Senin, 25 Oktober 2021

Ikan Gabus - Asal Usul & Hikayatnya

Ikan gabus (Channa stirata) adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah, seperti aruan, haruan, kocolan, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris disebut dengan berbagai nama common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Channa striata, merupakan jenis ikan perairan umum dengan habitat utama di muara-muara sungai, danau bahkan ikan ini dapat hidup dalam kondisi air kotor dan kekeringan karena memiliki alat pernapasan yang disebut labyrinth. Ikan gabus tersebar diseluruh Indonesia, terutama di perairan Kalimantan Selatan. Data tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah ikan gabus (Channa striata) yang tertangkap dari perairan Kalimantan Selatan setiap tahunnya semakin meningkat dari tahun 2000 sebanyak 40.432,2 ton menjadi 50.192,2 ton pada 2001 dan tahun 2002 sebanyak 50.167,5 ton (BPS Kalimantan Selatan 2005).

Menurut Khairuman & Amin (2003), ikan gabus terdiri dari berbagai jenis spesies yakni: 
(1) ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dengan ciri utamanya punggung yang berwarna coklat dan dapat mencapai ukuran panjang tubuh maksimal 90 cm; 
(2) ikan kehung (Ophiocephalus melanoptus) cirri-ciri spesies ini adalah warna tubuh agak coklat kehitaman, bobot tubuhnya dapat mencapai 750 gram dan ukuran panjang tubuh maksimum adalah 65 cm; 
(3) ikan kerandang (Ophiocephalus pleurophtalmus) ciri spesies ini adalah warna tubuhnya agak kuning dan coklat kehitaman dengan perut warnanya agak putih. Bobot tubuh maksimal 0,5 kg panjang tubuh maksimal 40 cm; 
(4) Ikan unggui (Ophicephalus bankanensis) dikenal di Palembang dan memiliki punggung berwarna coklat sementara perutnya warnanya lebih terang. Bobot maksimumnya adalah 1 kg per ekor dengan panjang 24 cm; 
(5) Spesies yang terakhir adalah ikan toman (Ophicepalus micropeltes) banyak terdapat di Sumatera Utara, di Palembang dan di pulau Jawa ikan ini disebut dengan ikan buhung atau tobang. Saat muda ikan ini berwarna merah namun jika sudah dewasa berganti warna hijau kebiruan dan bercampur ungu serta ikan jenis ini dapat mencapai 3 kg per ekor dengan panjang sekitar 64 cm.

Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat pemakan segala yang predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok.

Asal usul Ikan Gabus, Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan gabus ini sangat perlu dikembangkan.
Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa), bale salo (Bugis); dan lain-lain.. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus.

Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidaeae
Genus : Channa
Species : Channa sriata/Ophiocephalus striatus

Ada beberapa jenis gabus. Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang banyak ditemui dan memiliki ukuran tubuh relatif kecil. Jenis lain adalah gabus toman Channa micropeltes dan Channa pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis gabus yang berukuran tubuh besar, mencapai panjang 1 meter dengan 5 kg.

Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata).Warna ini sering kali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulutbesar,dengan gigi-gigi besar dan tajam.

Ikan gabus biasa ditemukan di perairan umum sebagai ikan liar. Banyak itangkap di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Di Indonesia, ikan gabus awalnya hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan). Namun dalam perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan) ke wilayah Indonesia Timur.

Pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai besar, rawa-rawa, danau, kolam, sawah dan lain sebagainya atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui "berjalan" di daratan khususnya di malam hari di musim kemarau mencari tempat lain yang masih berair. Ikan gabus bisa bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas menyerap oksigen bebas menggunakan alat bantu pernapasan berupa "labirin".

Hikayat Ikan Gabus dan Orang Balang
Ikan gabus dalam Bahasa Makassar disebut juku’balana’. Bagi orang Balang, Jeneponto dan keturunannya sepanjang tujuh turunan, ikan gabus merupakan ikan yang paling dihindari untuk dikonsumsi. Larangan untuk mengonsumsi bukanlah larangan agama, atau larangan kesehatan tetapi larangan budaya. Bila tetap nekad atau sekedar mencoba-coba memakannya, maka akan mengalami luka bisul pada kepala. Karena itu, hingga sekarang keturunan orang Balang yang telah banyak menyebar di seluruh Indonesia sangat pantang mengonsumsi ikan gabus.

Konon, pada zaman duhulu di Kampung Balang yang dikelilingi balang (sungai kecil: Bahasa Makassar) hiduplah sebuah keluarga terpandang di kampung para cerdik cendekia dalam Kerajaan Binamu itu. Kampung Balang ketika itu bila dianalogikansetingkat propinsi sekarang ini yang dipimpin oleh seorang Gallarang Balang. Sedang Kerajaan Binamu adalah setingkat negara. Kerajaan Binamu sejajar dengan Kerajaan Gowa karena dalam sejarah tidak ditemukan fakta bahwa Kerajaan Binamu adalah bawahan Kerajaan Gowa. Bahkan pada saat Kerajaan Bone dipimpin Aru Palakka menyerang markas Kerajaan Gowa, sebagian pasukannya terdiri dari pasukan Kerajaan Binamu.

Pada suatu ketika, datanglah seorang tamu kehormatan dari kerabat Kerajaan Binamu berkunjung ke kampung Balang. Keluarga yang dikunjungi ingin memberi suguhan khas orang Balang dengan menghidangkan ikan balana (ikan gabus) kepada tamu kehormatannya.

Maka kepala keluarga beserta pembantunya tersebut beranjak ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Segala keperluan penangkap ikan disiapkan seperti jala (jaring) dan alat pancing. Dengan semangat yang besar, beranjaklah kepala keluarga tersebut dengan harapan dapat menangkap ikan balana (gabus) untuk dihidangkan kepada tamunya. Sang tamu pun menunggu dengan girang karena akan disuguhi ikan balana yang terkenal lezat, gurih dan enak.

Sesampainya di tepi sungai, diperhatikan semua sisi sungai yang akan menjadi sasaran penangkapan ikan balana’ (gabus). Sang kepala keluarga beserta pembantunya berusaha menyisiri sungai berkali-kali, tetapi tidak satu pun ditemui ikan balana’. Padahal ikan tersebut pada hari-hari sebelumnya sangat banyak ditemukan di sungai tersebut dan menjadi ikan favorit orang-orang Balang.

Setelah berjam-jam mencari ikan gabus yang tiba-tiba menghilang bak ditelan sungai, maka dengan kesal sang kepala keluarga tersebut mengangkat sumpah: ”Saya tidak akanmakan ikan gabus sampai tujuh turunan !!!” Sejak itulah orang-orang Balang menganggap ikan gabus sebagai ikan yang paling dihindari untuk dimakan karena mempermalukan sebuah keluarga.

Dengan lesu bercampur malu,sang kepala keluarga beserta pembantunya itu bergegas pulang. Perasaan malu bercampur kesal tampak pada raut mukanya. Malu karena ikan yang dibanggakannya akan disuguhkan kepada tamunya, ternyata tidak terkabul. Ikan gabus itu mendadak hilang dari dalam sungai (balang) tersebut.

Meski menjadi pantangan, tidak sedikit orang-orang Balang sendiri menganggap sumpah tersebut tidak lagi berlaku karena silsilah mulai dari sang kepala keluarga yang mengangkat sumpah tersebut sudah melewati tujuh turunan. Jadi yang hidup sekarang ini diperkirakan generasi diatas tujuh turunan, alias delapan hingga sepuluh turunan. Karena itu, beberapa keluarga mulai dan sudah mencoba mencicipi ikan gabus sebagai lauk.


Referensi
  1. Muslim. 2007. Jenis-jenis ikan rawa yang bernilai ekonomis. UNSRI. Indralaya.
  2. Ardianto, D. 2015. Buku Pintar Budidaya Ikan Gabus. Yogyakatra: FlashBooks
  3. Cholik, F., Jagatraya, A.G., R.P. Poernomo, R.P., & Jauzi, A. 2005. Ikan Gabus (Channa striata). Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Kerja sama Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar, TMII. 415 hlm.
  4. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi. 2006. Famili Channidae. Inventarisasi Keragaman Ikan Lokal Air Tawar Provinsi Jambi. 98 hlm.
  5. https://www.kompasiana.com

1 komentar: