Ikan gabus (Ophiocephalus striatus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai potensi tinggi terutama jika ditinjau dari sudut pandang pangan dan gizi. Ikan ini diperoleh dari penangkapan di perairan umum (Pudjirahayu, 1992). Ikan gabus diketahui mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna bagi tubuh, diantaranya protein yang cukup tinggi, lemak, air, dan beberapa mineral (Sediaoetama, 1985). Kadar protein ikan gabus sebesar 25,5%, dimana kadar protein ini lebih tinggi dibanding dengan protein ikan bandeng (20,0%), ikan mas (16,0%), ikan kakap (20,0%), maupun ikan sarden (21,1%) (Anonymous, 1996).Pemanfaatan ikan gabus yang masih terbatas sebagai bahan makanan segar akhir-akhir ini telah mulai berubah. Hal ini seiring dengan adanya beberapa rumah sakit yang memanfaatkan ikan gabus sebagai salah satu bahan makanan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin dan luka, baik luka pasca operasi ataupun luka bakar. Sehingga dari sisi pemasaran, produk albumin ini memiliki sasaran pasar yang jelas. Ikan gabus diproses dengan pengukusan sehingga diperoleh (sari ikan) berwarna putih keruh yang dijadikan menu ekstra bagi penderta hipoalbumin dan luka. Volume yang dapat dihasilkan sebesar 65 ml per 100 g bahan. Kadar Albumin filtrat ikan gabus berkisar antara 0,46 – 1,50 g/100ml (Santoso, 2001).
Selain diolah menjadi fish albumin, diharapkan dalam pengembangan teknologi berbasis ikan gabus ini adalah zero waste karena semua bagian ikan gabus akan dimanfaatkan. Hasil samping pengolahan daging ikan gabus menjadi albumin berupa daging, kepala, dan tulang. Bahan-bahan tersebut masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Produk olahan berbasis ikan gabus yang bisa dikembangkan adalah abon, nugget, serta kerupuk tulang ikan. Produk-produk tersebut sangat potensial untuk dikembangkan karena saat ini sedang digemari oleh masyarakat kita. Dengan adanya keunggulan kandungan gizi terutama protein diharapkan produk-produk ini dapat bersaing di pasaran. Akan tetapi, para petani dan masyarakat belum banyak mengetahui proses pengolahan yang cukup untuk memproduksi beberapa jenis produk tersebut.
Gambaran umum ikan gabus (Ophiocephalus striatus)
Ikan gabus (Ophiocephalus striatus) tergolong ikan air tawar yang bersifat Karnivora dengan ciri-ciri fisik memiliki bentuk tubuh hampir bulat, panjang dan semakin ke belakang berbentuk compressed. Bagian punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti ular (head snake). Warna tubuh pada bagian punggung hijau kehitaman dan bagian perut berwarna krem atau putih. Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa sirip ikan gabus tidak memiliki jari-jari yang keras, mempunyai sirip punggung dan sirip anal yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada lebar dengan ujung membulat (rounded). Ikan gabus dapat mencapai panjang 90 – 110 cm. morfologi ikan gabus disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Morfologi ikan gabus
Ikan gabus kaya akan protein, bahkan kandungan protein ikan gabus lebih tinggi dibandingkan beberapa jenis ikan lain. Protein ikan gabus segar bisa mencapai 25,2 %, albumin ikan gabus bisa mencapai 6,224 g/100 g daging ikan gabus, selain itu di dalam daging ikan gabus terkandung mineral yang erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka, yaitu Zn sebesar 1,7412 mg/100 g daging ikan (Sediaoetama, 1985; Carvalo, 1998). Komposisi kimia ikan gabus disajikan pada tabel 1.
Ikan gabus banyak ditemukan di sungai-sungai dan rawa. Kadang-kadang terdapat di air payau berkadar garam rendah (Brotowijoyo, 1995). Lebih lanjut Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa ikan ini hidup di muara-muara sungai, danau dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan terhadap kekeringan. Pudjirahayu dkk., (1992) menempatkan ikan gabus sebagai hasil perikanan darat dengan daerah penangkapan di perairan umum di wilayah Indonesia, diantaranya : Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, Singkep, Flores, Ambon, dan Maluku dengan nama yang berbeda.
Sumber : Sediaoetama, 1985
ALBUMIN IKAN GABUS
Albumin merupakan salah satu fraksi protein yang terkandung dalam sarkoplasm a (plasm a ikan). Untuk mengeluarkan sarkoplasm a dari jaringan ikan dapat dilakukan dengan ekstraksi sederhana, atau metode yang lebih spesifik yang bisa digunakan adalah menggunakan pelarut. Jenis pelarut yang bisa digunakan untuk mengekstrak albumin dari jaringan hewan (ikan) adalah ammonium sulfat dan air bebas garam. Penggunaan pelarut tersebut mengacu pada sifat albumin yang dapat larut pada kedua je nis larutan tersebut. (Pudjirahayu dkk. , 1992; Pesce a n d Lawrence, 1987; Mongomery e t a l . , 1983 )
Montgomery et al. (1983) menjelaskan bahwa albumin mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan sel, serta memberi tekanan osmotik didalam kapiler. Fungsi pertama albumin sebagai pembawa molekul-molekul kecil erat kaitannya dengan bahan metabolisme dan berbagai macam obat yang kurang larut. Bahan metabolisme tersebut adalah asam-asam lemak bebas dan bilirubin. Dua senyawa kimia tersebut kurang dapat larut dalam air tetapi harus diangkut melalui darah dari satu organ satu ke organ lain agar dapat dimetabolisme atau diekskresi. Albumin berperan mernbawa senyawa kimia tersebut, dan peran ini disebut protein pengangkut non spesifik.
Fungsi utama albumin lainnva adalah menyediakan 80% pengaruh osmotik plasma. Hal ini disebabkan albumin merupakan protein plasma, yang jika dihitung atas dasar berat mempunyai jumlah paling besar dan albumin memiliki berat molekul rendah dibanding fraksi protein plasma lainnya menginformasikan bahwa preparat albumin digunakan dalam terapi diantaranya hipo albuminemia. luka bakar penyakit hati, penyakit ginjal, saluran pencernaan, infeksi. dan keganasan ( Montgomery et al 1983; Murray et al., 1990; Tandra dkk., 1998).
Kegunaan lain dari albumin adalah dalam transportasi obat-obatan, sehingga tidak menyebabkan penimbunan obat dalam tubuh yang akhirnya dapat menyebabkan racun (Pesce and Lawrence, 1987). Jenis obat-obatan yang tidak mudah larut air seherti aspirin, antikoagulan, dan obat tidur memerlukan peran albumin dalam transportasmya.
PRODUK HASIL OLAHAN IKAN GABUS
1. FILTRAT IKAN GABUS
Filtrat adalah suatu subtansi yang telah melalui alat penyaring (Anonymous, 1990), sehingga filtrat ikan gabus dapat diartikan sebagai suatu substansi (cairan) yang keluar dari jaringan ikan gambus selama pemrosesan dan telah melalui alat penyaring. Filtrat ikan gabus berwarna putih keruh, dihasilkan dari pengukusan daging ikan gabus segar. Dan penuturan petugas pelaksana diit di beberapa rumha sakit, filtrat ikan gabus dijadikan sebagai menu ekstra bagi penderita dengan indikasi hipoalbumin, dan luka baik luka pasca operas maupun luka bakar. Asikin (1999) memberikan infOrmasi bahwa pemberian menu ekstra filtrat ikan gabus berkorelasi resitif dengan peningkatan kadar albumin plasma dan proses penyembuhan luka, sehingga ditengarai di dalam filtrat ikan gabus terkandung albumin dan beberapa mineral yang erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka yaitu Zn.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen dan kualitas filtrat ikan gabus sebagai berikut :
1. Kualitas daging ikan
Ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan sari ikan harus mempunyai kualitas yang baik, jika memungkinkan berasal dari ikan yang belum mengalami proses rigor. Pudjirahayu dkk.. (1992) menjelaskan bahwa proses rigor mortis dapat menurunkan kandungan protein plasma, karena sebagian protein yang larut dalam air akan berubah menjadi protein yang tidak larut air. Umur ikan yang bisa dinilai dari karakter fisik ikan juga menentukan kuantitas dan kualitas filtrat ikan gabus.
2. Memotongan daging
Pemotongan daging dimaksudkan untuk memperkecil ukuran sehingga luas permukaan akan semakin besar. Semakin besar luas permukaan daging yang 'aersinggungan dengan pelarut dan panas semakin tinggi laju ekstraksi, sehingga rendemen yang dihasilkan juga semakin tinggi.
3. Suhu pemanasan
Penerapan suhu yang tepat dapat meningkatkan rendemen dan kualitas sari ikan gabus. Karena pemanasan akan mempengaruhi permiabilitas dinding sel sehingga proses pengeluaran plasma dari jaringan bisa lebih cepat. Pemanasan yang tepat dapat meningkatkan kelarutan protein. sehingga protein yang terekstrak akan meningkat dengan pemanasan yang tepat tersebut. Pemanasan yang terlalu tinggi dapat mengkoagulaikan protein plasma. Protein plasma yang terkogulasi akan menempel pada protein miofibril (benang daging). Penerapan suhu yang terlalu tinggi juga dapat merusak albumin yang terkandung dalam dalam sarkoplasma ikan. Prihatin (1999') memberiican gambaran bahwa pemhuatan filtrat ikan ~abus vano ~ diterapkan di RSSA Malang mempunyai tingkat efisiensi 30 % (dari 2000 gram daging ilcan gabus segar didapatkan sari ikan sebanyak 600 gram)
4. Pemakaian pelarut
Albumin mempunyai sifat larut dalam air bebas garam dan ammonium sulfat 2,03 mol/l (Kusnawijaya, 1981; Pesce and Lawrence, 1987). Pemakaian pelarut albumin dalam pembuatan filtrat ikan gabus diharapkan dapat meningkatakan jumlah albumin yang terekstrak dari jaringan ikan (rendemen ekstraksi).
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Filtrat Ikan Gabus
2. KERUPUK TULANG IKAN
Untuk meminimalisir limbah ikan gabus hasil pengolahan filtrat ikan atu produk olahan lain, tulang ikan dapat di olah lagi menjadi kerupuk tulang ikan. Berikut ini adalah bahan dan cara pembuatan kerupuk tulang ikan gabus.
Bahan-bahan :
Daging ikan 200 gram
Tulang ikan 300 gram
Tepung tapioka 1 kg
Telur bebek 6 butir
Garam 1,5 ons
Soda 0,25 ons
Gula 500 gram
Cara Pembuatan :
- Cuci ikan dan buatlah fillet
- Ambil daging ikan dengan cara di kerupuk menggunakan sendok kemudian sisihkan
- Tulang ikan yang tersisa direbus dengan panci tekan (pressure cooker) sampai tekturnya lunak
- Campur daging dan tulang ikan kemudian blender atau giling sampai halus dan bercampur rata.
- Campurkan daging dan tulang ikan dengan garam, gula, soda dan telur sambil diremas-remas. Kemudiam masukkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga adonan rata dan tidak lengket di tangan (bila perlu dapat diberi air).
- Adonan yang telah lumat dicetak atau dibentuk silinder yang besarnya menurut kebutuhan dan keinginan.
- Kemudian dibungkus dengan daun pisang atau plastik. Adonan dapat juga dapat dicetak menggunakan cetakan dari kaleng.
- Pengukusan dilakukan selama 1 – 2 jam sampai adonan matang. Untuk mengetahui adonan tersebut matang dapat dilakukan dengan memasukkan lidi pada adonan tersebut. Bila adonan tidak lengket pada lidi berarti adonan tersebut sudah matang
- Adonan yang sudah matang dibiarkan dingin (diangin-anginkan semalam). Kemudian dipotong / diiris tipis-tipis ( ketebalan 1 – 2 mm)
- Irisan kerupuk diatur diatas rak / para-para penjemuran dan dijemur sampai kering.
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Tulang Ikan
3. ABON IKAN
Pada prinsipnya abon ikan merupakan suatu metode pengawetan dengan kombinasi antara perebusan / pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa dan aroma yang khas.
Bahan-bahan :
daging ikan 500 gram
garam secukupnya
gula merah 150 gram
ketumbar 10 gram
bawang merah 75 gram
laos 5 gram
jahe 10 gram
sereh 3 tangkai
bawang putih 10 gram
Cara Pembuatan :
1. Ikan disiangi yaitu pada bagian isi perut dan kepala, bila perlu dipotong-potong untuk memudahkan pengukusan kemudian dicuci sampai bersih.
