Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang memilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit. (Ghufran M.H., et al 2004)
Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisilinkungan yang kurang menunjang kehidupan lain. Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri dari yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati dan Morina, 2005).
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).
Hal yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka tubuh ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit. Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah menimbulkan banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).
Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi yang tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan) yang lemah, patogen serta kualitas lingkungan yang memburuk. Penyakit ikan dapat disebabkan oleh mikrob penyebab penyakit (Patogen) yang dapat berupa parasit, bakteri, virus maupun jamur (Kordi, 2004).
Jasad patogen merupakan sumber penyakit, walaupun pada saat tertentu penyebab karena ada faktor lain menjadi sumber. Jasad patogen termasuk organisme yang telah hidup diperairan tersebut, bahkan pada tubuh ikan, misalnya Vibrio sp. Sering ditemukan dibagian usus (intenstine) pada ikan-ikan sehat. Jasad patogen ini tidak dapat menyerang ikan dalam kondisi sehat dan lingkungan dalam keadaan optimum (Ghufran M.H., et al 2004).
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan dampak yang akan berakibat buruk dengan cepat. Akan tetapi, pada intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat berakibat buruk pada ikan yang dibudidayakan. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan berat tubuh, bentuk dan ketahanan tubuh ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus (Huda, 2008).
Penyebab penyakit ikan digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu penyakit infeksi dan penyakit noninfeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh parasit (protozoa, cacing, dan krustasea), jamur, bakteri, dan virus. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung.
Penularan penyakit infeksi dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal yaitu penyakit ditransfer oleh induk ke anakan melalui sperma atau telur, sedangkan penularan secara horizontal melalui media pemeliharaan, pakan, peralatan, maupun organisme lain yang terdapat dalam pemeliharaan.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kegagalan pada budi daya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakteri masih sering terjadi dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalkan antibiotik sebagai magic bullet untuk melawan penyakit bakterial.
Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri gram negatif (Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip, dan insang yang disebabkan oleh infeksi bakteri Flavobactrium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat kronis disebabkan oleh bakteri gram positif Mycobacterium sp. dan penyakit Streptococciasis yang disebabkan oleh bakteri gram positif Streptococcus
Bakteri Edwardsiella tarda merupakan salah satu jenis bakteri yang bersifat patogen pada ikan. Bergey’s (2014) menjelaskan klasifikasi ilmiah dari bakteri Edwardsiella tarda sebagai berikut : Filum : Proteobacteria, Kelas : Gamma Proteobacteria, Ordo : Enterobacteriales, Famili : Enterobacteriaceae . Genus : Edwardsiella, Spesies : Edwardsiella tarda.
Edwardsiella tarda merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang bengkok, dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, sedangkan pada suhu di bawah 10oC atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh (Park dkk., 2012).
Bio-Ekologi Patogen :
Bakteri berbentuk batang bengkok, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul, bersifat fakultatif anaerob, dan mampu memproduksi H2S.
Dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, menginfeksi beberapa jenis ikan antara lain: salmon, catfish, ikan mas, nila, dll.
Penularan secara horizontal yaitu kontak antara inang satu dengan inang lainnya atau melalui air.
Umumnya terjadi pada suhu air yang relatif tinggi (± 30oC) dan kandungan bahan organik tinggi.
Tingkat kematian tergantung pada kondisi lingkungan, pada kondisi yang sangat buruk dapat mengakibatkan kematian hingga 50%.
Gejala Klinis :
• Pada infeksi ringan, hanya menampakkan luka-luka kecil.
• Sebagai perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalam otot rusuk dan lambung.
• Pucat, perut gembung berisi cairan yang berwarna kekuningan atau kemerahan, pendarahan pada anus dan/atau anus tertekan ke dalam, dan mata pudar.
• Perkembangan lebih lanjut, luka-luka (rongga-rongga) mengalami pembengkakan dan apabila digores akan tercium bau gas H2S.
Diagnosa :
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.
• Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)
Gambar 1. Ikan fluonder yang terinfeksi bakteri Edwardsiella tarda mengalami abnormalitas pada anus
Gambar 2. Organ hati ikan fluonder yang terinfeksi bakteri Edwardsiella tarda berwarna pucat dan terdapat bercak-bercak putih
Pengendalian :
• Menghindari terjadinya stress (fisik, kimia, biologi)
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)
• Membatasi dan/atau mengatur pemberian pakan dan mencampur pakan dengan obat-obatan (medicated feed and feed restriction)
• Melakukan vaksinasi anti Edwardsiella tarda.
Referensi
- Afrianto, E dan Liviawati E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanasius, Yogyakarta.
- Kusumah, Hadhie., 1976. Dasar-Dasar Perikanan Umum dan Pengembangannya.
- Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Usaha Perikanan Menengah, Bogor.
- Salvira., 2004. Virologi (Pelatihan Diagnosa Penyakit Ikan). Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi.
- Taukhid., 2004. Manajemen Kesehatan Ikan. Seminar Nasional. Konsep Biosecurity dalam Manajemen Kesehatan Ikan. Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin, 30 September 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar