Sabtu, 24 Juli 2021

Penyakit Ikan - Mycobacteriosis

Penyakit ikan akibat infeksi bakteri telah banyak menyebar di Indonesia. Penyakit tersebut selain dapat menimbulkan kerugian berupa kematian ikan juga dapat menurunkan kualitas ikan yaitu kesegaran, warna, dan cacat tubuh yang kesemuanya tentu saja akan berpengaruh pada harga jual/nilai ekonomis ikan tersebut. Adapun kematian yang ditimbulkannya menurut Supriyadi & Taufik (1981), Taufik (1992), Supriyadi & Rukyani (1990) dapat mencapai 50% -100%.

Jenis-jenis bakteri penginfeksi ikan budidaya sangat banyak seperti yang dikemukakan oleh Supriyadi et al. (2005) telah melakukan penelitian keragaan penyakit akibat infeksi bakteri pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan pada Keramba Jaring Apung (KJA), banyak sekali bakteri yang dapat menginfeksi ikan nila namun pada umumnya didominasi oleh Aeromonas hydrophila, Pseudomonas sp., Alteromonas shigelloides, dan Streptococcus sp. Bakteri Aeromonas hydrophila juga merupakan masalah pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio) dan lele (Clarias batrachus). Bakteri Edwardsiella tarda dan Edwardsiella ictaluri juga merupakan bakteri yang banyak menimbulkan masalah pada budidaya ikan lele- lelean termasuk pangasid.

Penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium sp. telah banyak menginfeksi terutama pada ikan konsumsi dan ikan hias baik ikan air tawar maupun ikan air laut (Nigrelli & Vogel, 1963; Chinabut et al., 1990). Penyakit tersebut dapat menimbulkan kematian lebih dari 20% pada ikan gabus (Limsuwan et al., 1983) dan selain itu juga, menurunkan mutu ikan itu sendiri. Gejala klinis yang dapat diamati dari ikan yang terinfeksi penyakit tersebut antara lain: mata menonjol (exophthalmia), adanya benjolan pada tubuh dan terdapatnya bintil-bintil berwarna keputihan (tubercle) pada daging, ginjal, hati, dan limfa. Mycobacteriosis atau sering juga disebut dengan tuberculosis pada ikan merupakan penyakit yang sifat serangannya kronis dan dapat menginfeksi berbagai spesies ikan baik ikan laut maupun ikan air tawar. Bahkan telah dilaporkan lebih dari 150 spesies ikan dapat terinfeksi oleh penyakit tersebut (Frerich, 1993).

Jenis-jenis Ikan Inang
Telah dikatakan di atas bahwa sejumlah 151 spesies ikan baik ikan laut maupun ikan air tawar sudah diketahui dapat terinfeksi oleh penyakit ini. Di Indonesia, Supriyadi et al. (2003) telah mengisolasi Mycobacterium sp. dari berbagai ikan budidaya yaitu di antaranya: ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurame (Osphronemus gouramy). Namun demikian bateri tersebut tidak ditemukan pada ikan lele (Clarias batrachus). Prevalensi paling tinggi penyakit ini terdapat pada ikan gurame.

Infeksi penyakit mycobacteriosis pada ikan laut di Indonesia belum ada informasi yang diperoleh karena belum ada penelitian yang dilaksanakan untuk mengetahui hal tersebut. Sebenarnya sudah waktunya untuk dilakukan penelitian tersebut, mengingat sudah banyak ikan laut yang sekarang sudah dibudidayakan. Jenis-jenis ikan laut yang diketahui telah terinfeksi oleh mycobacteriosis menurut Kane et al. (2007) di antaranya: Atlantic menhaden (Brevoortica tyrannus), Blueback herring (Alosa aestivalis), Winter flounder (Pleuronectes americanus), Striped killifish (Fundulus majalis), Mummichog (F.heteroclitus), Largemouth bass (Micropterus salmoides), Weakfish (Cynoscion regalis), Spot (Leiostomus xanthurus), dan White perch (Morone americana)

Gejala Infeksi pada Ikan 
Infeksi penyakit ini pada ikan yang berumur muda/ benih, mungkin tidak akan menunjukkan gejala klinis karena penyakit ini sifat serangannya kronis dengan efek yang sangat lamban. Pada ikan besar infeksi terjadi apabila ikan mengalami stres oleh suatu sebab. Gejala awal yang tampak antara lain nafsu makan berkurang, pembengkakan pada kulit, mata menonjol, lesu, dan borok mungkin akan timbul kemudian. Apabila ikan dibedah biasanya akan tampak tubercle/granuloma yaitu bintil-bintil berwarna putih yang terdapat pada daging dan organ dalam seperti hati, limpha, dan ginjal (Gambar 1).

Gambar 1. Gejala klinis ikan yang terinfeksi mycobacteriosis berupa mata menonjol (exophthalmia) dan terdapatnya tubercle/granuloma pada daging, limpa, dan hati

Diagnosa Penyakit
Diagnosa pendugaan dari penyakit ini biasanya didasarkan pada adanya tubercle/granuloma yang biasa diamati setelah kita membedah ikan yang diduga terinfeksi berdasarkan gejala-gejala klinis luar yang tampak seperti telah diuraikan di atas. Apabila granuloma belum terbentuk dengan jelas maka kita bisa mengamatinya di bawah mikroskop dari preparat smear/apus yang diambil dari jaringan hati, limpha, dan ginjal. Granuloma juga kadang-kadang bias terdapat pada luka kulit. Setelah itu, diyakinkan dengan pewarnaan acid fast yang sediaannya diambil dari jaringan yang diduga terinfeksi. Apabila terdapat bakteria yang berbentuk batang terwarnai merah atau pink dengan latar belakang hijau muda, maka tandanya bahwa ikan tersebut positif terinfeksi mycobacteriosis.

a. Biologi-Ekologi Patogen
Mycobacteriosis merupakan penyakit bakteri yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium sp. Bakteri Mycobacterium sp. merupakan bakteri berbentuk batang dan bersifat gram positif. Sejumlah jenis Mycobacterium sp. diketahui merupakan patogen pada hampir semua jenis ikan baik air tawar maupun air laut, spesies tersebut terutama adalah Mycobacterium marinum, M. fortuitum, dan M. chelonae (Ruth dan Roy, 2002). Tingkat infeksi dalam suatu populasi dapat bervariasi dari 10-100% (Irianto, 2005). Mycobacteriosis merupakan penyakit yang zoonosis. Penyakit ini sering muncul pada sistem budi daya dengan sistem tertutup atau resirkulasi.

Gambar Ikan gurami yang terinfeksi Mycobacterium sp.

b. Gejala Klinis
Gejala eksternal Mycobacteriosis sangat bervariasi, umumnya ikan yang terserang penyakit ini akan menunjukkan tidak berkembangnya kelamin sekunder, ikan menjadi kurus, warna ikan menjadi pucat, terjadi skoliosis dan lordosis, peradangan kulit, mata membengkak, luka terbuka, borok, ikan menjadi lesu dan kembung, ikan menjadi tidak nafsu makan, dan ikan mengembangkan sirip dan ekor menjadi busuk.

Secara internal, ikan yang terinfeksi menunjukkan terjadinya granuloma atau nodul-nodul berwarna putih keabu-abuan pada sejumlah organ dalam seperti hati, ginjal, limfa, jantung, dan jaringan otot, dan di dalam granuloma sering dijumpai akumulasi sel-sel patogen tersebut.

c. Pengendalian
Mycobacteriosis merupakan suatu penyakit yang mendapat perhatian karena dapat menyebabkan kematian kronis pada organisme budi daya dengan tingkat kematian rendah hingga sedang tetapi berlangsung terus menerus, mycobacteriosis tidak dapat diobati, dan ikan yang terinfeksi Mycobacterium sp. memungkinkan menularkannya kepada manusia.

Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap baik, pemberian nutrisi yang tepat, menjaga lingkungan yang bersih, mengkarantina ikan baru, mengurangi kepadatan ikan, desinfeksi peralatan budi daya, dan penggunaan sarung tangan dan dicuci bersih dengan 70% iso propil alkohol dan sabun antibakteri.

Manajemen Kesehatan
Infeksi mycobacteriosis pada ikan merupakan infeksi yang tidak mudah untuk ditangani/diobati. Oleh karena itu, maka kalau kita menemukan kasus penyakit dengan gejala seperti tersebut di atas maka harus segera dimusnahkan dengan cara dikubur setelah diberi desinfektan. Bak atau kolam bekas ikan yang terinfeksi kemudian dikeringkan dan di desinfeksi. Demikian juga peralatan yang dipakai untuk penanganan ikan sakit tersebut segera dicuci dengan menggunakan deterjen dan juga di desinfeksi. Tangan operator harus segera dibilas dengan menggunakan alkohol 70% dan dicuci dengan sabun antibakteri.

Mycobacterium pada umumnya sangat resisten terhadap antibakteria pada dosis standar. Oleh karena itu, dosis 10.000 mg/L klorin diperlukan untuk dapat membunuh bakteri tersebut. Namun demikian mycobac- terium sangat sensitif terhadap alkohol 60%-80% (Floyd & Yanong, 2007).

Referensi
  1. Novita, H. & Supriyadi, H. 2009. Aplikasi Diagnostik Dalam Monitoring mycobacteriosis Pada ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac) di Jawa. Laporan Internal Pusat Riset Perikanan Budidaya, hlm. 1–11.
  2. Supriyadi, H. & Rukyani, A. 1990. Immunopropilaksis dengan cara vaksinasi pada usaha budidaya ikan. Seminar Nasional Ke II, Penyakit Ikan dan Udang, Bogor,16–18 Januari 1990, 6 hlm.
  3. Supriyadi, H., Taufik, P., & Taukhid. 2003. Karakterisasi Patogen, Inang Spesifik, dan Sebaran Mycobacterio- sis. J. Pen. Perik. Indonesia, 9(2): 39–45.
  4. Supriyadi, H., Widiyati., A., Sunarto, A., & Prihadi, T.H. 2005. Keragaan Penyakit Bakterial Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Keramba Jaring Apung (KJA) di Lokasi Berbeda. J. Pen. Perik. Indonesia, 11(7): 35–45




Tidak ada komentar:

Posting Komentar