Minggu, 25 April 2021

Pakan Ikan Buatan - Petunjuk Teknis Pemilihan Bahan Baku

Bahan baku yang akan diramu untuk formula pakan harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu : bahan tidak mengandung racun, kandungan gizi baik, tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia, tersedia secara kontinyu, harga bahan murah.
Dalam penentuan formula dan penentuan bahan baku, harus berorientasi pada kualitas pakan yang akan diproduksi. Pakan yang berkualitas terdiri atas bahan-bahan yang apabila diramu menghasilkan ransum dengan gizi berimbang. Selain itu pellet yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan sifat fisik dan memiliki daya Tarik bagi ikan. Secara umum pakan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang sesuia dengan kebutuhan setiap jenis ikan. Selain jumlah atau proporsinya berimbang, nutrisi yangd ikandung juga harus mudah dicerna oleh sistem pencernaan ikan.

Bahan baku pakan berasal dari berbagai sumber dan biasanya bahan baku tersebut tidak untuk kepentingan manusia. Dalam emmilih bahan baku pakan, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah : kandungan nutrisi esensial, kecernaan, ada tidaknya anti nutrisi dan zat toksik, ketersediaan secara komersial, dan harga. Bahan hewani dan nabati merupakan sumber bahan baku yang umum digunakan. Namun demikian, limbah dari suatu proses industri seperti industri penangkpan dan pengolahan ikan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan. Permasalahan yang dijumpai dilapangan adalah beberapa bahan baku tersedia untuk daerah tertentu, namun tidak tersedia di daerah lain, selain itu ketersediaannya sangat terbatas dan tidak kontinyu. Beberapa sumber bahan baky pakan hewan akuatik tertera pada Tabel 1.

Bahan baku pakan asal hewani umunya mengandung protein dengan komposisi asam amino yang lebih baik. Sumber protein dikatakan baik jika profil asam amino yang dikandungnya mendekati dengan kebutuhan kultivan.

Tabel 1. Sumber-sumber protein, lemak dan karbohidrat untuk pembuatan pakan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Tepung darah
Minyak jagung
Tepung terigu
Tepung ikan
Minyak hati ikan kod
Singkong
Tepung kopra
Minyak kelapa
Tepung jagung
Tepung tulang & daging
Minyak biji kapuk
Pati jagung
Tepung kepala udang
Minyak hati ikan Pollack
Dedak/katul
Tepung cumi
Minyak hati tuna
Pati sagu
Ikan rucuh
Minyak hati cumi
Rumput laut
Yeast
Minyak kedele


Beberapa sumber bahan dari tumbuhan memiliki kandungan yang tinggi, akan tetapi profil asam aminonya lebih rendah dari pada bahan baku hewani. Bahan nabati merupakan sumber karbohidrat yang baik, dan beberapa diantaranya merupakan sumber protein yang baik seperti tepung kedele. Diamping itu juga berperan sebagai sumber energy seperti yang terdapat pada legume dan kacang-kacangan, meskipun tergolong mahal dibandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya. Secara umum, karbohidrat merupakan sumber energy yang murah dibandingkan dengan lemak, serta dapat berfungsi sebagai binder. Selain karbohidrat, lemak juga digunakan sebagai sumber energi dan sekaligus sebagai sumber asam lemak dalam pakan.

Pemilihan bahan baku pakan sangat ditentukan oleh jumlah nutrient esensial yang dikandungnya, bahan baku pakan yang kaya akan protein dan memiliki profil asam amino yang baik biasanya lebih mahal. Ketersediaan nutrient secara biologis (biovailability) dari suatu bahan baku bervariasi dan ini akan mempengaruhi jumlah penggunaan dalam suatu ransum. Sebagai contoh, bahan baku pakan yang kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna digunakan lebih banyak dari sumber bahan yang ketersediaan proteinnya sedikit. Kecernaan protein (%) berbagai bahan baku dari beberapa spesies budidaya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien daya cerna protein (APDC) dari beberapa bahan baku untuk hewan budidaya
Kultivan
Bahan baku
APDC (%)
Udang windu
Tepung ikan
61

Tepung kedele (tanpa lemak)
93

Tepung cumi
96

Tepung ikan
95

Tepung kepala udang
89

Tepung tulang & daging
74

Yeast Candida sp.
93

Tepung kopra
75
Ikan bandeng
Tepung ikan
45-81*

Tepung kedele (tanpa lemak)
45-94*
Ikan mas
Tepung ikan (white FM, ekstrak secara mekanik)
95

Tepung kedele (ektrak pelarut)


Tepung ikan (white FM, ekstrak secara mekanik)
81-96
Sea bream
Tepung kedele (ektrak pelarut)
61-87
Lele

72-84

Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan/udang, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal dari tumbuhan), lebih sulit dicerna dari pada protein hewani, hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang susah dicerna.
Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpaengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivor berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60% dan optimum 30 -36%.
Protein merupakan komponen terbesar dari daging udang yaitu sekitar 65-70% dari berat kering. Protein dalam pakan merupakan sumber asam amino yang berfungsi sebagai building block dari protein udang itu sendiri. Setelah udang makan, sintesa protein meningkat dan proteolysis menurun. Terdapat penambahan protein dan tersimpan dalam bentuk daging (mass muscle). Seperti halnya pada ikan, protein yang dikonsumsi hanya tertahan sekitar 40% dan sisanya 60% hilang atau teroksidasi (Cuzon et al, 2004). Terdapat 20 jenis asam amino, tetapi hanya 10 yang termasuk esensial dalam pakan udang. Selebihnya dapat disintesa oleh udang dari kesepuluh asam amino esensial tersebut. Oleh karena itu, udang tidak memiliki kebutuhan protein minimum, melainkan memiliki kebutuhan asam amino esensial yang minimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Tabel 3).
Kebutuhan asam amino bagi udang belum diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan oleh karena udang kurang efesien dalam memanfaatkan aam amino yang diberikan kedalam pakan. Sebagai pendekatan adalah bawha kebutuhan asam amino menyerupai komposisi asam amino dari jaringan tubuh udang itu sendiri.

Tabel 3. Kebutuhan asam amino untuk bebrapa ikan dan udang dalam persen protein 
Asam
Amino


Sidat
Mas
Rainbow
Trout
Chinook
Salmon
Bandeng
Nila
Sea
Bass
Udang
Windu
Arginin
4,5
4,4
4,0
6,0
5,2
4,2
3,6
5,3

Histidine
2,1
1,5
1,8
1,8
2,0
1,7

2,2

Isoleusin
4,0
2,6
2,8
2,2
4,0
3,1

2,7

Leusin 5,3
4,8
5,0

3,9
5,1
3,4

4,3

Lysin
5,3
6,0
6,0
5,0
4,0
5,1
4,5
5,2

Methionin+ Cys/2
5,0
2,7
3,3
4,0
2,5
3,2
2,9
2,4

Fenilanin+ 5,8 Tyr
5,8
5,7
6,0
5,1
4,2
5,5

3,7

Threonine
4,0
3,8
4,1
2,2
4,5
3,8

3,5

Tryptofan
1,1
0,8
0,6
0,5
0,6
1,0
0,5
0,5

valin
4,0
3,4
3,6
3,2
3,6
2,8

3,4

Sumber : NRC 1993 : FDS Manual 1994; Santiago dan Lovell 1993; Borlongan dan Coloso 1998; Coloso et al 1999; Millamena et al 1996-99

Dalam penyusunan suatu ransum pakan, beberapa sumber protein yang digunakan dicampur guna memnuhi kebutuhan minimal asam amino tersebur diatas. Factor lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kecernaan bahan baku dan ketersediaan asam amino yang dikandungnya. Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku pakan yang baik, oleh karena komposisi asam amino hamper sesuai dengan udang.

Pada umunya pakan udang memiliki kandungan protein 25-35% pada tingkat pembesaran, sedangkan untuk larva 50%. Jika kadar protein terlalu rendah, laju pertumbuhan akan menurun. Demikian pula sebaliknya, kelebihan protein dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat. Kelebihan protein akan dimetabolisme oleh udang dan selanjutnya digunakan sebagai sumber energy, serta nitrogen diekskresikan dalam bentuk ammonia. Kebutuhan protein umunya lebih tinggi pada stadia post larva dan juvenile dan menurun pada saat berukuran lebih besar (Tabel 4).

Tabel 4. Kebutuhan protein udang pada berbagai ukuran pada sistem budidaya intensif
Berat udang (g)
Kadar protein yang direkomendasikan
0,002-0,25
50%
0,25-1,0
45%
1,0-3,0
40%
3,0-10
35%
>10
25-30%

Beberapa percobaan menunjukkan bahwa kebutuhan protein untuk udang vanamei (Litopenaeeus vannamei) lebih rendah dibandingkan dengan udang windu (Penaeeusmonodon). Pada ukuran juvenile dana tau yang elbih besar dilaporkan bahwa memaksimumkan kebutuhan protein berkisar 30-32% (Cuzon et al., 2004).

Bahkan terdapat kecenderungan perubahan kebiasaan makan dari omnivore (pemakan segala) ke herbivora (pemakan nabati). Terbukti bahwa pada percobaan pembesaran juvenile vanamei dengan protein pakan 25% dengan bahan baku utama adalah tepung kedele menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik (Tabel 3). Demikian pula halnya percobaan yang dilakukan oleh Aranyakanada dan Lawrence (1993) dalam Kureshy dan davis (2002) dilaporkan bahwa juvenile udang vanamei yang diberi pakan dengan kandungan protein sebesar 25%;35% dan 45% tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Selanjutnya Kureshy dan davis (2002) dalam percobaan tentang kebutuhan maksimum protein untuk pertumbuhan dilaporkan sebesar 32% baik ukuran juvenile ataupun yang lebih besar lagi.

Data tersebut mengandung arti tersendiri khususnya dalam pembuatan pakan udang, dimana ketergantungan yang tinggi terhadap sumber protein hewani seperti tepung ikan dapat dikurangi melalui sumber protein nabati.

Tabel 5. Udang vaname (0,58 g) yang diberi pakan dengan kandungan protein 25% pada berbagai level tepung kedele

Tepung kedele dalam pakan (%)
Pertambahan berat (%)
15
250
30
300
45
350
53
310

Lemak
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensiilnya yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Acid) antara lain asam oleat, asam linoleate dan asam linolenat. Asam lemak esensiil ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi dll. Kandungan lemak sangat dipengaruhi oelh factor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4-18%.

Lipid atau lemak adalah kelompok senyawa organic dan didalamnya termasuk asam lemak bebas, posfolipid, trigeliserida, minyak, waxes and sterol. Lipid berfungsi sebagai sumber energy dan sumber asam lemak esensial yang berperan penting dalam mebran sel. Ada empat jenis asam lemak esensial bagi udang sebab dibutuhkan dalam pakan dan tidak dapat disintesa dari komponen lain. Keempat jenis asam lemak dan jumlah yang direkomendasikan dalam pakan disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Asam lemak yang direkomendasikan dalam pakan udang
Asam Lemak
Persentase pakan 
Asam Linoleic (18:2n6)
0,4
Asam Linolenac (18:3n3)
0,3
EPA (20:5n3)
0,4
DHA (22:6n3)
0,4

Kemampuan udang untuk mensintesa asam lemak kelompok n-3 dan n-6 sangat terbatas. Disamping itu, udang juga terbatas dalam proses elongasi dan desaturase asam lemak berantai panjang (PUFA) menjadi HUFA seperti EPA dan DHA (Gonzales-felix and Perez-valazquez (2002).
Pofolipid adalah senyawa yang mengandung gliserol, asam lemak dan asam posforik. Senyawa tersebut merupakan komponen penting pada mebran sel dan metabolism lemak. Sterol dibutuhkan oleh krustacea sebagai suatu precursor untuk maturase dan moulting. Lemak ditambahkan kedalam pakan dalam bentuk minyak ikan, minyak cumi dan minyak kedele. Kadar lemak dalam pakan udang merupakan fungsi dari berat dan menurun seiring dengan bertambahnya berat udang (Tabel 7).

Tabel 7. Kadar lemak dalam pakan udang untuk pemeliharaan sistem intensif
Berat udang (g)
Kadar Lemak (%)
0,002-0,2
15
0,2-1,0
9
1,0-3,0
7,5
>3,0
6,5

Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, berkisar antara 10 – 50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilose) ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12% sedangkan untuk omnivore kadar karbohidratnya dapat mencapai 50%.

Karbohidrat merupakan sumber energy yang murah bagi udang. Pati,gula dan serta merupakan bentuk utama dari karbohidrat. Kemampuan organisme untuk menggunakn karbohidrat sebagai sumber energy bervariasi. Spesies karnivora dengan kadar protein yang tinggi dalam paknnya cenderung menggunakn protein sebagai sumber energy. Bahkan spesies ini seringkali kurang efektif dalam proses metabolism karbohidrat.

Sebaliknya pada spesies omnivore dan herbivora, karbohidrat dapat dimetabolisme secara efektif. Namun demikian, kebutuhan mutlak karbohidrat pada udang belum ada, meskipun dapat menjadi sumber energy tandingan bagi protein (protein sparing effect). Oleh karena itu, jika kandungan karbohidrat dalam pakan mencukupi, maka kebutuhan protein dapat dikurangi. Pada vannamei, penggunaan gula sederhana (sumber karbohidrat) menyebabkan pertumbuhan terhambat (Cuzon et al., 2004). Sebaliknya karbohidrat complex lebih banyak digunakan dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan. Dari beberapa percobaan diketahui bahwa penggunaan pati gandum dapat dicerna dengan baik oleh udang vanname ukuran juvenile.

Vitamin
Vitamin dalam pakan mutlak dibutuhkan terutama pada budidaya intensif, karena pakan alami yang mengandung vitamin sangat terbatas. Apabila ikan kekurangan vitamin maka gejelanya adalah nafsu makan hilang, kecepatan tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukan lender terganggu dll. Kebutuhan akan vitamin sangat dipengaruhi ukuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu.

Vitamin merupakan senyawa organic yang harus tersedia dalam pakan dalam jumlah relatif sedikit untuk perkembangan dan pertumbuhan secara normal. Vitamin dapat diklasifikasikan atas vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin B-kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit dengan fungsi utama sebagai koenzim pada berbagai proses metabolisme. Sedangkan vitamin lain seperti vitamin C, inositol dan kolin dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, dan K. dalam pakan udang-ikan biasanya diperkaya dengan vitamin premix yang terdiri dari 15 vitamin esensial.

Kebutuhan vitamin bagi udang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah : ukuran, umur, laju pertumbuhan dan lingkungan. Pada stadia muda kebutuhan vitamin dapat mencapai 50% lebih besar dibandingkan pada stadia dewasa. Demikian pula halnya dengan system pemeliharaan intensif, kebutuhan vitamin nampaknya lebih besar dibandingkan pada system pemeliharaan dengan padat tebar rendah. Defisiensi vitamin seringkali ditandai dengan deformitas fisik, kebutaan, pola renang yang tidak beraturan, letargi dan pertumbuhan lambat. Gejala perubahan fisik yang terjadi akibat kekurangan vitamin bervariasi, tergantung pada kekurangan jenis vitamin apa dalam pakan.
Untuk mengatasi kekurangan vitamin, selama proses pembuatan sering diperkaya dengan vitamin dalam jumlah yang berlebih (overfortify) dengan berbagai alasan seperti : informasi kebutuhan vitamin secara detail belum tersedia, banyak jenis vitamin tidak stabil baik terhadap prosessing maupun selama penyimpanan (seperti vitamin C).

Mineral
Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, proses metabolisme dan mempertahankan keseimbanagn osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi dan sisik adalh kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, aluminium, seng, aren dll. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Pada umumnya mineral- mineral itu didapatkan dari makanan, oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses pembuatan pakan.

Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan. Bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksi dan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksi dana tau zat anti tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin dan lain-lain dengan penggunaan 150 – 200 ppm. Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, tepung kanji, tepung terigu dan sagu, dengan pemakaian maksimal 10% bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang. Sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan dalam air (water stability) yang tinggi agar tidak cepat hancur.

Bahan utama penyusun pakan yang umum terdapat di daerah pedesaan antara lain: jagung, kedelai, dedak, tepung ikan, bungkil kelapa, tepung singkong, tepung terigu, bungkil kacang tanah dll. (Tabel 8). Dengan bantuan computer jenis dan komposisi bahan dapat ditentukan, namun demikian cara-cara konvensional seperti square method dapat dijadikan dasar, minimal untuk penentuan proporsi bahan baku untuk meperoleh pellet dengan kadar protein yang diinginkan. Vitamin dan mineral yang banyak dijual di toko belum terkandung perlu ditambahkan.

Referensi:
  1. Prasetya, B. 2015. Panduan praktis pakan ikan konsumsi. Jakarta: Penebar Swadaya.
  2. BBPBAP Jepara 2014, Juknis Teknik Pembuatan Pakan Murah Dengan Teknologi Sederhana
  3. Sumeru, S.U., dan Anna S., 1992, Pakan Udang Windu Kanisius, Yogyakarta, 94 hal.
  4. Afrianto, Eddy; dan Evi L. 2005. Pakan ikan: pembuatan, penyimpanan, pengujian, pengembangan. Yogyakarta: Kanisius.
  5. Anonim. 2009. Standar Nasional Indonesia: Pakan buatan untuk ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.), (No SNI 7473). Bogor: Badan Standardisasi Nasional.


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar