Pembenihan ikan air tawar merupakan salah satu usaha yang bisa ditekuni untuk mensuply permintaan benih yang semakin meningkat. Usaha pembenihan dapat dilakukan pada luas lahan dan wadah yang terbatas serta merupakan usaha yang periode waktunya pendek. Dalam modul ini dijelaskan bagaimana cara pembenihan lele, mulai dari memproduksi ikan matang gonad, memproduksi telur, memproduksi larva sampai memproduksi benih.
Pembenihan ikan merupakan salah satu bagian dari kegiatan budidaya ikan dengan cara mengawinkan indukan untuk mendapatkan anakan yang siap dipasarkan. Cara Pembenihan Ikan yang Baik adalah cara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety Memproduksi Larva
A. Menyiapkan Wadah dan Media
Prosedur kerja untuk menyiapkan wadah dan media penetasan telur :
1. Keringkan wadah dengan cara membuka saluran pengeluaran air.
2. Bersihkan wadah dengan cara menyikat menggunakan sikat ataupun spon pembersih agar kotoran maupun lumut hilang. Bersihkan dengan campuran desinfektan : kaporit 100 ppm atau diterjen 30 ppm.
3. Bilas dengan air bersih.
4. Keringkan wadah selama 1 hari agar bau kaporit atau diterjen hilang.
5. Isi air ke dalam wadah penetasan dengan ketinggian sesuai dengan SNI. Ketinggian air penetasan sesuai SNI untuk ikan lele adalah 25 - 40 cm.
6. Tempatkan aerasi ke dalam media penetasan pada beberapa titik secara merata agar oksigen mencapai optimal untuk penetasan.
7. Tambahkan heater ke dalam media penetasan untuk mencapai suhu yang optimal untuk penetasan.
Tabel 8. Kualitas air media penetasan sesuai SNI
No |
Ikan lele |
1. |
Suhu : 25 °C - 30 °C |
2. |
Nilai pH : 6,5 - 8,5 |
3. |
DO : >
5 mg/l |
4. |
Air jernih (bening) |
Prosedur kerja :
1. Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur dari wadah pemijahan ke dalam wadah penetasan.
2. Letakkan kakaban pada posisi terendam sedikitnya 5 cm di bawah permukaan air.
3. Lakukan pengamatan dan pengukuran kualitas air dalam wadah penetasan.
a. Pengukuran suhu (°C)
Frekuensi dan waktu pengukuran suhu air dilakukan sesuai SNI yaitu dengan menggunakan thermometer di permukaan dan dasar wadah dengan frekuensi dua kali per hari pada pagi jam 06.00 dan siang jam 14.00.
Prosedur pengukuran suhu :
1) Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.
2) Celupkan thermometer ke dalam air kolam pemeliharaan yang akan diukur suhunya. Thermometer dicelupkan sampai seluruh bagian thermometer terendam selama ± 5 menit dengan cara membelakangi matahari dan hindari kontak langsung dengan tangan.
3) Kemudian thermometer diangkat kembali amati dan baca angka yang ditunjukkan oleh skala thermometer.
4) Catat skala yang ditunjukan thermometer, yang merupakan nilai suhu hasil pengukuran.
b. Pengukuran pH (derajat keasaman)
Frekuensi dan waktu pengukuran pH dilakukan sesuai dengan SNI, yaitu dengan menggunakan kertas indikator lakmus atau pH meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.
Prosedur pengukuran pH dengan pH meter :
1) Buka tutup pH meter.
2) Geser tombol yang terdapat dibagian atas pH meter dan tunggu sampai angka yang ditunjukkan pH meter menunjukkan 0.0.
3) Celupkan ujung pH meter ke dalam air kolam pemeliharaan dan tunggu sampai angka yang terdapat pada pH meter stabil.
4) Baca angka yang ditunjukkan pH meter kemudian catat.
Prosedur pengukuran pH menggunakan kertas lakmus :
1) Ambil satu lembar kertas lakmus kemudian celupkan ke dalam air kolam budidaya.
2) Keringkan dengan cara mengangin-anginkan kertas lakmus sampai perubahan warna yang tertera pada kertas lakmus tetap.
3) Cocokkan kertas lakmus tersebut dengan warna standar pada pH indikator yang sudah diketahui nilai pHnya. Warna yang sesuai dengan warna yang ditunjukkan pH indikator adalah nilai pH yang diukur.
c. Pengukuran oksigen terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.
Prosedur pengukuran DO :
1) Lakukan kalibrasi sebelum digunakan yaitu dengan menekan tombol nol pada saat kalibrasi sensor tidak dipasang terlebih dahulu.
2) Celupkan sensor DO meter ke dalam media pemeliharaan.
3) Catat angka yang tertera pada layar yang merupakan hasil pengukuran.
C. Menghitung Derajat Penetasan (Hatching Rate)
Derajat penetasan (Hatching Rate) adalah jumlah telur yang menetas dibagi jumlah telur yang dibuahi dikalikan 100 %. Penentuan Hatching Rate (HR) dilakukan pada waktu semua telur sudah menetas. Hatching Rate (HR) dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 2007) sebagai berikut :
Jumlah telur menetas (butir)
Hatching Rate (HR) = x 100 % Jumlah total telur (butir)
Prosedur kerja :
1. Ambil sampel larva yang menetas sebanyak 5 ml dengan menggunakan gelas ukur volume 5 ml.
2. Hitung satu per satu jumlah sampel larva yang diambil.
3. Hitung volume air total dalam wadah penetasan kemudian dibagi volume air sampel.
4. Kalikan hasilnya dengan jumlah sampel larva dalam 5 ml.
5. Selanjutnya, jumlah larva dibagi dengan jumlah total telur dan dikalikan 100 %.
D. Memelihara Larva
Larva merupakan suatu fase pada ikan air tawar yang mempunyai umur mulai dari menetas sampai maksimal berumur 5 hari. Tujuan pemeliharaan larva adalah untuk mendapatkan benih ikan sesuai kebutuhan konsumen dengan jumlah semaksimal mungkin dan menekan angka kematian benih seminimal mungkin.
Prosedur kerja :
1. Angkat kakaban, cuci dan jemur agar siap digunakan untuk pemijahan berikutnya.
2. Setelah telur menetas, ganti air dalam wadah penetasan sesuai SNI yaitu : 10 - 15 % per hari.
3. Lakukan penyiponan setiap sehari untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dengan menggunakan selang ukuran 0,2 inch. Penyiponan dilakukan secara hati - hati agar larva tidak stress ataupun terbuang bersama kotoran.
Gambar 7. Menyipon kotoran yang mengendap pada dasar wadah
4. Tambahkan air ke dalam wadah sebanyak air yang terbuang karena penyiponan.
5. Berikan pakan larva setelah umur 2 - 3 hari yaitu setelah kantong kuning telur (yolk sac) habis. Pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut larva, pakan yang diberikan berupa pakan alami yaitu artemia, daphnia sebanyak 2 kali per hari secara ad libitum pada waktu pagi pukul 07.00 dan sore pukul 17.00 selama 3 hari.
6. Lakukan pemantauan kualitas air dan hama penyakit secara rutin.
7. Lakukan pemanenan benih pada pagi atau sore hari saat benih berumur 5 hari.
Langkah kerja dalam melakukan pemanenan larva :
a. Menyiapkan peralatan seperti : saringan, seser, baskom plastik.
b. Memasang saringan pada saluran pengeluaran air bagian dalam agar larva tidak keluar.
c. Mengurangi air dalam wadah penetasan secara perlahan sampai ketinggian air 15 cm.
d. Menangkap larva dalam wadah penetasan secara hati - hati menggunakan seser berbahan halus.
e. Menampung larva ke dalam baskom plastik yang telah diisi air sebanyak 1/3 bagian.
f. Mengangkut larva yang ada dalam baskom menuju ke wadah penampungan larva yang berupa bak fiber ukuran 1 x 0,8 m dengan tinggi air 30 cm.
8. Hitung jumlah larva dengan metode volumetrik.
Langkah kerja :
a. Memasukkan aerasi ke dalam media penampungan larva agar larva menyebar secara merata.
b. Mengambil sampel larva dengan menggunakan gelas ukur volume 5 ml.
c. Menghitung satu per satu jumlah sampel larva yang diambil.
d. Menghitung volume air total dalam wadah penampungan kemudian dibagi volume air sampel.
e. Menghitung jumlah larva dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
N = jumlah total larva
V = volume air total
v = volume sampel air
n = jumlah sampel larva
9. Hitung derajat kelangsungan hidup larva
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan yang ditebar (ekor)
1) Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.
2) Celupkan thermometer ke dalam air kolam pemeliharaan yang akan diukur suhunya. Thermometer dicelupkan sampai seluruh bagian thermometer terendam selama ± 5 menit dengan cara membelakangi matahari dan hindari kontak langsung dengan tangan.
3) Kemudian thermometer diangkat kembali amati dan baca angka yang ditunjukkan oleh skala thermometer.
4) Catat skala yang ditunjukan thermometer, yang merupakan nilai suhu hasil pengukuran.
b. Pengukuran pH (derajat keasaman)
Frekuensi dan waktu pengukuran pH dilakukan sesuai dengan SNI, yaitu dengan menggunakan kertas indikator lakmus atau pH meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.
Prosedur pengukuran pH dengan pH meter :
1) Buka tutup pH meter.
2) Geser tombol yang terdapat dibagian atas pH meter dan tunggu sampai angka yang ditunjukkan pH meter menunjukkan 0.0.
3) Celupkan ujung pH meter ke dalam air kolam pemeliharaan dan tunggu sampai angka yang terdapat pada pH meter stabil.
4) Baca angka yang ditunjukkan pH meter kemudian catat.
Prosedur pengukuran pH menggunakan kertas lakmus :
1) Ambil satu lembar kertas lakmus kemudian celupkan ke dalam air kolam budidaya.
2) Keringkan dengan cara mengangin-anginkan kertas lakmus sampai perubahan warna yang tertera pada kertas lakmus tetap.
3) Cocokkan kertas lakmus tersebut dengan warna standar pada pH indikator yang sudah diketahui nilai pHnya. Warna yang sesuai dengan warna yang ditunjukkan pH indikator adalah nilai pH yang diukur.
c. Pengukuran oksigen terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.
Prosedur pengukuran DO :
1) Lakukan kalibrasi sebelum digunakan yaitu dengan menekan tombol nol pada saat kalibrasi sensor tidak dipasang terlebih dahulu.
2) Celupkan sensor DO meter ke dalam media pemeliharaan.
3) Catat angka yang tertera pada layar yang merupakan hasil pengukuran.
C. Menghitung Derajat Penetasan (Hatching Rate)
Derajat penetasan (Hatching Rate) adalah jumlah telur yang menetas dibagi jumlah telur yang dibuahi dikalikan 100 %. Penentuan Hatching Rate (HR) dilakukan pada waktu semua telur sudah menetas. Hatching Rate (HR) dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 2007) sebagai berikut :
Jumlah telur menetas (butir)
Hatching Rate (HR) = x 100 % Jumlah total telur (butir)
Prosedur kerja :
1. Ambil sampel larva yang menetas sebanyak 5 ml dengan menggunakan gelas ukur volume 5 ml.
2. Hitung satu per satu jumlah sampel larva yang diambil.
3. Hitung volume air total dalam wadah penetasan kemudian dibagi volume air sampel.
4. Kalikan hasilnya dengan jumlah sampel larva dalam 5 ml.
5. Selanjutnya, jumlah larva dibagi dengan jumlah total telur dan dikalikan 100 %.
D. Memelihara Larva
Larva merupakan suatu fase pada ikan air tawar yang mempunyai umur mulai dari menetas sampai maksimal berumur 5 hari. Tujuan pemeliharaan larva adalah untuk mendapatkan benih ikan sesuai kebutuhan konsumen dengan jumlah semaksimal mungkin dan menekan angka kematian benih seminimal mungkin.
Prosedur kerja :
1. Angkat kakaban, cuci dan jemur agar siap digunakan untuk pemijahan berikutnya.
2. Setelah telur menetas, ganti air dalam wadah penetasan sesuai SNI yaitu : 10 - 15 % per hari.
3. Lakukan penyiponan setiap sehari untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dengan menggunakan selang ukuran 0,2 inch. Penyiponan dilakukan secara hati - hati agar larva tidak stress ataupun terbuang bersama kotoran.
Gambar 7. Menyipon kotoran yang mengendap pada dasar wadah
4. Tambahkan air ke dalam wadah sebanyak air yang terbuang karena penyiponan.
5. Berikan pakan larva setelah umur 2 - 3 hari yaitu setelah kantong kuning telur (yolk sac) habis. Pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut larva, pakan yang diberikan berupa pakan alami yaitu artemia, daphnia sebanyak 2 kali per hari secara ad libitum pada waktu pagi pukul 07.00 dan sore pukul 17.00 selama 3 hari.
6. Lakukan pemantauan kualitas air dan hama penyakit secara rutin.
7. Lakukan pemanenan benih pada pagi atau sore hari saat benih berumur 5 hari.
Langkah kerja dalam melakukan pemanenan larva :
a. Menyiapkan peralatan seperti : saringan, seser, baskom plastik.
b. Memasang saringan pada saluran pengeluaran air bagian dalam agar larva tidak keluar.
c. Mengurangi air dalam wadah penetasan secara perlahan sampai ketinggian air 15 cm.
d. Menangkap larva dalam wadah penetasan secara hati - hati menggunakan seser berbahan halus.
e. Menampung larva ke dalam baskom plastik yang telah diisi air sebanyak 1/3 bagian.
f. Mengangkut larva yang ada dalam baskom menuju ke wadah penampungan larva yang berupa bak fiber ukuran 1 x 0,8 m dengan tinggi air 30 cm.
8. Hitung jumlah larva dengan metode volumetrik.
Langkah kerja :
a. Memasukkan aerasi ke dalam media penampungan larva agar larva menyebar secara merata.
b. Mengambil sampel larva dengan menggunakan gelas ukur volume 5 ml.
c. Menghitung satu per satu jumlah sampel larva yang diambil.
d. Menghitung volume air total dalam wadah penampungan kemudian dibagi volume air sampel.
e. Menghitung jumlah larva dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
N = jumlah total larva
V = volume air total
v = volume sampel air
n = jumlah sampel larva
9. Hitung derajat kelangsungan hidup larva
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan yang ditebar (ekor)
Referensi
- http://www.pusdik.kkp.go.id/uploads/files/1._Pembenihan_Ikan_Air_Tawar_.pdf
- ......2012, Modul Teaching Factory, Pembenihan Ikan Air Tawar, Puslatluh, BRSDM-KP
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000 :d
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q :-* (f) (f) (f)