Selasa, 24 Agustus 2021

Budidaya Ikan Tawes - Mengenal Lebih Jauh

Indonesia  memiliki  banyak  spesies  ikan yang termasuk famili Cyprinidae dan tersebar di perairan Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Salah  satunya  adalah  ikan  tawes,  Barbonymus gonionotus  atau  juga  dikenal  dengan  nama  ba- der  putihan.  Ikan  ini  merupakan  spesies  asli Indonesia (Kottelat et al 1993) yang merupakan salah  satu  kekayaan  alam  perairan  Indonesia terutama di Pulau Jawa. 
Penelitian terhadap ikan tawes sudah pernah  dilakukan  oleh  Kusmini  et  al.  (2009)  dengan  membandingkan  ikan  tengadak  (Barbony- mus  schwanenfeldii)  dan  ikan  tawes  (B.  gonio- notus)  dari  Jawa  Barat  melalui  penanda  RAPD (Random  Amplified  Polimorfism  DNA).  Hasil penelitian  menunjukkan  adanya  keragaman genetik  antara  ikan  tengadak  dan  ikan  tawes yang mengindikasikan bahwa jenis ikan tersebut memiliki  perbedaan  genetik  yang  nyata  walau pun sama-sama dari Jawa Barat. 

Belum ada penelitian keragaman antarikan tawes sebelumnya terutama  pada  populasi  ikan  tawes  di  sungai Jawa  Tengah  yakni  Sungai  Bengawan  Solo, Sungai  Dengkeng,  Sungai  Opak,  dan  Waduk Gajah  Mungkur.  Ketiga  sungai  tersebut  memi- liki  aliran  unik  yakni  aliran  Sungai  Dengkeng bertemu  dengan  aliran  Sungai  Bengawan  Solo sedangkan  aliran  Sungai  Opak  terpisah  dari keduanya.  Hal  tersebut  menjadikan  sebuah fenomena  keterpisahan  populasi  ikan  tawes menjadi  dua  atau  lebih  yang  menarik  untuk diteliti bagaimana keragamannya.  

Mengenal Ikan Tawes (Barbonymus Goniono Bleeker)


Ikan tawes (Barbonymus goniono Bleeker, 1850) merupakan salah satu jenis ikan sungai yang biasa dikonsumsi di daerah Asia Tenggara. Ikan tawes mempunyai ukuran tubuh sedang dan mudah dibudidayakan di kolam-kolam.

Menurut catatan FAO, ikan ini pernah diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972). Ikan ini masih berkerabat dengan ikan nilem. Pieter Bleeker telah mengidentifikasi hewan ini pada abad ke-19 dan memberi nama berbeda untuk yang ditemukan di Indonesia (Barbus gonionatus, dengan alternatif Puntius gonionatus, Barbonymus gonionatus, serta Barbodes gonionatus, 1850), dan di Jawa (Barbus javanicus, dengan alternatif Puntius javanicus, 1855). Garibaldi (1996) merevisi P. gonionatus sebagai Barbus gonionatus], namun Kottelat (1999) merevisi kembali dengan menggabungkan kedua spesies dengan dua spesies lain sebagai satu spesies, Barbonymus gonionatus. Nama terakhir ini adalah nama yang dianggap valid.

Nama-nama lainnya, di antaranya lawak, lalawak (melayu); turub hawu (Sunda.); dan tawes, badir (Jawa.). Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dinamai Java Barb, Silver Barb, atau juga Tawes. Ikan ini juga masih berkerabat dengan ikan nilem.

Klasifikasi Ilmiah Ikan Tawes
  • Kerajaan : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Actinopterygii
  • Ordo : Cypriniformes
  • Famili : Cyprinidae
  • Genus : Barbonymus
  • Spesies : Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850); Barbus gonionotus Bleeker, 1850; Barbus javanicus Bleeker, 1855; Barbus koilometopon Bleeker, 1857; Puntius jolamarki Smith, 1934; Puntius viehoeveri Fowler, 1943
Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncung meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah diantara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di bagian punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, sirip dada berwarna kuning dan sirip dubur berwarna oranye terang.

Di alam, tawes ditemukan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir, hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menyukai air yang diam menggenang. Tercatat pula migrasi ikan ini meski tidak terlampau jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, saluran, dan dataran banjir, khususnya di awal musim hujan. Penyebaran alaminya tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa.

Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Tawes mau juga memangsa aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.

Sifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air. Penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air danau

Meski sebenarnya ikan tawes adalah ikan yang termasuk herbivore atau pemakan tumbuhan, namun ikan tawes yang sudah dikembang biakkan di kolam dapat diberi makan pelet atau makanan alami berupa daunt talas. Perkembangan ikan di kolam akan jauh lebih cepat karena pola makan yang cukup dan teratur dan tujuannya adalah sebagai ikan konsumsi menyebabkan ikan tawes jarang di gunakan sebagai ikan pancingan di kolam–kolam pancing.

Ikan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand. Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh. Taksiran produksi ikan tawes dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton di tahun 1994.

Referensi
  1. Budiharjo A. 2001. Perubahan karakter morfologi ikan tawes (Barbodes gonionotus) yang hidup di Danau Gua Serpeng, Gunungkidul. Biodiversitas, 1(2): 104-109.
  2. Guci A, Syandri H, Azrita. 2014. Karakteristik morfologi ikan gabus (Channa striata Blkr.) berdasarkan truss morfometrik pada habitat perairan yang berbeda. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan, 5(1): 1-11
  3. Kusmini II, Mulyasari, Widiyati A, Nugroho E. 2009. Karakter genetik ikan tengadak (Barbodes sp.), ikan tawes albino (Bar- bodes sp.) dan ikan tawes (Barbodes gonionotus). Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Yogyakarta, Sabtu 25 Juli 2009, Jilid I Budidaya Perikanan. UGM. ISBN : 978-979-99781-9-6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar