Sabtu, 24 Juli 2021

Penyakit Ikan - Myxozoa

Lingkungan budi daya perikanan merupakan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang biaknya organisme yang dibudidayakan, juga merupakan lingkungan yang potensial untuk agen penyakit, seperti parasit. Kata parasit berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas dua suku kata, yakni para dan sites. Para berarti di samping (beside=bahasa Inggeris), sedangkan sites berarti makanan (feed=bahasa Inggeris). Parasit adalah suatu organisme hidup atau di dalam organisme hidup lain (yang berbeda spesiesnya) yang selain mendapat perlindungan juga memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya.

Suatu organisme hidup dikatakan sebagai parasit apabila memenuhi ciri- ciri sebagai berikut:
a. Organisme hidup tersebut haruslah tinggal (sementara atau selama masa hidupnya) pada (organ tubuh bagian luar) atau di dalam (organ tubuh bagian dalam) organisme hidup lainnya.
b. Organisme hidup tersebut haruslah berbeda spesiesnya dari organisme hidup yang didiaminya.
c. Organisme hidup tersebut minimal memperoleh keuntungan berupa tempat tinggal dan makanan dari organisme hidup yang didiaminya.

Parasit hidup, tumbuh, dan berkembang biak pada berbagai macam lingkungan. Parasit dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan bergantung pada cara-cara penggolongannya. Berdasarkan tempat tinggalnya, parasit dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1) Ekto parasit adalah parasit yang mendiami atau tinggal di bagian organ tubuh sebelah luar organisme hidup yang didiaminya. Misalnya, Ichthyopthirius multifilis, Argulus sp., dan lain-lain.

2) Endo parasit adalah parasit yang tinggal di dalam bagian organ tubuh sebelah dalam organisme hidup yang didiaminya. Misalnya, Aphanomyces invadans, Myxobolus sp. dan lain-lain.

Bila ditinjau dari segi siklus hidupnya, parasit dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1) Parasit intermitten (intermitten parasites) adalah parasit yang siklus hidupnya secara periodik pada waktu-waktu tertentu berada pada atau di dalam, sedangkan pada waktu-waktu lainnya harus meninggalkan tubuh organisme hidup yang didiaminya. Parasit akan mati bila kondisi lingkungan yang sesuai dengan siklus hidupnya tidak didapatkan. Misalnya, Ichthyopthirius multifilis.

2) Parasit fakultatif (facultative parasites) adalah parasit yang di dalam siklus hidupnya dapat berfungsi sebagai parasit pada atau di dalam organisme hidup lainnya dan dapat hidup di alam bebas (tanpa ada organisme lain yang didiaminya). Misalnya, Argulus sp.

3) Parasit obigateri (obigatery parasites) adalah parasit yang siklus hidupnya penuh berfungsi sebagai parasit pada atau di dalam organisme hidup lainnya, sebagian atau seluruh masa hidupnya berada pada atau di dalam organisme hidup lainnya. Parasit ini tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya organisme hidup lainnya (yang didiaminya). Misalnya, Cyclochaeta sp.

Dari segi bio taksonomi, parasit dikelompokkan ke dalam dua golongan,yaitu:
1) Parasit tumbuhan (phyto parasites) adalah parasit yang secara bio taksonomi tergolong ke dalam dunia tanaman. Misalnya, Saprolegnia sp. dan Achlya sp.
2) Parasit hewan (zoo parasites) adalah parasit yang secara bio taksonomi tergolong kepada dunia hewan. Misalnya, Gyrodactylus sp., Lernea sp.

Parasit Protozoa
Protozoa adalah organisme (hewan) bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu sel yang merupakan kesatuan yang lengkap, baik dalam susunan maupun dalam fungsinya.

Struktur sel protozoa terdiri atas dua bagian, yaitu sitoplasma dan nukleus (inti). Sitoplasma terdiri atas ekto plasma dan endo plasma. Ekto plasma adalah bagian luar yang terdiri atas hialin yang jernih dan homogen dengan struktur yang elastis. Fungsi ekto plasma adalah sebagai alat pergerakan, mengambil makanan, proses ekskresi, proses respirasi, dan mempertahankan diri.

Endo plasma adalah bagian dalam dari sel, tidak jernih yang berbutir-butir dan di dalamnya terdapat inti. Di dalam endo plasma terdapat vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda asing, dan benda kromatoid.

Inti adalah bagian terpenting yang diperlukan untuk mempertahankan hidup dan untuk reproduksi serta untuk mengatur metabolisme. Inti terdiri atas membran intik (selaput inti) yang meliputi serabut inti (retikulum) halus yang berisi cairan dan kariosom.

Protozoa mempunyai dua cara reproduksi, yaitu cara aseksual dan cara seksual. Cara aseksual adalah berkembang biak tanpa perkawinan. Apabila kondisi lingkungan baik, maka protozoa mengadakan pembelahan diri yang dimulai dari kariosom, kemudian inti, dan seterusnya sitoplasma. Cara berkembang biak secara aseksual ini terdiri atas lima cara, yaitu 

1). Cara binary fission, dari satu parasit menjadi dua dan seterusnya. 
2). Cara endodiogenik, satu sel menjadi dua, dari satu inti membelah menjadi dua, kemudian diikuti oleh sitoplasma. 
3). Cara endopoligenik, satu sel akan berkembang biak menjadi beberapa sel baru, dari inti membelah menjadi banyak, kemudian diikuti oleh sitoplasma. Pembelahan inti terjadi secara teratur dan sitoplasma juga mengikuti pembelahan ini secara teratur.
4). Cara splitting, satu sel akan berkembang biak menjadi beberapa sel baru, dari inti membelah menjadi banyak, kemudian diikuti oleh sitoplasma. Pembelahan inti menjadi banyak tapi tidak teratur tiap belahannya, akan diikuti sitoplasma dan sel baru yang terbentuk juga kurang teratur. 5). Cara skizogoni, satu inti membelah menjadi banyak dan diikuti pembelahan sitoplasma, hingga terbentuk merozoit yang banyak.

Cara seksual berupa perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet, akan menghasilkan zigot, lalu terbentuk ookinet, lalu menjadi ookista yang di dalamnya terbentuk sporozoit, proses ini disebut sporogoni.

Menurut Irianto (2005), protozoa penyebab penyakit infeksi pada ikan dapat ditularkan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui perantaraan inang antara, ini terkait erat dengan siklus hidup protozoa bersangkutan.

Pada dasarnya sebagian besar protozoa hidup bebas dan bersifat saprofitik, dan hanya pada kondisi tertentu menjadi bersifat parasit. Sejumlah protozoa parasit memungkinkan sistem imun inang aktif dan menekan populasinya. Meskipun demikian, pada keadaan sistem imun mengalami tekanan akibat sistem imun mengalami tekanan akibat faktor lingkungan (misalnya polusi dan perubahan suhu) atau kondisi inang lemah akibat nutrient yang buruk, maka parasit protozoa akan meledak populasinya menjadi patogenik dan menyebabkan ikan menjadi sakit.

Protozoa yang berperan sebagai parasit pada ikan-ikan air tawar, dibagi menjadi lima kelas, yaitu siliata (sesil dan motil), flagellata, myxozoa, mikrosporidia, dan coccidian.

Myxozoa

a. Biologi-Ekologi Patogen
Myxozoa adalah parasit yang tersebar luas dalam populasi ikan yang dipelihara di kolam. Kebanyakan infeksi yang terjadi pada ikan menimbulkan masalah yang kecil, tetapi infeksi yang berat bisa menjadi serius, terutama pada benih ikan. Myxozoa adalah parasit yang mempengaruhi berbagai macam jaringan. Parasit ini sangat berlimpah dan beragam jenisnya, baik berdasarkan ukuran dan bentuk spora 

Gambar  Morfologi Myxozoa (Pouder et al., 2005).

b. Gejala Klinis
Tanda-tanda klinis ikan yang terserang penyakit Myxozoa bervariasi, bergantung pada target organ. Misalnya, ikan memproduksi mukus secara berlebihan, ditandai sebagai infeksi parasit flagella henneguya. Nodul-nodul warna putih atau kekuningan nodul akan tampak pada organ. Penyakit wasting kronik adalah penyakit parasit Myxozoa pada saluran pencernaan dikenal sebagai Chloromyxum.

c. Pengendalian
Sampai saat ini, belum ada pengobatan untuk infeksi Myxozoa pada ikan. Spora Myxozoa sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Cara pengendalian yang direkomendasikan dengan melakukan desinfeksi lingkungan dan fasilitas budi daya.


Referensi
  1. Anonim., 1983. Petunjuk Ringkas Cara Penanggulangan Penyakit Parasit dan Bakterial pada Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
  2. Prayitno, Budi; A.Sarono; Widodo;N.Thaib; S.Hariyanto; E.B.Sri Haryani; W.Novianti, dan S.Wardani., 1996. Deskripsi Hama dan Penyakit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Udang. Kerjasama Pusat Karantina Pertanian dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang.
  3. Yuasa, Kei; N.Panigoro; M.Bahnan, dan E.B.Kholidin., 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budi Daya Air Tawar di Indonesia. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi. Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar