Sabtu, 20 Februari 2021

Budidaya Ikan Sidat - Kendala

Beberapa tahun belakangan ini ikan sidat memang banyak dicari masyarakat. Sebab, kini banyak orang mengetahui bahwa ikan sidat memiliki kandungan gizi yang sangat baik bagi kesehatan. Ikan sidat memiliki kandungan gizi seperti omega-3 yang tinggi, rendah kolesterol, dan cita rasa dagingnya enak. Selain itu, harga sidat ukuran konsumsi termasuk tinggi, bisa mencapai Rp170.000 per kilogram (kg).
Bahkan kini, banyak orang mulai tertarik untuk membudidayakan ikan sidat. Salah satu pembudidaya ikan sidat adalah Hanif Irfani. Pria asal Sleman, Yogyakarta, ini melakukan usaha pembesaran ikan sidat sejak beberapa tahun lalu.Ia mengungkapkan, pemasaran sidat konsumsi cukup mudah, baik ditawarkan ke konsumen termasuk pemilik rumah-rumah makan maupun lewat internet.

“Hanya saja untuk mendapatkan bibit sidat tidak mudah, karena bibit sidat diperoleh dari tangkapan alam. Proses perkawinan induk sidat dan beranak di sungai-sungai mendekati laut,” cerita Hanif.

Bibit sidat yang pernah dibesarkan, lanjutnya, antara lain pernah diperoleh dari pengepul asal Cilacap, Jawa Tengah. Suatu saat ia pernah membeli 1.050 ekor bibit sidat, tetapi setelah dibesarkan tinggal 76 ekor dan dijual laku Rp1 juta lebih sedikit.

“Sebagian ada yang mati dan sebagian hilang. Ini termasuk kendala dalam membesarkan sidat. Bukti ada yang hilang pemancing-pemancing di sungai yang tidak jauh dari kolam pembesaran sidat kami, pernah mendapatkan ikan-ikan sidat,” ungkapnya.

Suradal, pemilik warung makan spesial menu sidat di Sumberadi, Mlati, Sleman mengungkapkan, pernah mencoba dua kali membesarkan bibit-bibit sidat. Hanya saja ia harus menunggu minimal delapan bulan untuk memanen sidat ukuran konsumsi. Masih ditambah lagi banyak yang mati dan ia merasa rugi. Akhirnya, saat ini ia lebih mantap mengandalkan setoran sidat dari pengepul terutama dari Cilacap untuk memenuhi kebutuhan di warungnya.

“Di Cilacap sidat banyak ditemukan seperti di rawa-rawa maupun sungai-sungai kawasan hutan bakau. Jika ingin memesan masih wujud bibit pun, sebagian pengepul di sana akan menyanggupi,” jelasnya.

Kolam untuk penampungan stok sidat perlu dilengkapi tempat persembunyian seperti pipa-pipa peralon ataupun genteng-genteng. Airnya diusahakan selalu bening dan sirkulasi udaranya bagus. Ia biasa memberi pakan berupa ikan-ikan tombro kecil, keong, ataupun irisan usus ayam. Beberapa konsumen pun ada pula yang membeli sidat yang masih hidup.

Kendala utama dalam budidaya sidat adalah tingginya mortalitas pada saat glass eel sampai elver yang men-capai 70-80%. Selain itu, pemeliharaan benih sidat pada tahap awal merupakan masa yang paling sulit dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 30-50%. Selain mortalitas yang tinggi, masalah lain dalam budidaya sidat adalah laju pertumbuhannya yang lambat yaitu kurang dari 3,1%. Kepadatan tebar juga perlu diper-hatikan karena berpengaruh terhadap mortalitas dan pertumbuhannya. Kelangsungan hidup elver dalam peme liharaan berkisar antara 37-55% yang tergantung pada padat penebarannya. Kepadatan yang optimal pada pemeliharaan sidat adalah 1,1-1,9 kg per 3,3 meter persegi. Untuk memacu pertumbuhan ikan sidat perlu disediakan pakan berprotein hewani yang tinggi karena sifatnya yang karnivora. Aktivitas makan sidat paling tinggi terjadi pada malam hari karena sifatnya nokturnal. Dengan demikian manipulasi penetrasi cahaya diduga akan mempengaruhi aktivitas makan yang secara tidak langsung akan berdampak pula pada meningkatnya pertumbuhan.

Dalam masa awal pemeliharaan salinitas juga perlu diperhatikan. Saat kritis pemeliharaan benih sidat yang ditangkap dari alam adalah pada pemeliharaan larvanya (glass eel-elver), kisaran salinitas air yang baik untuk pemeliharaan diperkirakan antara 0-7%.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah proses dan cara pengangkutan. Penanganan yang baik pada saat di lapangan maupun pengangkutan akan menekan tingkat mortalitas. Benih sidat yang berasal dari Selandia Baru yang sebelumnya diberok selama dua hari pada air mengalir bersuhu 14°C dan pada saat pengangkutan dipacking dalam box bersuhu 5-8°C ternyata tidak ada kematian dalam pengangkutan selama 32 jam. Suhu dalam box pengangkutan terkait dengan tingkat metabolisme tubuh dan aktivitas glass eel, dimana pada suhu rendah metabolisme dan aktivitasnya akan menurun sehingga pengeluaran bahan beracun terutama COz dan amoniak akan berkurang begitu pula dengan konsumsi oksigen akan lebih rendah.

Kegiatan budidaya sidat tahap pembesaran dilakukan mulai tahap elver (sebesar pensil) sampai ukuran konsumsi yang beratnya sekitar 250-300 gr/ekor. Salah satu cara/tempat pemeliharaan adalah menggunakan jaring apung yang ditempatkan pada situ, danau, atau kolam ukuran besar. Pakan yang diberikan biasanya berupa pellet dengan kandungan protein di atas 30%.


Referensi
  1. Liviawaty, E. dan E. Afrianto. 1998. Pemeliharaan Sidat. Kanisius, Yogyakarta.
  2. Sarwono, B. 2000. Budidaya Belut dan Sidat. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
  3. Subyakto, S. 2012. Budidaya Sidat Janjikan Omzet yang Menggiurkan. http://article.wn.com/view/


1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus