Sabtu, 24 Juli 2021

Penyakit Ikan - Bakterial Streptococciasis

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalakan antibiotik sebagai ” magic bullet” untuk melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif (Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat kronis disebabkan oleh bakteri garam positif Mycobacterium spp. dan penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri garam positif Streptococcus spp

Streptococcosis merupakan penyakit bakteri yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. Streptococcosis ditemukan pertama kali pada tahun 1957 pada budi daya rainbow trout di Jepang. Sejak itu ditemukan sejumlah ikan yang peka terhadap penyakit ini, di antaranya salmon, mullet, golden shiner, pinfish, eel, sea trout, tilapia, sturgeon, dan striped bass. Bakteri ini juga telah ditemukan pada beberapa ikan hias di antaranya rainbow sharks, red tailed, dan beberapa cichlids misalnya Venustus (Nimbochromis venustus) dan Pelvicachromi sp., serta beberapa jenis ikan terta. Penyakit ini merupakan penyakit yang zoonotik. Penyakit ini sering muncul pada sistem budi daya dengan sistem resirkulasi tertutup. Hal ini kemungkinan besar terkait dengan padat penebaran yang tinggi dan kualitas air yang buruk (kandungan nitrat tinggi).

Streptococcus sp. berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul, dan bersifat fakultatif aerob. Bakteri ini umumnya dijumpai dalam bentuk kumpulan sel-sel yang membentuk rantai. Bakteri ini memiliki diameter berukuran 0,7-1,4 um. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45 derajat celcius.

Gambar 5.2. Morfologi Streptococcus sp.

Bio – Ekologi Pathogen :
• Bakteri gram positif, berbentuk bulat kecil (cocci), bergabung menyerupai rantai, non-motil, koloni transparan dan halus.
• Infeksi Streptococcus iniae sering terjadi pada budidaya ikan air laut (kakap, kerapu), sedangkan S. agalactiae lebih banyak ditemukan pada ikan budidaya air tawar (nila).
• Pola serangan kedua jenis bakteri tersebut umumnya bersifat kronik – akut.
• Target organ infeksi Streptococcus spp. banyak ditemukan di otak dan mata, sehingga disebut “syndrome meningoencephalitis dan panophthalmitis”. Penyakit ini sering dilaporkan pada sistem budidaya intensif, lingkungan perairan tenang (stagnant) dan/atau sistem resirkulasi.
• Secara kumulatif, akibat serangan penyakit ini dapat menimbulkan mortalitas 30-100% dari total populasi selama masa pemeliharaan; dan penyakit ini merupakan kendala potensial yang harus diantisipasi berkenaan dengan program intensifikasi dan peningkatan produksi nila nasional.


Gejala Klinis :
• Menunjukkan tingkah laku abnormal seperti kejang atau berputar serta mata menonjol (exopthalmus).
• Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, dan pertumbuhan lambat.
• Warna gelap di bawah rahang, mata menonjol, pendarahan, perut gembung (dropsy) atau luka yang berkembang menjadi borok.
• Adakalanya. tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas kecuali kematian yang terus berlangsung.
• Pergerakan tidak terarah (nervous) dan pendarahan pada tutup insang (operculum).
• Sering pula ditemukan bahwa ikan yang terinfeksi terlihat normal sampai sesaat sebelum mati.

Diagnosa :
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.
• Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)

Gambar 1. Benih ikan nila yang terinfeksi Streptococcus agalactiae, menunjukkan gejala biexopthalmia


Gambar 2. Ikan nila yang terinfeksi Streptococcus agalactiae, menunjukkan gejala ulcer (borok) serius

Pengendalian :
• Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan
• Pencegahan secara dini (benih) melalui vaksinasi anti-Streptococcus spp.
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)

 Referensi

  1. Afrianto, E dan Liviawati E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanasius, Yogyakarta.
  2. Anonim., 1983. Petunjuk Ringkas Cara Penanggulangan Penyakit Parasit dan Bakterial pada Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
  3. Anonim., 2007. Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. Kep.02/MEN/2007 Tentang Cara Budi Daya Ikan yang Baik.
  4. Astuti, Indri., 2004. Pengantar Manajemen Kesehatan Ikan. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi.
  5. Kusumah, Hadhie., 1976. Dasar-Dasar Perikanan Umum dan Pengembangannya.
  6. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Usaha Perikanan Menengah, Bogor.
  7. Zonneveld, N ; E.A. Huisman ; J.H. Boon., 1990. Prinsip-Prinsip Budi Daya Ikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar