Selasa, 27 April 2021

Pakan Ikan Buatan - Budidaya Ikan Gurame


Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan dan ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi maksimal (Darmawiyanti, 2005). Oleh karena itu pakan ikan perlu dijamin ketersediaannya sesuai dengan jumlah dan mutu yang dibutuhkan.
Pakan berfungsi sebagai penyedia energi bagi aktifitas sel – sel tubuh seperti tumbuh, berkembang dan bereproduksi (Buwono, 2000). Pakan buatan adalah makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap

Menurut Sadasivam Khaushik (1993) praktek gizi yang memadai memiliki peran penentu, tidak hanya dalam hal ekonomi tetapi juga dalam hal pemeliharaan kesehatan yang baik dan peningkatan kinerja reproduksi dan pertumbuhan. Pakan buatan merupakan campuran bahan–bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi dan harga yang berbeda-beda. Di samping mempengaruhi produktivitas ikan, pakan buatan juga merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi, pada budidaya intensif dapat mencapai 60% dari keseluruhan biaya produksi (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Ikan yang dibudidayakan memerlukan pakan berkualitas dengan kandungan nutrisi yang lengkap agar dapat hidup dan berkembang biak dengan baik (Khairuman dan Amri, 2002). Secara tidak langsung bertujuan pula untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya ikan konsumsi di Indonesia. Akan tetapi hal ini mengalami kendala karena disebabkan minimnya infrastruktur perikanan dan ketersediaan pakan yang menyebabkan biaya produksi perikanan budidaya sangat tinggi (Suhana, 2010).

Dari penjabaran kita mengetahui bahwa secara langsung kualitas pakan memberikan dampak besar pada kelangsungan budibaya ikan. Secara keseluruhan, dapat pula dilihat bahwa budidaya ikan memberikan pengaruh yang luas, baik dalam bidang perikanan, perekonomian, pakan dan lapangan pekerjaan. Melihat dampak keseluruhan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan permasalah pakan perlu mendapat perhatian khusus. Mulai dari jenis, kualitas, kandungan hingga proses dan teknik produksi.

Klasifikasi Gurame
Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang senang tinggal diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam, rawa, telaga, danau serta waduk (Djuhanda, 1981; Rusdi, 1988).

Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut (Susanto, 1989) :
 Filum : Chordata
 Kelas : Pisces
 Ordo : Labirintichi
 Subordo : Anabantoide
 Famili : Anabantidae
 Genus : Osphronemus
 Species : Osphronemus gouramy

Morfologi
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, 2002).

Gurame juga memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan sehingga tampak monyong.

Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi. Warna dan perilaku gurame muda jauh lebih menarik dibandingkan gurame dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2001). Sedangkan pada ikan muda terdapat delapan buah garis tegak. Bintik gelap dengan pinggiran berwarna kuning atau keperakan terdapat pada bagian tubuh diatas sirip dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam (Susanto, 2001).

Ikan gurame tergolong dalam ordo Labirynthici yang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin, yaitu lipatan-lipatan epitelium pernapasan yang merupakan turunan dari lembar insang pertama, sehingga ikan dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Adanya alat pernapasan tambahan ini memungkinkan ikan gurami dapat hidip dalam perairan yang kadar oksigennya rendah (Departemen pertanian, 1999).

Kebiasaan Makan dan Pakan
Ikan gurame digolongkan ke dalam ikan herbivore karena senang memakan tumbuh-tumbuhan atau daun-daunan di dalam air. Selain dari jenis makanannya, penggolongan ini pun dilihat dari usus ikan gurame yang relatif panjang.

Enzim-enzim yang dikeluarkan melalui kelenjar-kelenjar dalam ususnya mempunyai fungsi sebagai pencerna unsur-unsur makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Namun demikian, tumbuh-tumbuhan bukanlah satu-satunya makanan gurame. Di alam bebas, selain tumbuh-tumbuhan, ternyata gurame juga senang memakan berbagai bahan organic yang mengendap di dasar perairan.

Jenis makanan gurame berkorelasi dengan umurnya. Setiap tahap pertumbuhan, jenis makanannya berbeda. Ikan gurame mengalami perubahan kebiasaan makan pada tiap fase pertumbuhannya yaitu karnivora pada fase satu bulan kehidupannya, omnivora pada fase remaja dan herbivora pada fase dewasa.

Larva gurame yang baru menetas memakan cadangan makanan berupa kuning telur yang ada pada tubuhnya. Selama 5-7 hari, kuning telur ini cukup member energi bagi larva. Setelah mulai memakan makanan dari luar, anak gurame memakan tumbuh-tumbuhan kecil berupa fitoplankton. Pada umur 1 bulan, anak gurame mulai memakan plankton-fitoplankton dan zooplankton atau kelompok tumbuhan dan hewan yang melayang-layang di dalam air. Karena makanannya terdiri atas hewan dan tumbuhan, maka kandungan protein ikan gurame sangat tinggi. Pada umur 2 bulan ke atas, ikan gurame mulai memakan tumbuh-tumbuhan air atau bahan organic yang mengendap di dasar perairan. Pada budidaya gurame yang intensif, pemberian pakan yang mengandung protein sekitar 25-30% dengan frekuensi pemberian pakan sampai 3-5 kali sehari dapat memacu pertumbuhan ikan gurame secara optimal. 

Pakan yang baik biasanya pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan karbohidrat karena protein merupakan sumber energi utama bagi ikan. Komposisi pakan yang baik untuk ikan gurame yaitu protein 30-32% dan karbohidrat 20-30% dalam komposisi tersebut terlihat bahwa kandungan protein merupakan jumlah yang lebih dominan dibandingkan karbohidrat. Protein merupakan sumber protein hewani yang berasal dari ikan sehingga dapat mudah diserap oleh tubuh ikan (Helver and Hardi., 2002; Webster, 2002). Akan tetapi pada ikan herbivora, karbohidrat pada pakan dapat digunakan dengan lebih efektif sebagai sumber energi dan kelebihannya disimpan dalam bentuk lemak (Kusumah, 2010). Sehingga ikan herbivora dapat memanfaatkan karbohidrat untuk pertumbuhan dengan dibantu oleh enzim pencernaan yang dapat memecah karbohidrat yaitu enzim amilase.

Pakan Ikan
Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak yang merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup (Kurnianti, 2013). Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam budidaya ikan (Yulfiperius, 2009).

Pakan ikan adalah pakan alami maupun pakan buatan yang dipergunakan dalam proses pembudidayaan ikan (KKP, 2010). Pakan dibagi menjadi 2 yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang dimakan ikan yang berasal alam. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia.

Menurut Mudjiman (2004) ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Pakan berenergi adalah pakan yang mengandung energi yang tinggi. Energi yang tinggi dapat memperbaiki konversi pakan dan pertambahan berat badan ikan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga.

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan ikan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis (Handajani, 2010).

Berdasar teknis pemberiannya, pakan ikan dibedakan menjadi dua yaitu pakan terapung dan pakan tenggelam. Pakan terapung adalah pakan yang bila ditebar ke kolam akan mengapung beberapa menit sebelum akhirnya tenggelam (Bachtiar, 2011). Pakan buatan bersifat mengapung di air karena mengandung perekat yang berasal dari olahan tepung kanji yang menjadi cairan kental seperti lem yang memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air.

Bahan Baku
Kementerian Kelautan dan Perikanan - KKP (2010) dalam Petunjuk Pelaksanaan Penerbitan Surat Keterangan Teknis Impor Pakan Dan/Atau Bahan Baku Pakan Ikan tertulis Bahan baku pakan adalah bahan-bahan baik nabati maupun hewani yang layak dipergunakan sebagai bahan baku pakan baik yang telah diolah maupun yang belum diolah, vitamin dan mineral, serta bahan penunjang lain yang dipergunakan untuk melengkapi komposisi pakan.

Menurut Kamal (1994) Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut dengan bahan pakan adalah segala sesuatu yang memenuhi semua persyaratan tersebut. Bahan baku pakan buatan harus memenuhi syarat. Syarat tersebut adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi mudah dicerna oleh ikan, harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh, tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi, bukan bahan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan bagi kebutuhan manusia itu sendiri (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Sedangkan menurut Handajani. (2012) beberapa syarat bahan pakan yang baik untuk diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah dan bukan sebagai makanan pokok manusia.

Pemilihan bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas pakan yang akan dihasilkan. Jenis ikan yang berbeda, berbeda pula jenis bahan baku yang digunakan (Akbar, 2000).

Berdasarkan sumbernya bahan baku pakan terbagi menjadi dua golongan yaitu bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan dan bahan baku pakan asal hewan. Bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan yang biasa disebut nabati merupakan penyumbang banyak energi karena kaya akan pati. Biji-bijian yang tua lebih banyak mengandung protein, kadar lemak yang tinggi, dan zat. Selain mengandung protein, biji-bijian juga mengandung zat mineral yang penting bagi kesehatan ikan. Misalnya kalsium (Ca), Fosfor (P), kalium, sulfur, ferum, dan magnesium.

Bahan pakan yang bersumber dari hewan disebut bahan hewani (Prabowo, 2013). Bahan baku hewani mengandung karbohidrat yang relatif kecil. Dalam dunia pakan penggunaan campuran dua macam bahan baku akan lebih baik karena saling mengisi dan menutupi kekurangan satu sama lain.

Kandungan Nutrisi
Protein dalam pakan ikan, sangat esensial bagi keperluan tubuh ikan. Afrianto dan Liviawaty (2005) menambahkan bahwa ikan menggunakan protein dan lemak secara efektif sebagai sumber energi, tetapi kurang efektif dalam memanfaatkan karbohidrat. Energi dalam pakan dapat diserap oleh tubuh ikan setelah melalui proses pencernaan dan penyerapan, kemudian disistribusikan sesuai dengan peruntukannya. Kebutuhan yang mutlak diperlukan dan harus disediakan ialah kalsium (Ca) Fosfor (P), zat mineral yang dibutuhkan 3%-5%.

Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan. Bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat anti tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin, etoksikuin, BHT, BHA dan lain-lain dengan penggunaan 150 – 200 ppm. Vitamin adalah zat makanan organik yang sangat dibutuhkan. Meski dalam jumlah kecil, vitamin berperan penting untuk pertumbuhan dan produksi. Beberapa bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, tepung kanji, tepung terigu dan sagu, dengan pemakaian maksimal 10% (Kurniawan, 2012)

Metode Penyusunan Formulasi Pakan
Untuk menyusun pakan ikan diperlukan perhitungan. Dikenal ada beberapa cara perhitungan. Penyusunan formulasi pakan bertujuan untuk memperoleh nutrisi yang diperlukan ikan baik didalam jumlah dan perbandingan yang tepat untuk pertumbuhan ikan yang optimal. Didalam pemilihan bahan untuk menyusun formulasi suatu makanan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kesediaan bahan dan harga (Yulfiperius, 2009).

Proses Pembuatan Pakan Ikan
Proses pembuatan pakan ikan merupakan proses kelanjutan dari pemilihan dan pengolahan bahan baku (Wikantiasi, 2001).

Pembuatan Premix
Premix adalah campuran bahan pakan yang diencerkan ( carrier), yang dalam pemakaiannya harus dicampurkan kedalam bahan pakan. Premix disusun dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan ternak dan faktor reaksi antar mineral saat dimetabolisme dalam tubuh ternak (Priyono, 2009).

Dalam perdagangan istilah premix ini adalah gabungan bermacam-macam vitamin dan mineral dengan komposisi/imbangan yang dengan cermat telah diperhitungkan termasuk dosis pemakaiannya dalam setiap pencampuran konsentrat (Kartasudjana, 2001).

Pembuatan premix di pabrik pakan, biasanya terdiri dari berbagai macam vitamin, mineral dan bahan bahan lain yang akan digunakan dalam jumlah sedikit, terlebih dahulu dicampurkan sebelum dimasukan kedalam mesin pencampur (mixer). Premix merupakan resep asli dan rahasia sehingga hal ini menjadi kunci utama ciri khas suatau produk pakan.

Penggilingan
Penggilingan/penepungan adalah proses untuk memperkecil dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas (Yulfiperius, 2009).

Bahan-bahan yang masih berbentuk biji-bijian digiling dengan tujuan mendapatkan bentuk dan ukuran yang seragam sehingga dalam pencampuran pakan akan diperoleh bentuk yang sukuran/seragam (Wikantiasi, 2001).

Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi per-satuan berat pakan yang dimakan oleh ikan menjadi lebih tinggi. Penggilingan/ penepungan juga akan mempermudah proses berikutnya, yaitu pencampuran dan pencetakan.

Pengayakan
Sari dkk. (2009) mengemukakan bahan pakan yang masih kasar diayak terlebih dahulu sehingga menghasilkan bahan yang lembut. Proses pengayakan dilakukan untuk memisahkan partikel sesuai dengan ukurannya. Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan ikan.

Penimbangan
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah baku atau premix yang sudah diramu pada awal proses.

Pencampuran
Pencampuran merupakan suatu proses menghimpun dan membaurkan bahan-bahan. Dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat pencampur supaya pencampuran dapat berlangsung dengan baik (Lubis, 2012).
Proses pencampuran yang baik akan menghasilkan pakan yang seragaman dalam waktu yang minimum dengan biaya tenaga yang minimum. Secara ideal suatu campuran harus memiliki variasi yang minimum.
Faktor-faktor yang menentukan keseragaman hasil campuran adalah besar dan bentuk partikel bahan, densitas dan muatan statis bahan, urutan pemasukan bahan, jumlah bahan yang dicampur, desain mesin, waktu pencampuran, pengosongan mesin, perawatan dan pemeliharaan mesin.

Pencetakan
Setelah tercampur merata, bahan baku tersebut diseduh dengan air panas lalu diaduk lagi sehingga menjadi adonan berbentuk pasta. Pasta ini kemudian digiling dengan alat pencetak. (Yulfiperius, 2009).

Sesuai dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva) biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble), ikan stadia lanjut (dewasa) diberi pakan berbentuk pelet.

Pengeringan
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan. Pengurangan / Penurunan kadar air dalam bahan sampai batas tertentu yang diperlukan untuk proses lanjutan dengan penerapan panas (Maharani, 2012).

Yulfiperius (2009) menerangkan bahwa bahan baku yang sudah tercetak kemudian dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan sehingan menjadi seminimal mungkin dan stabil (kurang lebih 10%). Dengan demikian pakan yang dibuat tidak mengandung jamur atau mikroba. Pengeringan dapat dilakukan secara alami yaitu matahari atau menggunakan oven, sehingga lebih efektif dan efisien.

Pengemasan
Pengemasan atau biasa juga disebut dengan pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dan bahaya pencemaran serta gangguán fisik seperti gesekan, benturan, dan getaran (Ali, 2008).

Penyimpanan
Penyimpanan di gudang sistem yang terbaik adalah menggunakan metode FIFO (Alaska Food Coalition, 2010). Metode FIFO merupakan singkatan dari kata First In First Out atau dalam bahasan Indonesia berarti pertama masuk pertama keluar. Istilah ini berkaitan dengan aliran barang dalam gudang. Barang yang pertama masuk akan keluar duluan dari gudang. Sehingga secara sederhana kita gambarkan barang keluar akan sesuai dengan urutan ketika barang masuk.

Metode FIFO adalah solusi terbaik ketika berhadapan dengan persediaan yang memiliki masa kadaluarsa. Barang yang diterima lebih dulu tentu memiliki tanggal kadaluarsa lebih awal dari barang yang diterima belakangan. Metode FIFO bisa memberikan kepastian akan kualitas produk yang tersimpan dalam gudang.

Proses Produksi Pakan Ikan Gurame

Persiapan alat dan pemilihan bahan baku
Sebelum proses produksi dilakukan adalah keadaan alat dan mesin serta penyediaan bahan baku. Bahan baku utama pembuatan pakan ikan gurame adalah Tepung Ikan, Bungkil Kacang Kedelai, Jagung, Bekatul, PMM (Poultry Meat Meal), Tepung Terigu, Mineral, Vitamin C, Antioksidan, Anti jamur, Choline - Chloride, Probiotik dan Minyak ikan. Kandungan nutrisi (%) yang digunakan Protein, Lemak, Serat, Abu, dan Kadar Air.

Penyusunan Ransum Pakan
Susunan Ransum Pakan Ikan Gurame


Jenis bahan

baku

Prosentase

bahan

Bahan

pelengkap

Prosentase

bahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tepung ikan

10-25%

vitamin

0.04

Bungkil

kacang kedelai

18-25%

mineral

0.05

Poultry meat

meal

5%

Vitamin C

0.025

Jagung

10-20%

Antioksidan

0.02

Bekatul

10-15%

Anti jamur

0.03

Minyak ikan

3%

Choline-

chloride

1

Tepung

terigu

10-15%

Probiotik

1

Kedelai

20-25%

 

 




Referensi
  1. Aggraeni, Novita Mardhia Dan Abdulgani, Nurlita. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata) Pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.1
  2. Agustono, Sari W.P, dan Cahyoko Y. 2009. Pemberian Pakan Dengan Energi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu (Cromileptes altivelis).Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2, November 2009
  3. Arief Muhammad. Triasih, Irmaya. Dan Paramita, Widya. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata Bleeker). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol. 1 No. 1,
  4. Asminatun. 2010. Pembuatan Pakan Ikan Berdasarakan Konsep Protein Ideal Yang Ramah Lingkungan. Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi. Volume 1, Desember 2010
  5. Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
  6. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor: KEP. 45/MEN/2004 Tentang Pengadaan Dan Peredaran Pakan Ikan
  7. Megawati R.A., M. Arief dan M. A. Alamsjah. 2012. Pemberian Pakan Dengan Kadar Serat Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan Pada Ikan Berlambung Dan Ikan Tidak Berlambung. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2,
  8. Sangadji E. M, dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis Dalam Penelitian.Andi.Yogyakarta. Hal 170-172
  9. Zalizar L., Sujono dan A.Yani. 2012. Formulasi Pakan Pelet Kambing Peternakan Etawah (PE) di Kelompok Ternak Abimanyu di Desa Bumiaji Kota batu. Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 22 – 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar