Jumat, 19 Februari 2021

Budidaya Ikan Sidat - Ramah Lingkungan

Sidat (Anguilla sp) yang terkenal dengan sebutan “Belut Bertelinga” atau orang Jepang biasa menyebutnya unagi merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di pasar lokal dan internasional. Olahan sidat yang dikenal sebagai unagi kabayaki (ikan sidat panggang) menjadi salah satu panganan favorit di Jepang.
Tingginya minat pasar akan sidat mengakibatkan beberapa jenis ikan ini terancam punah. Saat ini, tiga jenis sidat dunia berada dalam status threatened (terancam punah), yaitu pada sidat Amerika (Anguilla rostrata), Eropa (Anguilla anguilla) dan Jepang (Anguilla japonica).
Menyadari hal ini, perusahaan produsen sidat panggang di Jawa Timur bertekad untuk melakukan program perbaikan budi daya sidat yang ramah lingkungan dan memastikan agar sumberdayanya berkelanjutan. Ialah PT Iroha Sidat Indonesia yang Jumat tanggal 2 Februari lalu melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dan Kerja Sama Pra Anggota Seafood Savers dalam perbaikan budi daya dan pengelolaan sumber daya sidat dengan tim Seafood Savers, WWF-Indonesia.

PT Iroha Sidat Indonesia merupakan sebuah perusahaaan yang bergerak dalam bidang perikanan budi daya dan pengolahan sidat Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata di Indonesia. Perusahaan ini melakukan pembesaran sidat di tambak yang berlokasi di Banyuwangi mulai dari ukuran benih (glass eel) sampai ukuran konsumsi. Selanjutnya, sidat yang dipanen dari tambak akan diolah menjadi sidat panggang (kabayaki) beku di pabrik pengolahannya dengan mesin pemanggang otomatis untuk memenuhi pangsa pasar domestik dan internasional, yaitu Jepang.

Berpegang dengan visi “Menjadi perusahaan dunia yang unggul dan ramah lingkungan dalam produksi kabayaki” dan misi “Menjadi produsen terkemuka produk kabayaki yang berkualitas untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan industri”, perusahaan ini berkomitmen untuk terlibat dalam program perbaikan perikanan budi daya AIP (Aquaculture Improvement Program) melalui keikutsertaan dalam program Seafood Savers.

Kali ini, tantangan PT Iroha Sidat Indonesia dan WWF tidak sama dengan perusahaan lain yang telah menjadi anggota Seafood Savers. Bersama-sama, PT Iroha Sidat Indonesia dan WWF berkomitmen untuk membangun Better Management Practices budi daya sidat bertanggung jawab.

“Kerjasama antara WWF dan PT Iroha Sidat Indonesia ini merupakan public private partnership untuk perikanan sidat Indonesia, yang berkomitmen untuk membangun panduan praktik budi daya bertanggung jawab yang di dalamnya termasuk upaya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya sidat yang ditangkap dari laut Indonesia,” kata Abdullah Habibi, Manajer Tim Perbaikan Perikanan Tangkap dan Budi Daya WWF-Indonesia.

Kerjasama ini juga diarahkan untuk menjajaki kemungkinan untuk dilaksanakannya kerjasama penelitian antara peneliti Indonesia dan Jepang, dengan dukungan dari perusahaan dan Seafood Savers - WWF sebagai bagian dari civil society dan dasar untuk membangun praktik budi daya yang bertanggung jawab dan praktik pemanfaatan sumber daya sidat yang berkelanjutan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong berbagai pihak termasuk pemerintah daerah dan pelaku usaha perikanan mengembangkan budi daya ikan sidat mengingat potensinya di pasar global sangat tinggi.

"Perlu dijalin kesepakatan antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, nelayan, pembudi daya, peneliti, akademisi serta pemerhati lingkungan untuk membangun komitmen pengelolaan ikan sidat di Indonesia yang bertanggung jawab dan lestari," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, dikutip dari Antara, Minggu (12/7/2020).

Menurutnya, KKP berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan budidaya sidat di kawasan-kawasan potensial dengan mengimplementasikan pengelolaan secara bertanggung jawab. Pengembangan budidaya ikan sidat diakuinya harus dilakukan secara bertanggung jawab untuk memastikan keberlangsungan habitat sidat tetap lestari.

Guna menjaga kelestarian dan keberlangsungan populasi sidat, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No 19 Tahun 2012 mengenai larangan pengeluaran benih sidat dari wilayah Indonesia, dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 150 gram per ekor dilarang untuk diekspor.

"Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan serta penggunaan benih untuk budi daya dengan ukuran sesuai ketentuan turut menjadi faktor penunjang keberhasilan usaha budi daya yang dilakukan," katanya.

Selama siklus hidupnya, ikan sidat berperan sebagai ikan air tawar yakni mulai dari fase glass eel, elver hingga dewasa. Kemudian, ikan sidat menjadi ikan laut saat akan memijah hingga stadia telur. Setelah memijah, ikan dewasanya akan mati.

Ia memaparkan lokasi pemijahan ikan sidat jenis Anguilla Bicolor Bicolor berada di dekat perairan lepas palung Mentawai Sumatera, sedangkan Anguilla Marmorata berada di bagian barat Pasifik Utara.

Adapun, ikan sidat dapat ditemukan di Pelabuhan Ratu dan Cilacap, dan pantai selatan. Ikan-ikan ini ada sepanjang tahun dan mengalami puncak pembiakan pada Desember-Februari dengan komposisi terbanyak jenis Anguilla Bicolor Bicolor dan sedikit Anguilla Marmorata.

Menurut data sementara, hasil produksi sidat di Indonesia pada 2019 mencapai 515,18 ton atau tumbuh hingga 59 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, Head of Aquaculture JAPFA Group, Ardi Budiono menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kemitraan dengan beberapa pengusaha lokal untuk dapat membesarkan benih sidat dari ukuran glass eel sampai menjadi elver atau proses Shirasu . Proses ini memakan waktu kurang lebih 4-5 bulan hingga benih mencapai ukuran 2-3 gram.

"Setelah mencapai ukuran 2-3 gram per ekor, kami tampung hasilnya di perusahaan untuk dapat dibesarkan hingga mencapai ukuran panen yakni 250 gram per ekor. Proses selanjutnya adalah dikirimkan ke pabrik pengolahan, untuk dijadikan produk olahan siap santap. Model integrasi budi daya dan pengolahan sidat ini merupakan satu-satunya di Indonesia," jelas Ardi.

JAPFA Group memproduksi rata-rata lebih dari 100 ton sidat per tahun atau 380 ton sidat dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Total nilai ekspor yang tercatat sepanjang 2019 mencapai Rp437 miliar, Sebaliknya, total nilai ekspor sepanjang Januari- Juni 2020 senilai Rp216 miliar.

Produksi ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dapat ditingkatkan melalui usaha budidaya secara intensif. Permasalahan yang dihadapi pada kegiatan budidaya secara intensif yaitu tingginya limbah berupa bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan sisa metabolisme ikan sidat. Hal ini berdampak negatif terhadap lingkungan pemeliharaan dan kinerja pertumbuhan ikan sidat. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk mempertahankan kondisi kualitas air dalam keadaan optimum pada budidaya intensif. 

Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi beban limbah pakan melalui pemilihan bahan baku dan perbaikan formulasi pakan. Selain itu, penerapan teknologi resirkulasi berbasis fitoremediasi pada budidaya intensif ikan sidat, diharapkan dapat meningkatkan produksi budidaya intensif ikan sidat yang ramah lingkungan. 

Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja budidaya ikan sidat dengan penerapan teknologi fitoremediasi dan pemberian pakan berbahan silase ikan, serta mendapatkan jenis tanaman hias air tawar yang mampu mereduksi limbah budidaya ikan sidat. 

Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 
1) evaluasi retensi nutrien dan ekskresi ikan sidat yang diberi pakan berbahan silase ikan, 
2) kinerja budidaya intensif ikan sidat pada sistem resirkulasi berbasis fitoremediasi menggunakan tanaman hias air, dan 
3) peningkatan kapasitas tanaman melati air (Echinodorus palaefolius) sebagai fitoremediator pada budidaya intensif ikan sidat. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mengevaluasi retensi nutrien, ekskresi amonia, kinerja pertumbuhan, dan limbah budidaya yang dihasilkan dari budidaya ikan sidat yang diberi pakan berbahan silase ikan.

Referensi
  1. Sasongko, A., Joko Purwanto, Siti Mu’minah, Usni Arie. 2007. SIDAT. Panduan Agribisnis, Penangkapan, Pendederan, dan Pembesaran.
  2. .........., 2011, https://www.allfishingbuy.com/ American Eel Fish Identification, Habitats, Characteristics, Fishing Methods.
  3. Usmawati Anggita Sakti, 2018, https://www.wwf.or.id


1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus