Senin, 25 Januari 2021

Pembenihan - Pemijahan pada Ikan Air Tawar



Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk melangsungkan prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena kehabisan tenaga (Anonim, 2008).

Sehubungan dengan pemijahan, dikenal ada tiga macam ikan yaitu vivipar, ovovivipar dan ovipar. Tiap-tiap macam ikan tersebut mempunyai perbedaan dan kelebihan masing-masing, yaitu (Moyle dan Cech, 1988):

1) Ikan vivipar.
Ikan ini melahirkan anak-anaknya, umumnya mempunyai fekunditas kecil, tetapi anaknya mendapat jaminan keamanan dari induk untuk melangsungkan awal kehidupannya.

Telur ikan vivipar mempunyai kuning telur yang sudah sangat tereduksi dan pada perkembangan awal hidup anaknya di dalam tubuh induk mendapat makanan dari induk.

Hasil fertilisasi internal ikan vivipar ketika anaknya dilahirkan ialah individu ikan-ikan yang telah hampir sempurna seperti ikan induk dan untuk mengawali hidup di dalam perairan tidak lagi bergantung kepada induk melainkan kepada usaha sendiri.

Mempunyai alat bantu untuk keberhasilan pembuahan yaitu bagian sirip dubur yang telah berubah bentuknya atau genital pabilla yang membesar yang dinamakan “pseudopenis”. Pada ikan Apogon imberis urogenital papillanya pada ikan dapat ditonjolkan dan disentuhkan untuk menerima sperma dari ikan jantan. Pada ikanOrthonopias tiacis oviductnya dapat ditonjolkan untuk menerima sperma pada waktu berlangsungnya kopulasi.

Anak ikan vivipar pada waktu di dalam kandungan induk mendapat makanan dan mengeluarkan kotorannya melalui semacam plasenta yang banyak mempunyai vili atau trophonemata dan dilengkapi oleh pembuluh darah kapiler.

Lain halnya dengan golongan mammalia, ikan vivipar masa mengandungnya dapat berubah-ubah. Oleh karena ikan itu poikilothermal, maka apabila suhu perairan semakin bertambah dari biasanya, masa kandungan ikan itu dapat menjadi semakin pendek, atau sebaliknya. Sedangkan anak ikan yang dapat dikandung oleh induknya bergantung kepada besar induknya. Semakin besar induk semakin banyak anak ikan yang dapat dikandungnya. Akan tetapi pada ikan vivipar yang dapat mengandung akan banyak sekali, biasanya anak-anak yang dilahirkannya tidak sepenuhnya seperti induk melainkan dalam bentuk larva.

2) Ikan ovovivipar
Seperti halnya ikan vivipar, ikan ini juga melahirkan anak-anaknya dan mempunyai fekunditas kecil namun keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman.

mempunyai kuning telur lebih banyak dari pada ikan vivipar, yang berguna untuk makanan anaknya ketika berada dalam tubuh induknya, dimana dalam hal ini ada sebagian dari induk tadi hanya sebagai pelindung saja.

mempunyai alat bantu untuk keberhasilan pembuahan yaitu bagian sirip dubur yang telah berubah bentuknya atau genital pabilla yang membesar yang dinamakan “pseudopenis”. Pada ikan dari Famili Scorpaenidae yang ovovivipar telah ditemukan banyak sperma yang menempel pada lapisan epitel folikel yang masak, tetapi sperma itu tidak pernah didapatkan di dalam folikel. Pembuahan pada golongan ikan ini terjadi setelah kopulasi yaitu oleh sperma yang telah ada di dalam tubuh ikan betina. Pada beberapa ikan Famili Embiotocidae setelah terjadi kopulasi sperma yang masuk ke dalam tubuh ikan betina apabila tidak membuahi telur masih dapat hidup sampai enam bulan kemudian. Sperma ini akan membuahi telur yang masih berada di dalam folikel. Telur yang telah dibuahi ketika masuk ke dalam ovarium sudah mencapai tahap segementasi awal dan berada di situ selama 10 – 12 bulan sehingga mencapai tahap perkembangan yang lebih lanjut.

Spesies ikan ovovivipar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar. Pada ikan ovovivipar, perkembangan anak di dalam kandungan induk mendapat makanan dari persediaan kuning telur yang tersedia dan pada golongan ini keadaannya non plasental.

Telur pada ikan ovovivipar mengandung material organik 20 – 40% lebih banyak dari pada anak-anak ikan yang dilahirkan. Karena hal ini, induk hanya memberi perlindungan saja kepada perkembangan telur tadi. Tetapi ada juga ikan ovovivipar yang mempunyai telur dimana kandungan material organiknya sedikit. Untuk perkembangannya tadi anak ikan mendapat keperluan material untuk pertumbuhannya dari induk walaupun tanpa melalui organ semacam plasenta tetapi melalui semacam penyerapan zat-zat yang dikeluarkan oleh uterus. Zat makanan tadi dinamakan “susu uterin” atau juga embryotrophe. Pada embrio ikan Squalus acanthias terdapat dua macam kantung kuning telur yaitu kantung yang di luar tubuh dan kantung di dalam tubuh. Kantung kuning telur di dalam tubuh itu sebagai hasil perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh di bagian dalam. Butir-butir kuning telur dari kantung yang luar bergerak ke bagian kantung yang dalam terus ke usus untuk dicerna. Pada ikan Torpedo, embrionya selain mengambil material organic dari kantung telur yang kemudian terus dicerna oleh usus, juga embrio ini mendapat susu uterin melalui mulut dan spiracle-nya dimana zat-zat tadi akan dicerna di dalam lambung.

3) Ikan ovipar
ikan yang mengeluarkan telur pada waktu terjadi pemijahan, biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya besar disebabkan untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim terutama dari serangan predator.

telurnya banyak mengandung kuning telur yang berguna untuk anak ikan mengawali daur hidupnya di luar tubuh ikan.

ikan ovipar membuahi telurnya di luar tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk dibuahi oleh ikan jantan dengan berbagai macam cara. Semua tingkah laku yang dilakukan oleh ikan tersebut pada waktu pemijahan bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan dapat dibuahi dengan baik.

Ikan-ikan ovipar ada juga yang memperhatikan keturunannya baik dengan membuat sarang untuk keperluan ini atau dengan cara menyimpan dan melindungi keturunannya pada tempat-tempat tertentu pada tubuh induk jantan atau betina atau pada tempat lain. Golongan ikan ovipar yang demikian biasanya berfekunditas kecil. Sebaliknya ikan yang tidak memperhatikan keturunannya umumnya berfekunditas besar, namun mortalitasnya juga besar.

Sebagian besar ikan ovipar mempunyai waktu pemijahan tertentu yang dilakukan tiap tahun secara teratur. Di daerah bermusim empat, pada tiap-tiap musimnya ada ikan-ikan ovipar yang memijah, masing-masing melakukannya satu kali satu tahun. Golongan ikan yang memijah pada musim semi akan memijah lagi pada tahun-tahun berikutnya di musim yang sama. Demikian pula ikan-ikan yang memijah pada musim lainnya. Bagi ikan yang hidup di daerah tropik seperti di Indonesia, saat pemijahan ikan sangat bervariasi. Tetapi banyak pula ikan tropik yang berpijahnya pada musim tertentu. Umumnya jadwal pemijahan pada ikan berhubungan dengan penyesuaian terhadap keadaan yang menguntungkan terutama yang berhubungan dengan persediaan makanan bagi anak-nakanya apabila anak ikan tadi mulai makan makanan yang diambil dari luar setelah persediaan kuning telur habis.

Macam-macam Kebiasaan Pemijahan Ikan
Pola pemijahan pada ikan bermacam-macam. De Jong (1940) dalam Effendie (1997) melakukan penelitian terhadap beberapa spesies ikan dan membedakan pola pemijahan berdasarkan frekuensi poligon garis tengah telur dalam ovari spesies yang berbeda yang menunjukkan bahwa pemijahan individu betul-betul berkala, namun tidak memberikan interval waktu diantara dua pemijahan.

1. Macam pemijahan pertama diwakili oleh jenis ikan bawal, layang, selar como, selar malam dan selar bentong. Pada kelompok ikan ini hanya didapatkan satu kelompok telur yang matang, dan bila sudah memijah kelompok ikan ini mempunyai ovari seperti kantong kosong dengan beberapa butir telur yang sedang dalam keadaan dihisap kembali.

2. Macam pemijahan kedua didapatkan pada kelompok ikan tembang, ikan lemah, selar kuning dan ekor kuning. Pada kelompok ini, sebelum telur kelompok pertama mencapai kematangan, kelompok telur berikutnya sudah memisahkan diri dari stok telur yang lain. Sebelum terjadi pemijahan didapatkan dua kelompok telur yang berpisah. Sesudah berpijah didapatkan selain kelompok stok telur yang umum ada pula sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya.

3. Macam pemijahan ketiga diwakili oleh ikan tenggiri. Dalam ovari yang sedang matang ditemukan tiga kelompok telur yang sedang berkembang dekat dengan kelompok telur yang matang.
Prabhu (1956) juga mempelajari periodisitas pemijahan ikan-ikan tropik di perairan India dan menbedakan pola pemijahan berdasarkan tahap-tahap kematangan telur intra ovarian dan juga menunjukkan bahwa pemijahan pada spesies yang berbeda betul-betul terjadi secara periodic.
Ø Tipe A. Pemijahan hanya berlangsung satu kali dalam satu tahun dalam waktu yang pendek. Kelompok telur yang matang dalam ovari dapat dibedakan dengan kelompok telur stok. Pemijahan macam ini ditemukan pada ikan-ikan Therapon jarbua, Macrones vittatus dan Chirocentrus dorab.

Ø Tipe B. Pemijahan berlangsung satu kali satu tahun tetapi dalam waktu yang lama, lebih lama dari tipe pemijahan A. Pemijahan tipe ini ditemukan pada ikan Pelates qudrilineatus, Cypsilurus oligolepis. Kadang-kadang ada dua kelompok telur yang sama tahap kematangannya.

Ø Tipe C. Pemijahan berlangsung dua kali setahun. Pemijahan macam ini ditemukan pada ikan-ikan Psammoperca waigiensis, Therapon puta dan Caranx leptolepis. Disamping kelompok telur yang sudah matang didapatkan kelompok kedua dengan pembentukan kuning telurnya telah jelas yang menunjukkan sedang menjadi matang.

Ø Tipe D. Pemijahan sepanjang tahun, tetapi terputus-putus, seperti terdapat pada ikanStelophorus indicus. Telur matang didapatkan lebih dari satu kelompok yang mungkin berbeda satu dengan kelompok lainnya tapi memperlihatkan proses berkesinambungan.
Periode pemijahan ikan-ikan yang diteliti oleh Prabhu (1956) dalam Effendie (1997) adalah sebagai berikut (Tabel 1) :


Tabel Tipe dan periodisitas pemijahan beberapa ikan tropik menurut Prabhu (1956) dalam Effendie (1997)

Habitat Pemijahan
Berdasarkan kepada macam-macam habitat yang digunakan ikan pada waktu pemijahan, kita dapat menggolongkan ikan tersebut menjadi beberapa golongan seperti berikut (Anonim, 2010).

Ikan Phytophils
Ikan Phytophils ialah golongan ikan yang memijahnya pada- perairan yang terdapat vegetasi untuk menempelkan telur yang dikeluarkan. perairan yang demikian biasanya stagnan atau alirannya kecil. Sebenarnya kondisi perairan yang demikian kalau dilihat dari segi zat asam yang terlarut, maka keadaannya bermacam-macam yaitu mulai dari perairan yang kekurangan akan zat asam tadi sehingga yang kadarnya cukup (Anonim, 2010).

Akan tetapi tumbuhan yang ada di dalam perairan tersebut kiranya merupakan suatu syarat yang diperlukan untuk berlangsungnya pemijahan. Ikan yang termasuk ke dalam golongan ikan phytophils antara lain Esox lucius, Perca sp., Notemigonus crysoleucas, beberapa ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae dan Cyprinidae(Anonim, 2010).


Esox lucius


Notemigonus crysoleucas



Cyprinus caprio


Labridae sp.

Di Indonesia yang sudah terkenal sebagai ikan budidaya dan termasuk ke dalam ikan phytophils adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Cara pemijahan ikan mas yang telah dikerjakan oleh para petani ikan di Indonesia sesuai dengan sifat alami ikan ini, yaitu menggunakan kakaban atau hamparan ijuk yang dijepit oleh bambu untuk menempelkan telur sebagai pengganti rumput kalau berpijah di alam bebas. Ikan mas yang dibudidayakan dapat dipijahkan pada umur yang lebih muda, kurang dari satu tahun, dari pada. ikan mas yang terdapat di alam bebas. Di daerah bermusim empat ikan mas mulai berpijah untuk pertama kali pada waktu berumur dua tahun sebagai pemijah awal musim panas (Anonim, 2010).

Ikan Lithopils
Ikan Lithopils ialah ikan yang memijahnya memerlukan dasar perairan yang berbatu-­batu. Tempat yang demikian itu sungai yang dasarnya berbatu-batu, danau oligotropik atau pantai laut, yang berbatu-batu. Keadaan tempat yang demikian biasanya mempunyai kandungan zat asam terlarut yang cukup untuk keperluan anak-anaknya kelak (Anonim, 2010).

Ikan yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain ialah Salmo sp. (salmon),Salvelinus sp. (trout), Coregonus sp. (cisco), Catostomus sp. (sucker), Stizostedion(walleyes), dan sebagainya. Telur golongan ikan ini yang biasanya memijah di sungai mempunyai ukuran relatif besar daripada telur-telur ikan yang berpijah di perairan bebas. Misalnya telur ikan salmon dan trout mempunyai banyak persediaan makanan yang berguna untuk ikan yang baru menetas selama terbawa, arus dimana di daerah itu kekurangan makanan (Anonim, 2010).


Stizostedion canadense




Salmo letnica


Catostomus catostomus

Ikan Pelagophils berpijahnya di perairan bebas atau terbuka dimana telur hasil pemijahannya akan melayang, turun ke bawah atau naik ke atas permukaan. Hal tersebut bergantung kepada berat jenis telur ikan yang ditentukan oleh kandungan butir minyak di dalam telur dan kebiasaan tempat memijah. Ikan-ikan laut banyak yang termasuk ke dalam golongan ikan ini. setelah berpijah ikan-ikan ini tidak memperhatikan bakal keturunannya dan semua telur ditinggalkan di daerah pemijahan.

Walaupun demikian ikan itu telah melakukan usaha dimana tingkah laku pada waktu pemijahan bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan itu dapat dibuahi (Anonim, 2010).
Untuk ikan-ikan yang berpijah dalam perairan dengan dasarnya berpasir, Lagler et al. - (1962) dalam

Anonim (2010) menggolongkannya bersama-sama dengan ikan litophils. Sedangkan Nikolsky (1963) dalam Anonim (2010) menggolongkan ke dalam golongan tersendiri yang dinamakan ikan psamophils. Ikan ini berpijahnya dalam perairan yang dasarnya berpasir atau kadang-kadang telur yang dikeluarkannya itu ada yang menempel di akar tumbuh-tumbuhan.Telur golongan ikan ini yang diletakkan di atas pasir banyak yang terbungkus oleh pasir. Walaupun demikian telur yang telah dibungkus tadi ada dalam kondisi perairan yang menguntungkan untuk pernapasan. Contoh golongan ikan ini adalah Pseudogobio ribularis dan Deuterophysa. Juga ikangrunion (Leuresthes tenuis) yang terdapat di California berpijahnya di atas pantai berpasir pada waktu pasang tinggi yang terjadi sebulan dua. kali. Telur hasil pemijahan tertutup oleh pasir dan tidak berair setelah pasang surut. pada waktu pasang berikutnya telur tadi akan terairi dan menetas, kemudian anak-anak ikannya akan terbawa ke tengah bersama air pasang.

Tingkah Laku Pemijahan
Berdasarkan hal ini maka tingkah laku ikan itu dapat Pula dibagi menjadi tiga yaitu tingkah laku pada fase pra pemijahan, tingkah laku ikan pada fase pemijahan dan tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan. Tingkah laku reproduksi ini berhubungan erat dengan sifat ikan itu sendiri. Apakah ikan itu melakukan perlindungan terhadap keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya dapat dikatakan relatif lebih banyak variasinya dari pada ikan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan (Mandala, 2010):

1. Fase Pra-Pemijahan
Macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan diantaranya ialah: aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan dan lain-lain.

2. Fase Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah: Bersamaan dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.

3. Fase Pasca Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang sedang berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain.

Semua tingkah laku ikan itu merupakan resultante sejumlah rangsangan motoris yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan internal berasal dari sekresi hormon, sedangkan rangsangan luar berasal dari berbagai macam sumber seperti faktor lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang dimediasikan melalui organ-organ sensori dari visual. Begitu ikan memperlihatkan suatu tindakan sebenarnya merupakan suatu fenomena yang dinamik, termasuk tingkah laku "hibernasi" dan "aestivasi" musim panas (Mandala, 2010).

Sebagai tambahan terhadap fungsi dalam pengaturan tingkah laku, sistem hormon juga mengatur perkembangan sifat seksual sekunder yang berhubungan erat dengan interaksi tingkah laku. Yang memegang peranan penting dalam sifat seksual sekunder ini adalah steroid_yang dihasilkan gonad. Hal ini meliputi pewarnaan tubuh dalam pemijahan sebagai daya tarik pasangannya, persaingan antara ikan-ikan jantan, mempertahankan isolasi reproduksi dan bentuk-bentuk structural pada tubuh yang mrliputi timbulnya semacam jerawat di atas kepala pada masa pemijahan , modifikasi sirip seperti gonopodium ikan famili poeciliidae temasuk sifat seksual pada ikan yang dipengaruhi steroid (Mandala, 2010).

Setiap mahluk hidup pasti melakukan perkawinan untuk menjaga kelestarian spesiesnya. Pada organisme akuatik proses perkawinan ini sering disebut memijah. Proses pemijahan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu proses matting, spawning, dan proses pasca spawning (Mandala, 2010).
Dalam melakukan pemijahan selain lingkungan yang mendukung salah satu syarat utama adalah induk harus matang gonad. Tingkat kematangan gonad setiap individu berbeda – beda. Tingkat kematangan gonad setiap individu bisa dilihat dari alat kelaminnya atau morfologi dari tubuh spesies tersebut. Sebagai contoh ikan Nila:

Nila Oreochromis niloticus
Suryanto (1994) dalam Rahayu (2000) bahwa ciri Kelamin Nila yang matang gonad adalah berumur lebih dari satu tahun dan kelamin memerah pada kedua induk. Pada jantan kelaminnya tidak lancip dan pada betina kelaminnya lancip dengan perut membuncit dan jika ditekan akan keluar sel telur berwarna kuning. Sedangkan pada jantan jika perutnya ditekan akan mengeluarkan cairan putih sperma. Hal ini diikuti dengan tingkah laku jantan yang aktif dan betina yang pasif.

Nila Oreochromis niloticus

Kuncoro (2003) dalam Rahayu (2000) bahwa proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan di dasar wadah sebagai tempat permbuahan. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap memijah. Ketika telah menemukan betina yang cocok maka jantan akan berenang beriringan dengan betina dan jika ada nila jantan lain disekitarnya maka jantan tersebut akan menyerang untuk mempertahankan betinanya. Setelah itu akan terjadi proses matting (bercumbu) yang ditandai dengan ikan jantan mengejar ikan betina. Setelah betina luluh proses spowning dimulai dengan betina akan meletakan telur-telurnya pada cekungan yang telah dibuat tadi kemudian jantan melepaskan sperma pada sel-sel telur tadi. Setelah terjadi pembuahan maka jantan pergi dan betina memelihara telurnya dengan cara mememasukan kedalam mulutnya sampai telur itu menetas menjadi larva. pada betina yagn sudah berpengalaman biasanya akan tetap memelihara larvanya sampai benar – benar bisa mandiri. Selama pemeliharaan dalam mulut ikan betina akan memuntahkan telur dalam mulutnya jika dirasakan ada ancaman, kemudian jika ancaman itu telah hilang maka betina akan memunguti telurnya kemudian memasukan dalam mulutnya lagi.


Referensi
  1. Anonim. 2010. Jenis Ikan dan Habitat Pemijahan. http://www.caraternakikan.com 
  2. Anonim. 2008. Tingkah Laku Pemijahan Ikan. http://hobiikan.blogspot.com
  3. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar