Indonesia memiliki banyak spesies ikan yang termasuk famili Cyprinidae dan tersebar di perairan Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Salah satunya adalah ikan tawes, Barbonymus gonionotus atau juga dikenal dengan nama ba- der putihan. Ikan ini merupakan spesies asli Indonesia (Kottelat et al 1993) yang merupakan salah satu kekayaan alam perairan Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Penelitian terhadap ikan tawes sudah pernah dilakukan oleh Kusmini et al. (2009) dengan membandingkan ikan tengadak (Barbony- mus schwanenfeldii) dan ikan tawes (B. gonio- notus) dari Jawa Barat melalui penanda RAPD (Random Amplified Polimorfism DNA). Hasil penelitian menunjukkan adanya keragaman genetik antara ikan tengadak dan ikan tawes yang mengindikasikan bahwa jenis ikan tersebut memiliki perbedaan genetik yang nyata walau pun sama-sama dari Jawa Barat.
Belum ada penelitian keragaman antarikan tawes sebelumnya terutama pada populasi ikan tawes di sungai Jawa Tengah yakni Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Opak, dan Waduk Gajah Mungkur. Ketiga sungai tersebut memi- liki aliran unik yakni aliran Sungai Dengkeng bertemu dengan aliran Sungai Bengawan Solo sedangkan aliran Sungai Opak terpisah dari keduanya. Hal tersebut menjadikan sebuah fenomena keterpisahan populasi ikan tawes menjadi dua atau lebih yang menarik untuk diteliti bagaimana keragamannya.
Mengenal Ikan Tawes (Barbonymus Goniono Bleeker)
Ikan tawes (Barbonymus goniono Bleeker, 1850) merupakan salah satu jenis ikan sungai yang biasa dikonsumsi di daerah Asia Tenggara. Ikan tawes mempunyai ukuran tubuh sedang dan mudah dibudidayakan di kolam-kolam.
Menurut catatan FAO, ikan ini pernah diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972). Ikan ini masih berkerabat dengan ikan nilem. Pieter Bleeker telah mengidentifikasi hewan ini pada abad ke-19 dan memberi nama berbeda untuk yang ditemukan di Indonesia (Barbus gonionatus, dengan alternatif Puntius gonionatus, Barbonymus gonionatus, serta Barbodes gonionatus, 1850), dan di Jawa (Barbus javanicus, dengan alternatif Puntius javanicus, 1855). Garibaldi (1996) merevisi P. gonionatus sebagai Barbus gonionatus], namun Kottelat (1999) merevisi kembali dengan menggabungkan kedua spesies dengan dua spesies lain sebagai satu spesies, Barbonymus gonionatus. Nama terakhir ini adalah nama yang dianggap valid.
Nama-nama lainnya, di antaranya lawak, lalawak (melayu); turub hawu (Sunda.); dan tawes, badir (Jawa.). Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dinamai Java Barb, Silver Barb, atau juga Tawes. Ikan ini juga masih berkerabat dengan ikan nilem.
Klasifikasi Ilmiah Ikan Tawes
- Kerajaan : Animalia
- Filum : Chordata
- Kelas : Actinopterygii
- Ordo : Cypriniformes
- Famili : Cyprinidae
- Genus : Barbonymus
- Spesies : Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850); Barbus gonionotus Bleeker, 1850; Barbus javanicus Bleeker, 1855; Barbus koilometopon Bleeker, 1857; Puntius jolamarki Smith, 1934; Puntius viehoeveri Fowler, 1943
Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncung meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah diantara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di bagian punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, sirip dada berwarna kuning dan sirip dubur berwarna oranye terang.
Di alam, tawes ditemukan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir, hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menyukai air yang diam menggenang. Tercatat pula migrasi ikan ini meski tidak terlampau jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, saluran, dan dataran banjir, khususnya di awal musim hujan. Penyebaran alaminya tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa.
Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Tawes mau juga memangsa aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.
Sifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air. Penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air danau
Meski sebenarnya ikan tawes adalah ikan yang termasuk herbivore atau pemakan tumbuhan, namun ikan tawes yang sudah dikembang biakkan di kolam dapat diberi makan pelet atau makanan alami berupa daunt talas. Perkembangan ikan di kolam akan jauh lebih cepat karena pola makan yang cukup dan teratur dan tujuannya adalah sebagai ikan konsumsi menyebabkan ikan tawes jarang di gunakan sebagai ikan pancingan di kolam–kolam pancing.
Ikan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand. Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh. Taksiran produksi ikan tawes dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton di tahun 1994.
Referensi
- Budiharjo A. 2001. Perubahan karakter morfologi ikan tawes (Barbodes gonionotus) yang hidup di Danau Gua Serpeng, Gunungkidul. Biodiversitas, 1(2): 104-109.
- Guci A, Syandri H, Azrita. 2014. Karakteristik morfologi ikan gabus (Channa striata Blkr.) berdasarkan truss morfometrik pada habitat perairan yang berbeda. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan, 5(1): 1-11
- Kusmini II, Mulyasari, Widiyati A, Nugroho E. 2009. Karakter genetik ikan tengadak (Barbodes sp.), ikan tawes albino (Bar- bodes sp.) dan ikan tawes (Barbodes gonionotus). Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Yogyakarta, Sabtu 25 Juli 2009, Jilid I Budidaya Perikanan. UGM. ISBN : 978-979-99781-9-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar