Tuberculosis pada ikan (piscine tuberculosis) pertama kali ditemukan pada ikan-ikan mas (Cyprinus carpio) yang hidup di sebuah danau kecil di Perancis pada tahun 1987 dimana danau tersebut banyak menerima polutan yang berasal dari pusat perawatan pasien tuberculosis (sanatorium) disekitarnya.
Mycobacteriosis atau tuberculosis pada ikan telah dilaporkan menyerang 151 jenis ikan dalam distribusinya dialam, penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri Mycobacterium termasuk Mycobacterium fortuitum dan. Mycobacterium marinum selanjutnya dijelaskan paling tidak terdapat 150 ikan air tawar dan ikan air laut dari 10 spesies yang ada terkena tuberculosis meskipun penyebabnya dari bakteri sulit diamati, tetapi paling banyak dari kasus yang ada disebabkan karena bakteri Mycobacterium marinum dan Mycobacterium fortuitu. (Giavenni dan Finanzzi, 1980).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan bakteri ini telah mengalami mutasi selain itu prevelensi terjadinya penyakit Tuberculosis pada manusia cukup tinggi sehingga dimungkinkan sputum dan urin yang dikeluarkan oleh penderita penyakit tuberculosis ini dapat mencemari perairan. Hal ini memungkinkan penularan penyakit ini melalui vektor ikan, karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui virulensi bakteri Mycobacterium tuberculosis ini pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Tuberculosis pada ikan disebabkan oleh Mycobacterium marinum merupakan bakteri yang berhubungan erat dengan Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mempunyai lebih dari lima puluh jenis bakteri yang berhubungan dengan tuberculosis dan dapat menyebabkan penyakit, dan secara khusus mampu tinggal dilingkungan manapun, di tanah, air dan binatang (Keefer, 2003). Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah ikan spesies asli kawasan Asia Tenggara (Khairuman dan Amri, 2005).
Daerah penyebaran gurami antara lain Thailand, Sri Lanka, Malaysia, Australia, Cina, India, dan Indonesia. Ikan ini kemudian menjadi salah satu jenis ikan yang penting dalam budidaya ikan air tawar di Asia (Roberts, 1989). Budidaya ikan gurame yang menjadi kendala selama ini adalah pertumbuhan ikan yang lambat dan munculnya serangan penyakit, salah satunya adalah penyakit bakterial.
Penyakit bakterial merupakan jenis penyakit yang menjadi penyebab kegagalan terbesar usaha perikanan. Salah satu penyakit bakterial yang sangat berbahaya pada ikan gurame adalah Mycobacteriosis yang disebabkan oleh Mycobacterium sp.
Di Indonesia, kejadian mycobacteriosis pada ikan gurame berkisar 30-60 % dan penyakit ini dapat menyebabkan kematian hingga 70 %. Mycobacterium marinum merupakan pathogen pada ikan dan manusia mempunyai hubungan yang erat satu sama lain dan pertumbuhan yang cepat, hal ini menjadi penting untuk dipelajari terutama pathogenesis dari mycobacterial ini. Mycobacterium marinum berhubungan erat dengan dengan Mycobacterium tuberculosis yang secara kompleks dapat menyebabkan penyakit pada ikan dan binatang amphibi dengan pathologi hampir sama dengan tuberculosis. Selain dapat menyebabkan infeksi pada ikan, mycobacteria air secara signifikan termasuk kedalam kelompok zoonotic.
Mycobacterium marinum merupakan pathogen pada manusia yang dapat menyebabkan luka granulomatous pada kulit dan luka dalam pada jaringan (Sahar, et al., 2001). Bakteri M. tuberculosis menurut Soini dan Musser (2001) telah mengalami mutasi pada gen 16S rRNA atau pada gen rpLs dengan kode protein ribosomal S12, selain itu juga mengalami mutasi pada gen pncA dan gen embB. Sementara itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Portillo et al., (1991) bahwa melalui pemeriksaan PCR bakteri M. tuberculosis selain ditemukan pada sputum penderita TBC juga ditemukan pada urin dan cairan cerebrospinal (CSF). Hal ini memungkinkan tersebarnya bakteri M. tuberculosis pada perairan mengingat penderita penyakit TBC yang semakin bertambah dari tahun ketahun.
Tingkat infeksi yang tinggi dari bakteri Mycobacterium marinum dapat menyebabkan pencemaran pada air tawar yang dipakai pada produksi ikan tropis. Bakteri ini dapat berkembang di kolam renang, pantai, sungai, muara, dan air PAM. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini sering disebut tuberculosis pada ikan, piscine tuberculosis, penyakit acid- fast atau penyakit granuloma.
Semua jenis ikan dapat terinfeksi oleh bakteri ini tetapi yang paling peka terkena penyakit ini adalah jenis ikan gurame, ikan neon tetras, ikan discus. Kasus pertama kali dari infeksi Mycobacterium marinum berhubungan dengan bak pemeliharaan ikan menurut Giavenni dan Finanzzi (1980) dilaporkan tahun 1962 oleh Swift dan Cohen.
Infeksi dapat terjadi karena adanya luka akibat terkena sirip ikan atau gigitan ikan juga dapat terjadi karena membersihkan kolam/bak pemeliharaan ikan. Bakteri ini sering kali masuk/menginfeksi manusia pada kulit yang lecet ketika sedang melakukan pemeliharaan kolam/bak ikan. Pada manusia gejala yang terlihat pada umumnya terbatas pada kulit dan dapat merusak jaringan.
Luka yang nampak kecil dan terlihat berwarna ungu dan secara berangsur-angsur tumbuh. Selain itu infeksi yang terlihat adalah adanya granuloma tunggal yang besar atau lymphangitic granuloma yaitu satu rangkaian benjolan yang lebih kecil yang umumnya dimulai dominant pada lengan tangan. (Fabricius et al., 2008).
Bakteri penyebab penyakit tuberculosis pada manusia dan hewan terutama ikan ini berbentuk batang ramping lurus atau sedikit bengkok dengan kedua ujungnya membulat. Koloninya kering dengan permukaan berbentuk bunga kol dan berwarna kuning.
Mycobacterium marinum berhubungan erat dengan Mycobacterium tuberculosis yang secara kompleks dapat menyebabkan penyakit pada ikan dan binatang amphibi dengan pathologi hampir sama dengan tuberculosis. Selain dapat menyebabkan infeksi pada ikan, mycobacteria air secara signifikan termasuk kedalam kelompok zoonotic.
Produksi akuakultur Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu sekitar 1,7 juta ton pada tahun 2005. Salah satu komoditas yang menjadi prioritas dalam pembangunan subsektor perikanan budidaya ini adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac). .ikan gurame yang disebabkan oleh Mycobacterium sp. Kejadian mycobacteriosis pada ikan gurame berkisar 30-60% dan penyakit ini dapat menyebabkan kematian hingga 70%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi pada ikan gurami yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium sp.
Mycobacteriosis adalah penyakit subakut dan kronik, ditandai dengan terbentuknya granuloma. Penyakit ini umumnya terjadi pada ikan-ikan yang dipelihara pada akuarium dalam jangka waktu yang lama atau dibudidaya secara intensif.
Bakteri Mycobacterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei adalah penyebab penyakit “Mycobacteriosis” pada ikan atau juga dikenal dengan “Fish Tuberculosis” dan “Piscine Tuberculosis”. Ketiga bakteri tersebut dikenal sebagai patogen pada ikan dan mempunyai gejala penyakit yang mirip. Bakteri Mycobacterium sp. dikenal ada dimana-mana dalam air dan sedimen serta telah diketahui menyerang berbagai jenis ikan laut dan tawar (167 spesies), baik ikan konsumsi, ikan hias, maupun udang galah serta semua udang penaeid. Ikan yang dipelihara dalam akuarium cenderung lebih besar kemungkinan terserang penyakit “Mycobacteriosis” dibanding ikan budidaya atau ikan liar.
Inang utama bakteri ini adalah jenis ikan air tawar seperti Gurame (Osphronemus gouramy), Cupang (Beta splendens), Katak lembu (Rana catesbeiana), Salmonidae, Gud (Gadus morchua), Karper (Cyprinus carpio), dan Gabus (Opiocephalus striatus). Mycobacterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei dapat diidentifikasi melalui gejala klinis, isolasi dan identifikasi (morfologi, biokimia) dan molekuler.4. Penyakit Mycobacteriosis/Fish Tuberculosis (TB) Tuberkulosis juga bisa terkena pada ikan. Dalam hal ini ada kasus penemuan ikan gurami yang terjangkit Tuberkulosis atau TBC. Banyak indikasi bahwa apabila memakan ikan terkena TBC, bisa menularkan penyakit tersebut.
Hal ini diungkapkan, Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Bandung Dedi Arief yang menyebutkan bahwa ikan gurami yang sudah terjangkit TBC sangat berbahaya karena jika dikonsumsi bisa menularkan penyakit mengerikan ini. "Ini disebabkan oleh pencemaran air oleh limbah rumah tangga dan kotoran manusia," kata Dedi, Ia menegaskan, banyak kolam budidaya ikan yang ternyata tidak memiliki sanitasi yang memadai.
Kemudian, setelah melakukan beberapa pengecekan ikan gurami di beberapa kabutaten di Jawa barat, diketahui bahwa ikan gurami ini terlihat tetap mulus dan tidak terlihat sakit. Namun, saat dibedah badannya, barulah dapat diketahui bahwa daging ikan ini sudah terinfeksi TBC. Menurut Dedi, ikan yang sudah terinfeksi TBC cenderung tidak aktif bergerak, terlihat lesu, kurus, dan memisahkan diri dari kawanannya.
Secara fisik, ikan ini memiliki mata yang menonjol, memiliki ukuran perut yang lebih besar dari normal, memiliki insang yang pucat, lebih kerdil, sisiknya terlihat kurang cerah, dan terkadang ekor atau siripnya patah. Jika kita menemukan tanda-tanda ini, ada baiknya kita tidak mengkonsumsi ikan tersebut.
Bio – Ekologi Pathogen :
• Bakteri gram positif, berbentuk batang pendek dan non-motil.
• Kolam tadah hujan dan pekarangan dengan sumber air terbatas lebih rentan terhadap infeksi jenis penyakit ini.
• Menunjukkan gejala yang variatif, namun sering pula tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali.
• Pola serangan mycobacteriosis bersifat kronik - sub akut, baik pada ikan air tawar, payau maupun ikan air laut.
• Suhu optimum berkisar 25–35 °C, tetapi masih dapat tumbuh baik pada suhu 18-20 °C.
Gejala Klinis :
• Hilang nasfu makan, lemah, kurus, mata melotot (exopthalmia) serta pembengkakan tubuh.
• Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis.
• Pada fase infeksi lanjut, secara internal telah terjadi pembengkakan empedu, ginjal dan hati; serta sering ditemukan adanya tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan.
• Pertumbuhan lambat, warna pucat dan tidak indah terutama untuk ikan hias.
• Lordosis, skoliosis, ulser dan rusaknya sirip (patah-patah) dapat terjadi pada beberapa ekor ikan yang terserang.
Diagnosa :
• Isolasi dengan menggunakan media selektif, dan diidentifikasi melalui uji bio-kimia.
• Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)
Gambar 1. Ikan gurame yang menderita mycobacteriosis, bercak-bercak merah di kulit (menyerupai cacar) dan selanjutnya berkembang menjadi luka
Gambar 2. Ikan gurame yang menderita mycobacteriosis, tampak dipenuhi tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan pada organ dalam dan daging ikan.
Pengendalian :
• Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
• Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi bakteri tersebut.
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)
• Perendaman Chloramine B atau T 10 ppm selama 24 jam dan setelah itu dilakukan pergantian air baru.
Referensi
- Anonim., 1983. Petunjuk Ringkas Cara Penanggulangan Penyakit Parasit dan Bakterial pada Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
- Anonim., 2007. Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. Kep.02/MEN/2007 Tentang Cara Budi Daya Ikan yang Baik.
- Astuti, Indri., 2004. Pengantar Manajemen Kesehatan Ikan. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi.
- Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Usaha Perikanan Menengah, Bogor.
- Panigoro, Novita., 2006. Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar