Sabtu, 24 Juli 2021

Penyakit Ikan - Tubercolosis

Tuberculosis  pada  ikan  (piscine tuberculosis)  pertama  kali  ditemukan  pada ikan-ikan  mas  (Cyprinus  carpio)  yang hidup  di  sebuah  danau  kecil  di  Perancis pada  tahun  1987  dimana  danau  tersebut banyak menerima polutan yang berasal dari pusat  perawatan  pasien  tuberculosis (sanatorium)  disekitarnya.  
Mycobacteriosis atau tuberculosis pada ikan telah dilaporkan menyerang  151    jenis  ikan  dalam distribusinya  dialam,  penyebabnya  adalah beberapa  jenis  bakteri  Mycobacterium termasuk  Mycobacterium  fortuitum  dan. Mycobacterium  marinum  selanjutnya dijelaskan    paling  tidak  terdapat  150  ikan air  tawar  dan  ikan  air  laut  dari  10  spesies yang  ada  terkena  tuberculosis  meskipun penyebabnya  dari  bakteri  sulit  diamati, tetapi  paling  banyak  dari  kasus  yang  ada disebabkan  karena  bakteri  Mycobacterium marinum  dan  Mycobacterium  fortuitu. (Giavenni dan Finanzzi, 1980). 

Berdasarkan  beberapa  penelitian yang  telah  dilakukan  bakteri  ini  telah mengalami  mutasi  selain  itu  prevelensi terjadinya  penyakit  Tuberculosis  pada manusia  cukup  tinggi  sehingga dimungkinkan  sputum  dan  urin  yang dikeluarkan  oleh  penderita  penyakit tuberculosis  ini  dapat  mencemari  perairan.  Hal  ini  memungkinkan  penularan  penyakit ini  melalui  vektor  ikan,  karena  itu  perlu dilakukan  penelitian  untuk  mengetahui virulensi  bakteri  Mycobacterium tuberculosis  ini  pada  Ikan  Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) 

Tuberculosis  pada  ikan  disebabkan oleh  Mycobacterium  marinum  merupakan bakteri  yang  berhubungan  erat  dengan Mycobacterium  tuberculosis.    Bakteri  ini mempunyai    lebih  dari  lima  puluh  jenis bakteri  yang  berhubungan  dengan tuberculosis  dan  dapat  menyebabkan penyakit, dan  secara khusus mampu tinggal dilingkungan  manapun,  di  tanah,  air  dan binatang (Keefer, 2003). Ikan  Gurami  (Osphronemus gouramy  Lac.)  adalah  ikan  spesies  asli kawasan  Asia  Tenggara  (Khairuman  dan Amri,  2005).  

Daerah  penyebaran  gurami antara  lain  Thailand,  Sri  Lanka,  Malaysia, Australia,  Cina,  India,  dan  Indonesia.  Ikan ini  kemudian  menjadi  salah  satu  jenis  ikan yang penting dalam budidaya ikan air tawar di  Asia  (Roberts,  1989).    Budidaya  ikan gurame  yang  menjadi  kendala  selama  ini adalah  pertumbuhan  ikan  yang  lambat  dan munculnya  serangan  penyakit,  salah satunya  adalah  penyakit  bakterial.  

Penyakit bakterial  merupakan  jenis  penyakit  yang menjadi penyebab kegagalan terbesar usaha perikanan.  Salah  satu  penyakit  bakterial yang  sangat  berbahaya  pada  ikan  gurame adalah  Mycobacteriosis  yang  disebabkan oleh  Mycobacterium  sp.    

Di  Indonesia, kejadian mycobacteriosis pada ikan gurame berkisar  30-60  %  dan  penyakit  ini  dapat menyebabkan kematian hingga 70 %. Mycobacterium  marinum merupakan    pathogen  pada  ikan  dan manusia  mempunyai  hubungan  yang  erat satu sama lain dan pertumbuhan yang cepat, hal  ini  menjadi  penting  untuk  dipelajari terutama  pathogenesis  dari  mycobacterial ini.  Mycobacterium  marinum  berhubungan erat  dengan  dengan  Mycobacterium tuberculosis  yang  secara  kompleks  dapat menyebabkan  penyakit  pada  ikan  dan  binatang amphibi  dengan pathologi hampir sama  dengan  tuberculosis.    Selain  dapat menyebabkan  infeksi  pada  ikan, mycobacteria air secara signifikan termasuk kedalam  kelompok  zoonotic.  

Mycobacterium  marinum  merupakan pathogen  pada  manusia  yang  dapat menyebabkan  luka  granulomatous  pada kulit  dan luka dalam pada jaringan (Sahar, et al., 2001). Bakteri  M.  tuberculosis  menurut Soini  dan  Musser  (2001)  telah  mengalami mutasi  pada  gen  16S  rRNA  atau  pada  gen rpLs  dengan  kode  protein  ribosomal  S12, selain  itu  juga  mengalami  mutasi  pada  gen pncA    dan  gen    embB.  Sementara  itu berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan Portillo  et  al.,  (1991)  bahwa  melalui pemeriksaan  PCR  bakteri  M.  tuberculosis selain  ditemukan  pada  sputum  penderita TBC  juga  ditemukan  pada  urin  dan  cairan cerebrospinal  (CSF).    Hal  ini memungkinkan  tersebarnya  bakteri  M. tuberculosis  pada  perairan  mengingat penderita  penyakit  TBC  yang  semakin bertambah dari tahun ketahun. 

Tingkat  infeksi  yang  tinggi    dari bakteri    Mycobacterium  marinum  dapat menyebabkan  pencemaran  pada  air  tawar yang  dipakai  pada  produksi  ikan  tropis.  Bakteri  ini  dapat    berkembang  di  kolam renang,  pantai,  sungai,  muara,    dan  air  PAM.  Penyakit    yang  disebabkan  oleh bakteri ini sering disebut  tuberculosis pada ikan,  piscine  tuberculosis,  penyakit  acid- fast    atau  penyakit    granuloma.    

Semua  jenis  ikan  dapat  terinfeksi  oleh  bakteri  ini tetapi yang paling peka terkena penyakit ini adalah  jenis  ikan  gurame,  ikan  neon  tetras, ikan  discus.      Kasus  pertama  kali  dari  infeksi  Mycobacterium  marinum berhubungan dengan bak pemeliharaan ikan menurut    Giavenni  dan  Finanzzi  (1980) dilaporkan  tahun  1962  oleh  Swift  dan Cohen.  

Infeksi dapat  terjadi karena adanya luka  akibat    terkena  sirip  ikan  atau  gigitan ikan  juga  dapat    terjadi  karena membersihkan  kolam/bak  pemeliharaan ikan. Bakteri  ini  sering  kali masuk/menginfeksi  manusia  pada  kulit yang  lecet  ketika  sedang  melakukan pemeliharaan  kolam/bak  ikan.  Pada manusia gejala yang terlihat pada umumnya terbatas  pada  kulit  dan  dapat  merusak jaringan.    

Luka  yang  nampak  kecil  dan terlihat    berwarna  ungu  dan  secara berangsur-angsur  tumbuh.  Selain  itu  infeksi  yang  terlihat  adalah  adanya granuloma    tunggal  yang  besar  atau lymphangitic  granuloma  yaitu  satu rangkaian  benjolan  yang  lebih  kecil  yang umumnya  dimulai  dominant  pada  lengan  tangan. (Fabricius et al., 2008).  

Bakteri penyebab penyakit tuberculosis pada manusia dan hewan terutama ikan ini berbentuk batang ramping lurus atau sedikit bengkok dengan kedua ujungnya membulat. Koloninya kering dengan permukaan berbentuk bunga kol dan berwarna kuning. 

Mycobacterium marinum berhubungan erat dengan Mycobacterium tuberculosis yang secara kompleks dapat menyebabkan penyakit pada ikan dan binatang amphibi dengan pathologi hampir sama dengan tuberculosis. Selain dapat menyebabkan infeksi pada ikan, mycobacteria air secara signifikan termasuk kedalam kelompok zoonotic. 

Produksi akuakultur Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu sekitar 1,7 juta ton pada tahun 2005. Salah satu komoditas yang menjadi prioritas dalam pembangunan subsektor perikanan budidaya ini adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac). .ikan gurame yang disebabkan oleh Mycobacterium sp. Kejadian mycobacteriosis pada ikan gurame berkisar 30-60% dan penyakit ini dapat menyebabkan kematian hingga 70%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi pada ikan gurami yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium sp.

Mycobacteriosis adalah penyakit subakut dan kronik, ditandai dengan terbentuknya granuloma. Penyakit ini umumnya terjadi pada ikan-ikan yang dipelihara pada akuarium dalam jangka waktu yang lama atau dibudidaya secara intensif.

Bakteri Mycobacterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei adalah penyebab penyakit “Mycobacteriosis” pada ikan atau juga dikenal dengan “Fish Tuberculosis” dan “Piscine Tuberculosis”. Ketiga bakteri tersebut dikenal sebagai patogen pada ikan dan mempunyai gejala penyakit yang mirip. Bakteri Mycobacterium sp. dikenal ada dimana-mana dalam air dan sedimen serta telah diketahui menyerang berbagai jenis ikan laut dan tawar (167 spesies), baik ikan konsumsi, ikan hias, maupun udang galah serta semua udang penaeid. Ikan yang dipelihara dalam akuarium cenderung lebih besar kemungkinan terserang penyakit “Mycobacteriosis” dibanding ikan budidaya atau ikan liar.

Inang utama bakteri ini adalah jenis ikan air tawar seperti Gurame (Osphronemus gouramy), Cupang (Beta splendens), Katak lembu (Rana catesbeiana), Salmonidae, Gud (Gadus morchua), Karper (Cyprinus carpio), dan Gabus (Opiocephalus striatus). Mycobacterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei dapat diidentifikasi melalui gejala klinis, isolasi dan identifikasi (morfologi, biokimia) dan molekuler.4. Penyakit Mycobacteriosis/Fish Tuberculosis (TB) Tuberkulosis juga bisa terkena pada ikan. Dalam hal ini ada kasus penemuan ikan gurami yang terjangkit Tuberkulosis atau TBC. Banyak indikasi bahwa apabila memakan ikan terkena TBC, bisa menularkan penyakit tersebut.

Hal ini diungkapkan, Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Bandung Dedi Arief yang menyebutkan bahwa ikan gurami yang sudah terjangkit TBC sangat berbahaya karena jika dikonsumsi bisa menularkan penyakit mengerikan ini. "Ini disebabkan oleh pencemaran air oleh limbah rumah tangga dan kotoran manusia," kata Dedi, Ia menegaskan, banyak kolam budidaya ikan yang ternyata tidak memiliki sanitasi yang memadai.

Kemudian, setelah melakukan beberapa pengecekan ikan gurami di beberapa kabutaten di Jawa barat, diketahui bahwa ikan gurami ini terlihat tetap mulus dan tidak terlihat sakit. Namun, saat dibedah badannya, barulah dapat diketahui bahwa daging ikan ini sudah terinfeksi TBC. Menurut Dedi, ikan yang sudah terinfeksi TBC cenderung tidak aktif bergerak, terlihat lesu, kurus, dan memisahkan diri dari kawanannya.

Secara fisik, ikan ini memiliki mata yang menonjol, memiliki ukuran perut yang lebih besar dari normal, memiliki insang yang pucat, lebih kerdil, sisiknya terlihat kurang cerah, dan terkadang ekor atau siripnya patah. Jika kita menemukan tanda-tanda ini, ada baiknya kita tidak mengkonsumsi ikan tersebut.

Bio – Ekologi Pathogen :
• Bakteri gram positif, berbentuk batang pendek dan non-motil.
• Kolam tadah hujan dan pekarangan dengan sumber air terbatas lebih rentan terhadap infeksi jenis penyakit ini.
• Menunjukkan gejala yang variatif, namun sering pula tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali.
• Pola serangan mycobacteriosis bersifat kronik - sub akut, baik pada ikan air tawar, payau maupun ikan air laut.
• Suhu optimum berkisar 25–35 °C, tetapi masih dapat tumbuh baik pada suhu 18-20 °C.

Gejala Klinis :
• Hilang nasfu makan, lemah, kurus, mata melotot (exopthalmia) serta pembengkakan tubuh.
• Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis.
• Pada fase infeksi lanjut, secara internal telah terjadi pembengkakan empedu, ginjal dan hati; serta sering ditemukan adanya tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan.
• Pertumbuhan lambat, warna pucat dan tidak indah terutama untuk ikan hias.
• Lordosis, skoliosis, ulser dan rusaknya sirip (patah-patah) dapat terjadi pada beberapa ekor ikan yang terserang.

Diagnosa :
• Isolasi dengan menggunakan media selektif, dan diidentifikasi melalui uji bio-kimia.
• Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)

Gambar 1. Ikan gurame yang menderita mycobacteriosis, bercak-bercak merah di kulit (menyerupai cacar) dan selanjutnya berkembang menjadi luka



Gambar 2. Ikan gurame yang menderita mycobacteriosis, tampak dipenuhi tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan pada organ dalam dan daging ikan.

Pengendalian :
• Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
• Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi bakteri tersebut.
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)
• Perendaman Chloramine B atau T 10 ppm selama 24 jam dan setelah itu dilakukan pergantian air baru.

 Referensi

  1. Anonim., 1983. Petunjuk Ringkas Cara Penanggulangan Penyakit Parasit dan Bakterial pada Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
  2. Anonim., 2007. Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. Kep.02/MEN/2007 Tentang Cara Budi Daya Ikan yang Baik.
  3. Astuti, Indri., 2004. Pengantar Manajemen Kesehatan Ikan. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi.
  4. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Usaha Perikanan Menengah, Bogor.
  5. Panigoro, Novita., 2006. Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar