Senin, 25 Oktober 2021

Ikan Gabus - Antioksidan dan Antihipertensi


Ikan gabus merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar Indonesia yang memiliki kandungan protein tinggi. Ikan gabus memiliki nama yang berbeda pada setiap daerahnya yaitu ikan gabus di Papua, gastor di daerah Merauke dan ikan haruan di Kalimantan. Ikan gabus memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, terutama karena protein albumin yang terkandung di dalamnya dan berpotensi sebagai biofarmaka (Moedjiharto 2007). Data produksi perikanan tangkap ikan gabus meningkat pada setiap tahunnya, yaitu tahun 2008 yaitu ton, ton tahun 2010 dan ton pada tahun 2012 (KKP 2015). Ram et al. (2011) menyatakan bahwa ikan gabus memiliki kandungan asam lemak yaitu EPA, DHA, asam arakidonat, asam palmitat. Dahlan et al. (2010) menyatakan bahwa ikan gabus juga memiliki kandungan asam amino yang lengkap seperti fenilalanin, isoleusin, leusin, metionin, valin, arginin, glisin, alanin, prolin, serin, sistein, tirosin, treonin, histidin, lisin, glutamat dan asam aspartat. 
Zuraini et al. (2005) menyatakan bahwa asam amino tersebut merupakan komponen penyusun protein memiliki potensi sebagai sumber biofarmaka. Protein pada ikan gabus memiliki potensi untuk dijadikan sumber biofarmaka. Tawali et al. (2012) menyatakan bahwa potensi protein ikan gabus dapat mempercepat penyembuhan penyakit infeksi dan peningkatan kadar albumin penderita hipoalbuminemia dan anti inflamasi. Ghassem et al. (2011) menyatakan bahwa hidrolisat protein myofibril ikan gabus memiliki kandungan peptida yang digunakan sebagai antihipertensi. 
Mustafa et al. (2012) menyatakan bahwa protein dan mineral seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan besi (Fe) yang terkandung dalam ikan gabus juga mendukung aktivitas antioksidan. Protein ikan gabus diduga mempunyai aktivitas penghambatan terhadap ACE yang digunakan untuk menghambat terjadinya hipertensi. Pendugaan tersebut didukung oleh hasil penelitian Nahariah et al. (2014) yang menunjukkan protein albumin pada putih telur memiliki potensi sebagai antihipertensi. 

Aktivitas antihipertensi pada protein albumin pada putih telur tersebut adalah 13,55% pada telur ayam kampung, telur itik 12,77% dan telur ayam ras petelur 7,23%. Potensi yang terkandung serta banyaknya penelitian tentang manfaat dan kegunaan pada ikan gabus dapat meningkatkan jumlah permintaan terhadap ikan gabus tersebut. Permintaan terhadap ikan gabus ini dapat mempengaruhi stok ikan di perairan alam. 
Keberadaan ikan gabus dapat dipertahankan dengan cara budidaya, supaya ikan tersebut tidak mengalami kepunahan. Proses budidaya akan mempengaruhi komposisi kimia yang terdapat dalam tubuh ikan. 
Penelitian Georgiev et al. (2008) melaporkan bahwa kadar protein daging mempunyai sifat dapat berubah dengan berubahnya kondisi lingkungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut ikan gabus ini memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai sumber bioaktif protein yang memiliki sifat fungsional tertentu. Penelitian mengenai potensi ekstrak protein kasar gabus yang berasal dari alam dan budidaya sebagai agen antioksidan dan antihipertensi merupakan penelitian yang penting untuk dilakukan sehingga diperoleh informasi potensi bioaktif dari sumberdaya alam Indonesia.

Khasiat kesehatan ikan gabus (C. striata) telah dikenal secara luas dan saat ini C. striata telah digunakan sebagai bahan baku industri produk suplemen. Tingginya permintaan akan produk suplemen tersebut menimbulkan masalah pada ketersediaan C. striata yang sebagian besar ditangkap dari sungai dan danau sebagai tempat hidupnya. Ikan gabus budidaya dipercaya memiliki kualitas tidak sebaik ikan gabus alam

Protein pada ikan selain merupakan sumber nutrisi juga memiliki sifat fungsional yang penting untuk kesehatan. Salah satu jenis ikan yang saat ini juga digunakan sebagai sum ber bahan baku produk suplemen adalah ikan gabus. Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan sungai/air tawar tropis yang dikenal memiliki kandungan protein tinggi, utamanya albumin. Berbagai khasiat ekstrak ikan gabus telah dilaporkan di antaranya mempercepat penyembuhan luka (Bai e & Sheikh, 2000), memiliki aktivitas antinociceptive (Zakaria et al., 2007), dan anti inflammatory (Abedi et al., 2012). Hidrolisat protein myofibril ikan gabus (C. striata) dilaporkan memiliki kemampuan antihipertensi (Ghassem, 2011). Mustafa et al. (2012) melaporkan bahwa kadar albumin dan Zn dalam ekstrak protein ikan gabus memiliki efek penting untuk kesehatan.
Tingginya kandungan albumin pada ikan gabus menyebabkan ikan ini telah digunakan untuk mengatasi hypoalbuminia (Mustafa et al., 2012). Hasi l penelitian Aisyatussoffi dan Abdulgani (2013) menunjukkan bahwa terapi ekstrak ikan gabus 0,14846 ml/hari dapat meregenerasi jaringan pulau langerhans pankreas 68,78% dan menurunkan kadar glukosa darah 34,42% selama 14 hari.

Ikan gabus juga telah digunakan sebagai bagian dari pangan fungsional. Biskuit yang diperkaya dengan tepung ikan gabus dilaporkan memberikan kontribusi energi, protein, Zn dan Fe yang lebih baik dari pada biskuit susu (Sari et al., 2014). Pemanfaatan residu daging ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dalam pembuatan kerupuk ikan beralbumin juga telah dilakukan oleh Wahyu et al. (2013). Restu (2012) melaporkan penggunaan ikan gabus toman (Channa micropeltes) dalam pembuatan bakso. 

Dengan berbagai manfaat kesehatan yang diberikan ikan gabus seperti yang disampaikan oleh Shafri & Manan (2012), suplemen yang berbahan baku ikan gabus saat ini sangat popular baik di Malaysia maupun Indonesia. Permintaan produk suplemen dengan bahan baku ekstrak ikan gabus kaya akan albumin semakin meningkat (komunikasi dengan beberapa pelaku UKM). Akibatnya, keberadaan ikan gabus alam sudah semakin mengkhawatirkan. Teknologi budidaya telah dikembangkan oleh Puslitbang Perikanan Budidaya saat ini, dan telah diaplikasikan oleh beberapa petani budidaya. Namun demikian, beberapa UKM mempercayai bahwa khasiat ikan gabus hasil budidaya tidaklah seperti ikan gabus alam. Karena itu, penelitian ini diperlukan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang komposisi kimia secara lengkap termasuk kandungan albumin dari ikan gabus alam dan hasil budidaya serta bioaktivitasnya

Sejumlah peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Mala Nurilmala dan Dr. Ekowati Chasanah, serta Ayu Ratih Purnamasari dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan mengatakan bahwa ikan gabus alam dan budidaya berpotensi sebagai antioksidan dan antihipertensi.
Dalam penelitian mereka yang bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP) ini, peneliti menggunakan digunakan ikan gabus alam dan ikan gabus budidaya untuk membandingkan profil protein dan potensinya sebagai antioksidan dan antihipertensi.

“Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui potensi ekstrak protein kasar ikan gabus alam dan budidaya sebagai antioksidan dan antihipertensi,” ujar Dr. Mala.

Selain itu, ikan gabus memiliki potensi sebagai biofarmaka karena komponen penyusun protein yang lengkap, mempercepat penyembuhan penyakit infeksi, dan peningkatan kadar albumin penderita hipoalbuminemia, serta anti inflamasi.

Ikan gabus juga mengandung asam lemak seperti Eicosapentaenoic acid (EPA), Docosahexaenoid Acid (DHA) yang berperan dalam menjaga fungsi otak dan retina mata. Di samping itu, ikan gabus juga berpotensi sebagai antihipertensi karena kandungan protein yang dimilikinya, serta mendukung aktivitas antioksidan karena memiliki kandungan mineral seng, tembaga, dan besi di dalam tubuhnya.

“Selama ini, ikan gabus lebih banyak ditangkap langsung dari alam. Namun, saat ini ikan gabus sudah mulai dapat dibudidayakan untuk menjaga keberlanjutan ketersediaannya di alam,” ujarnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi protein ikan gabus budidaya lebih tinggi dibandingkan ikan gabus alam. Aktivitas antioksidan ikangabus budidaya juga lebih tinggi dibandingkan ikan gabus alam. Ikan gabus budidaya juga memilik nilai penghambatan ACE (untuk uji antihipertensi) yang lebih tinggi dibandingkan ikan gabus alam.

“Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ikan gabus alam dan budidaya memiliki kemampuan sebagai antioksidan walaupun kandungannya masih rendah dan antihipertensi dengan kekuatan sebesar 1:10 dari kekuatan obat antihipertensi komersial kaptopril,” tandasnya.


Referensi
  1. Carvalo, J.N. 1998. Studi Profil Asam Amino dan Mineral Zn pada Ikan Gabus dan Ikan Tomang. Fakultas Perikanan UB. Malang.
  2. de Mann, J. 1997. Kimia Makanan. Cetakan Pertama. Penerbit ITB. Bandung. Departemen Kesehatan, R.I. 1988. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara. Jakarta.
  3. https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/907547
  4. https://docplayer.info/67326232-Potensi-ekstrak-protein-kasar-ikan-gabus-channa-striata-sebagai-antioksidan-dan-antihipertensi-ayu-ratih-purnamasari.html
  5. Muslim. 2007. Jenis-jenis ikan rawa yang bernilai ekonomis. UNSRI. Indralaya. 
  6. Ardianto, D. 2015. Buku Pintar Budidaya Ikan Gabus. Yogyakatra: FlashBooks
  7. Asfar, M. Tawali, A.B. Mahendradatta M. 2014. Potesi Ikan Gabus (Channa striata) Sebagai Sumber Makanan Kesehatan. Makassar: Jurnal Teknologi Industri Universitas Hasanuddin.
  8. Santoso, A.H. 2009. Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Hepatoprotector pada Tikus yang diinduksi dengan Parasetamol. Institut Pertanian Bogor: Bogor



Tidak ada komentar:

Posting Komentar