapan pendederan (lihat tabel).
3. Tebar pupuk dan kapur ke permukaan dasar wadah/kolam.
4. Isi air ke dalam wadah dengan cara menutup saluran pembuangan air dan membuka saluran pemasukan air.
5. Isi air sampai ketinggian 10 cm, biarkan selama 2 - 3 hari agar pakan alami tumbuh.
6. Selanjutnya, isi air kembali sampai ketinggian sesuai SNI, yaitu untuk benih lele dengan ketinggian air 50 - 70 cm.

B. Menebar Benih

Prosedur Kerja :
1. Lakukan penebaran benih yang disesuaikan dengan tahapan pendederan dengan ukuran dan padat tebar sesuai SNI yaitu :
a. Pendederan I menggunakan larva berumur 5 hari yang merupakan hasil panen dari kolam penetasan telur. Pemeliharaan benih dari tingkat larva sampai ke tingkat benih ukuran 1 - 3 cm
b. Menyeleksi benih hasil pendederan I berdasarkan ukuran yang sama.
c. Pendederan II menggunakan benih hasil panen dari pendederan I. Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1 - 3 cm sampai ke tingkat benih ukuran 3 - 5 cm.
d. Pendederan III menggunakan benih hasil panen dari pendedaran II. Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3 - 5 cm sampai ke tingkat benih ukuran 5 - 8 cm.
e. Pendederan IV menggunakan benih hasil panen dari pendedaran III. Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 5 - 8 cm sampai ke tingkat benih ukuran 8 - 12 cm.
f. Melakukan penebaran pada saat pagi hari pukul 07.00 atau sore hari pukul 17.00

2. Sebelum benih ditebar ke dalam wadah pendederan, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi pada benih. Hal ini bertujuan agar benih dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. 

Cara aklimatisasi adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan wadah penampung (baskom) yang berisi benih ke dalam wadah pemeliharaan dan biarkan selama 15 menit agar suhu air dalam baskom sama dengan suhu air dalam wadah pemeliharaan.
b. Selanjutnya, memasukkan air dari wadah pemeliharaan sedikit demi sedikit ke dalam baskom.
c. Kemudian baskom dimiringkan dan membiarkan benih keluar dengan sendirinya.
 


Gambar 8. Menebar benih ke dalam wadah pemeliharaan

Cara lain dalam aklimatisasi benih yaitu:
a. Bila pengepakannya menggunakan kantong plastik, masukkan kantong plastik ke dalam wadah pemeliharaan sampai terdapat uap air dalam kantong agar suhu air dalam kantong sesuai dengan suhu air dalam wadah pemeliharaan.
 


Gambar 9. Memasukkan kantong plastik ke wadah pemeliharaan

b. Membuka kantong plastik dan masukkan sedikit demi sedikit air dari dalam kolam ke dalam kantong plastik.

 

Gambar 10. Membuka kantong plastik

c. Kemudian plastik dimiringkan dan membiarkan benih keluar dengan sendirinya.





Gambar 11. Memiringkan kantong plastic

d. Jika suhu air dalam kantong dan suhu air di dalam wadah sudah mendekati sama maka ikan dapat segera ditebar.
e. Umumnya jika suhu telah sesuai benih ikan akan keluar dengan sendirinya.

Tabel 9. Proses produksi benih ikan lele pada tingkatan pendederan sesuai SNI 

 

No

 

Kriteria

 

Satuan

Pendederan

I

Pendederan

II

Pendederan

III

Pendederan

IV

1.

Pupuk organik

g/m2

500

200

200

150

2.

Kapur tohor

g/m2

50

50

50

50

3.

Ukuran benih

cm

0,75 - 1

1 – 3

3 - 5

5 - 8

4.

Padat tebar

ekor/m

²

100

50

25

20

5.

Pakan

 

 

 

 

 

 Tingkat pemberian

 

%

 

20

 

10

 

5

 

3 - 4

 Frekuensi

kali/ha ri

2

3

3

3

6.

Waktu

pemeliharaan

 

hari

 

20

 

40

 

54

 

75

7.

Sintasan

%

60

70

80

80

8.

Ukuran panen

cm

1 - 3

3 – 5

5 - 8

8 - 12



C. Mengelola Air
Kualitas air dalam pemeliharaan benih harus tetap terjaga, sebab benih sangat rentan terhadap perubahan kualitas air. Kualitas air yang buruk dapat merupakan salah satu faktor timbulnya serangan penyakit pada benih yang dapat mengakibatkan kematian.

Prosedur kerja :
1. Lakukan pergantian air setiap hari sebanyak 10 - 15 % dari volume air dengan cara membuka saluran pengeluaran air.
2. Lakukan penyiponan setiap hari untuk membuang feses, sisa pakan atau kotoran yang mengendap di dasar wadah.
3. Air yang terbuang pada saat penyiponan diganti dengan air baru yang memiliki kualitas dan kuantitas yang sama dengan air media pemeliharaan.
4. Lakukan pengukuran parameter kualitas air secara visual.

Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, oksigen terlarut, pH, kecerahan.

Tabel 10. Kriteria kualitas dan kuantitas air sesuai SNI 

No

Ikan lele

1.

Suhu : 25 - 30 °C

2.

Nilai pH : 6,5 - 8,6

3.

Laju pergantian : 10 - 15 % per hari

4.

Ketinggian air : 50 - 70 cm

5.

Kecerahan : 25 - 35 cm


a. Pengukuran suhu
Frekuensi dan waktu pengukuran suhu air dilakukan sesuai SNI yaitu dengan menggunakan thermometer di permukaan dan dasar wadah dengan frekuensi dua kali per hari pada pagi jam 06.00 dan siang jam 14.00. 

Prosedur pengukuran suhu :
1) Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.
2) Celupkan thermometer ke dalam air kolam pemeliharaan yang akan diukur suhunya. Thermometer dicelupkan sampai seluruh bagian thermometer terendam selama ± 5 menit dengan cara membelakangi matahari dan hindari kontak langsung dengan tangan.
3) Angkat kembali thermometer.
4) Amati dan baca angka yang ditunjukkan oleh skala thermometer.
5) Skala yang ditunjukkan dicatat, yang merupakan nilai suhu hasil pengukuran.

b. Pengukuran pH (derajat keasaman)
Frekuensi dan waktu pengukuran pH dilakukan sesuai dengan SNI, yaitu dengan menggunakan kertas indikator lakmus atau pH meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.

Prosedur pengukuran pH dengan pH meter :
1) Buka tutup pH meter.
2) Geser tombol yang terdapat dibagian atas pH meter dan tunggu sampai angka yang ditunjukkan pH meter menunjukkan 0.0.
3) Celupkan ujung pH meter ke dalam air kolam pemeliharaan dan tunggu sampai angka yang terdapat pada pH meter stabil.
4) Amati dan membaca angka yang ditunjukkan pH meter kemudian catat.

Prosedur pengukuran pH menggunakan kertas lakmus :
1) Ambil satu lembar kertas lakmus kemudian celupkan ke dalam air kolam budidaya.
2) Keringkan dengan cara mengangin-anginkan kertas lakmus sampai perubahan warna yang tertera pada kertas lakmus tetap.
3) Cocokkan kertas lakmus tersebut dengan warna standar pada pH indikator yang sudah diketahui nilai pHnya. Warna yang sesuai dengan warna yang ditunjukkan pH indikator adalah nilai pH yang diukur.

c. Pengukuran oksigen terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.

Prosedur pengukuran DO :
1) Lakukan kalibrasi sebelum digunakan yaitu dengan menekan tombol nol pada saat kalibrasi sensor tidak dipasang terlebih dahulu.
2) Celupkan sensor DO meter ke dalam media pemeliharaan.
3) Catat angka yang tertera pada layar yang merupakan hasil pengukuran.

d. Kecerahan
Untuk mengukur kecerahan air menggunakan secchi disk dengan satuan meter atau cm dilakukan setiap hari pada siang hari pukul 12.00. 

Cara pengukurannya, yaitu :
1) Masukkan sechi disk ke dalam air yang akan diukur kecerahannya.
2) Turunkan perlahan hingga piringan yang berwarna putih tidak tampak. Catat kedalaman air ketika pertama kali piringan sechi terlihat menghilang (nilai H).
3) Naikkan kembali sechi disk secara perlahan. Mencatat kedalaman air ketika pertama kali piringan berwarna putih nampak (nilai T).
4) Hitung nilai kecerahan (C) dengan rumus sebagai

berikut :



D. Memberi Pakan
Agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh dengan baik, maka harus dilakukan pemberian pakan secara teratur dan pakan yang diberikan pun harus memiliki kualitas baik. Kandungan protein pakan buatan yang diberikan untuk pertumbuhan benih ikan lele yang sesuai SNI, yaitu > 30 %. 

Prosedur kerja :
1. Lakukan pemberian pakan buatan pada benih ikan sesuai dengan bukaan mulut berupa pellet dengan dosis dan frekuensi pemberian pakan sesuai dengan SNI (lihat tabel 11 dan 12).
2. Hitung kebutuhan pakan per hari berdasarkan bobot biomassa. 

Langkah - langkahnya sebagai berikut :
a. Mengambil sampel ikan secara hati - hati pada pagi atau sore hari menggunakan seser mesh size 1 - 1,5 mm berbahan halus.
b. Sampel ikan yang diambil sesuai dengan SNI, yaitu minimal dari 30 ekor ikan sampel atau 10 % dari populasi.
c. Menimbang sampel ikan per individu. d. Menghitung bobot biomassa larva ikan

Dari data sampling diketahui bobot rata - rata benih dan jumlah benih yang ditebar pada awal pemeliharaan. Menghitung bobot biomassa benih ikan dengan rumus sebagai berikut :

BM = Nt x Wt

Keterangan :
BM = Bobot biomassa (g atau kg) Nt = Populasi (ekor)
Wt = Bobot rata-rata (g atau kg)

e. Menentukan jumlah populasi (Nt) dengan cara menghitung ikan yang mati dengan rumus :

Nt = No – D

Keterangan :
Nt = Populasi waktu t (ekor)
No = Jumlah ikan yang ditebarkan (ekor) 
D = Jumlah ikan yang mati (ekor)

f. Menentukan bobot rata - rata benih dari hasil sampling.
g. Menetapkan dosis pemberian pakan (feeding rate) sesuai SNI.
h. Menetukan jumlah pakan harian, yang dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah pakan harian (kg) = FR x BM

Keterangan :
FR = Feeding rate (%)
BM = Bobot biomassa (kg)

3. Pakan yang sudah dihitung dibagi dengan frekuensi pemberian pakan.
4. Kemudian, timbang menggunakan timbangan.
5. Tampung pakan hasil timbangan dengan menggunakan baskom plastik.
6. Berikan pakan tersebut dengan cara menebar secara merata sedikit demi sedikit ke permukaan kolam.

E. Mengukur Laju Pertumbuhan dan Pemantauan Kesehatan Ikan
Melakukan pengukuran laju pertumbuhan dan pemantauan kesehatan ikan setiap 10 hari sekali yang bertujuan untuk mengetahui bobot benih agar dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan selanjutnya dan dapat diketahui juga kondisi kesehatan benih ikan yang dipelihara.

Prosedur kerja :
1. Ambil sampel benih secara acak sebanyak 10 % dari populasi benih yang dipelihara.
2. Timbang benih per individu dengan menggunakan timbangan.
3. Ukur panjang benih per individu dengan menggunakan penggaris.
4. Hitung rata - rata bobot dan panjang benih.
5. Amati sampel benih secara visual untuk memeriksa adanya gejala penyakit.
6. Amati sampel benih secara mikroskopik dilaboratorium untuk memeriksa adanya penyakit baik yang disebabkan parasit, jamur dan bakteri.
7. Lakukan pencegahan penyakit dengan cara sebagai berikut:
a. Melakukan persiapan lahan (kolam tanah) yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan.
1) Pengeringan dilakukan selama 3 minggu sampai dasar kolam retak - retak yang bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit.
2) Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit.

b. Melakukan persiapan wadah yang benar (kolam beton, fiberglass) dengan cara :
1) Mensterilkan wadah menggunakan diterjen sebanyak 30 ppm.
2) Selanjutnya, merendam wadah dengan kaporit 100 ppm selama 1 hari.
3) Membilas dengan air sampai bersih.

c. Merendam benih yang akan ditebar ke dalam wadah pemeliharaan dengan larutan garam 500 mg/l selama 5 menit.
d. Menghindari penebaran benih ikan secara berlebihan melebihi daya dukung kolam pemeliharaan.
e. Mengganti air secara secara teratur.
f. Memberikan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas.
g. Menerapkan sistem biosecurity pada area budidaya dengan cara :
1) Melakukan pemagaran keliling pada bagian terluar dari batas lokasi unit pembenihan.
2) Menyimpan bahan kimia dan obat - obatan pada tempat yang terpisah dengan kondisi sesuai petunjuk teknis.
3) Menggunakan sepatu boot, sarung tangan dan penutup hidung selama melakukan pengobatan ikan.
4) Meletakkan tempat pencuci tangan dan foot bath di pintu masuk area budidaya.
5) Merendam peralatan budidaya dalam larutan kaporit selama semalam sebelum digunakan. Cuci dan bilas peralatan hingga bersih, sebelum digunakan kembali.
6) Mencuci kolam pada setiap akhir panen menggunakan diterjen, lalu rendam dengan larutan kaporit 100 ppm selama semalam. Bilas dengan air sampai bersih sebelum digunakan kembali.

h. Menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan dengan melakukan treatment probiotik secara teratur sebanyak 0,3 ppm setiap hari.
i. Meningkatkan ketahanan tubuh benih ikan melalui aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin dan pemberian probiotik yang dicampur pada pakan dengan dosis sesuai pada label kemasan.
1) Pisahkan benih ikan mempunyai gejala penyakit dengan benih ikan yang sehat.
2) Obati benih yang terserang penyakit dengan obat sesuai dengan penyakit yang menyerang.
3) Lakukan pengobatan dengan cara perendaman selama 24 jam. Pengobatan dilakukan selama 3-5 hari berturut - turut dengan selang waktu sehari menggunakan obat yang terdaftar dan tidak dilarang serta dosis yang sesuai SNI (lihat tabel 11).

Tabel 11. Jenis dan dosis obat sesuai SNI 01.6484.2-2000 

No

Obat

Dosis (mg/l)

Penyebab penyakit

1.

Kalium permanganate

1 3

Protozoa, jamur

2.

Garam

500 1000

Protozoa, jamur



Langkah - langkah dalam pengobatan benih ikan yang terserang penyakit :
a. Menyiapkan wadah untuk pengobatan ukuran 1x2 m. b. Mengisi air setinggi 30 cm.
c. Sebelum mengobati ikan sebaiknya gunakan perlengkapan khusus seperti baju, sarung tangan dan masker.
d. Menyiapkan obat sesuai dengan penyakit ikan.
e. Memasukkan aerasi ke dalam wadah pengobatan.
f. Melarutkan obat ke dalam air dalam wadah pengobatan dengan dosis sesuai SNI.
g. Memasukkan benih ikan yang terserang penyakit.

F. Memanen Benih

Prosedur kerja :
1. Lakukan pemanenan benih pada pagi dan sore hari.

Langkah - langkahnya sebagai berikut :
a. Menyiapkan peralatan panen seperti saringan, waring, seser mesh size 1 - 1,5 mm, ember/bak plastik volume 20 liter, bak penampungan, aerasi.
b. Memasang saringan pada saluran pengeluaran air bagian dalam.
c. Mengurangi air dalam kolam pemeliharaan secara perlahan sampai benih terkumpul pada kobakan.
d. Menangkap benih yang terkumpul pada kobakan dengan menggunakan seser benih.
e. Menampung benih dalam ember/bak plastik yang telah diisi air 1/3 bagian.
f. Mengangkut benih yang ada dalam ember/bak plastik menuju ke bak penampungan.

2. Lakukan seleksi ukuran (grading) berdasarkan ukuran benih yang sama.
3. Hitung jumlah benih dengan cara dihitung langsung atau sampling. Cara menghitung benih secara sampling, yaitu : a. Menangkap benih dengan skopnet halus atau ayakan kecil biarkan selama 10 detik agar airnya turun.

b. Memasukkan benih dalam ke dalam wadah takaran
c. menghitung benih satu per satu dalam wadah takaran tersebut.
d. Menakar seluruh benih.
e. Menghitung jumlah benih total dengan rumus :

Benih total = BT x T

Keterangan :
BT = jumlah benih per takaran
T = jumlah total takaran benih

4. Tampung benih berdasarkan ukuran ke dalam bak/hapa penampungan selama 1 - 2 hari tanpa diberi makan.
5. Lakukan pengemasan benih menggunakan kantong plastik kapasitas 20 - 200 liter. Tahapan dalam melakukan pengemasan adalah :
a. Mengisi air ke dalam kantong plastik sebanyak 1/3 bagian.
b. Menghitung jumlah benih sesuai permintaan konsumen.
c. Memasukkan benih ke dalam kantong plastik dengan jumlah sesuai dengan ukuran benih. Ukuran 1 - 3 cm jumlahnya 1.000 ekor/kantong, 3 - 5 cm = 500 ekor/kantong, 5 - 8 cm = 250 ekor/kantong dan ukuran 8 - 12 cm = 100 ekor/kantong.
d. Memasukkan oksigen menggunakan selang sampai 2/3 bagian ke dalam kantong plastik atau dengan perbandingan air dan oksigen adalah 1 : 3.
e. Mengikat kantong plastik dengan karet gelang.
f. Menampung kantong plastik ke dalam Styrofoam dengan posisi tidur.
g. Apabila waktu perjalanan lebih dari 6 jam, sebaiknya suhu di dalam wadah lebih rendah, yaitu sekitar 22 - 24 °C dengan cara menaruh es yang telah terbungkus plastik di atas kantong - kantong yang berisi benih ikan.
h. Menutup Styrofoam dan lakban dengan rapat.

6. Angkut Styrofoam ke dalam alat transportasi secara perlahan.
7. Tata styrofoam dengan rapi maksimal 3 tumpuk.
8. Benih ikan siap didistribusikan dengan alat transportasi.
9. Distribusi benih juga dapat dilakukan dengan bak fiber terbuka ukuran 1 x 1 x 1 m yang dilengkapi dengan aerator.

G. Menghitung Tingkat Kelulusan Hidup (Survival Rate)

Untuk menghitung tingkat kelulusan hidup (Survival rate) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :



Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan yang ditebar (ekor)


Referensi
  • http://www.pusdik.kkp.go.id/uploads/files/1._Pembenihan_Ikan_Air_Tawar_.pdf
  • ......2012, Modul Teaching Factory, Pembenihan Ikan Air Tawar, Puslatluh, BRSDM-KP



1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000 :d
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q :-* (f) (f) (f)

    BalasHapus