2. Ikan dikukus sampai matang untuk memudahkan pengambilan daging dan memisahkan dari tulang dan duri, kemudian ditumbuk / dimemarkan hingga menjadi suwiran-suwiran/serpihan daging ikan.
3. Bumbu-bumbu yang dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan daging yang telah disuwir-suwir hingga merata.
4. Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak, bisa juga menggunakan santan kelapa yang kental. Aduk-aduk sampai kering (terasa ringan bila daging diaduk-aduk) dan berwarna kuning kecokelatan.
5. Abon yang sudah matang dimasukkan ke alat pengepres abon sampai minyaknya tuntas, kemudian diambil dengan menggunakan garpu.
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Abon Ikan
4. NUGGET IKAN
Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai 2 minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan, yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein miofibril.
Bahan pendukung lain, yaitu garam, air, bahan pengisi (filler), emulsifier, dan bumbu-bumbu. Garam berfungsi meningkatkan kelarutan, karena protein miofibril yang ada pada daging hanya larut pada larutan garam. Air berguna untuk memberikan sifat berair dan juga meningkatkan rendemen.
Bahan pengisi dan emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah tepung tapioka dan kuning telur yang berfungsi untuk mengikat air maupun lemak. Bumbu-bumbu berupa merica dan bawang putih selain memberikan bau dan rasa yang khas, juga mampu memperpanjang umur simpan.
Bahan-bahan :
Ikan giling 500 g
Tepung tapioka 75 g
Tepung bumbu 25 g
Bawang putih (halus) 5 – 7,5 g
Merica halus 4 – 5 g
Garam 5 – 7,5 g
Telur 3 butir
Air / susu cair 100g
Tepung panir
Cara Pembuatan :
1. Ikan dicuci dengan air bersih kemudian disiangi dengan cara membuang sisik, isi perut dan insangnya.
2. Ikan dicuci bersih dengan air dingin Ambil bagian daging ikan dengan cara memfilet ikan. Letakkan ikan pada posisi miring, dengan pisau tajam potonglah daging ikan dari pangkal insang sampai ke tulang. Kemudian daging ikan disayat sampai ke ekor hingga daging terlepas dari tulang (agar tidak banyak daging yang terbuang, pisau agak ditekan) . Balikkan ikan dan kemudian sayat dagingnya dari pangkal ekor ke arah kepala.
3. Sisa daging pada pangkal tulang belakang dapat dikerok dengan pisau atau sendok. Pisahkan kulit dan bagian daging yang berwarna hitam dari daging ikan.
4. Daging ikan digiling hingga halus
5. Gilingan ikan yang telah halus dicampur dengan tepung dan bumbu-bumbu yang juga telah dihaluskan.
6. Adonan yang telah tercampur rata ditempatkan pada loyang setebal 1 cm, yang telah dialasi plastik, adonan diratakan dan ditutup dengan plastik kemudian dikukus 30 – 45 menit, untuk memungkinkan terjadinya gelatinisasi dan mematangkan adonan.
7. Adonan yang telah dikukus didinginkan kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
8. Adonan yang telah dipotong-potong dimasukkan pada putih telur kemudian digulirkan pada tepung panir, hal ini untuk membentuk suatu permukaan adonan yang lebih baik.
9. Nugget yang telah dihasilkan dapat disimpan pada freezer apabila tidak segera digoreng supaya lebih awet dan teksturnya menjadi lebih renyah.
10. Penggorengan dilakukan untuk mematangkan adonan.
Referensi
- Anonymous, 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. PT. Bharata Niaga Media. Jakarta
- Asikin. A. 1999. Pemberian Ikan Gabus pada Penderita Fistula Enterocutan di RSUD Dr.Saiful Anwar. FK-UB. Malang
- Brotowijoyo, M.D. 1995. Pengantar Lingkungan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta
- Carvalo, J.N. 1998. Studi Profil Asam Amino dan Mineral Zn pada Ikan Gabus dan Ikan Tomang. Fakultas Perikanan UB. Malang
- Montgomery, et al. 1993. Biokimia, Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus Jilid 1. Alih bahasa Iswadi. M, UGM Press. Yogyakarta
- Prihatin, S. 1999. Pemberian Filtrat dan Produk Olahan Ikan Gabus sebagai Upaya Peningkatan Intake Protein pada Pasien Fistula Enterocutan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. FKUB. Malang
- Pudjirahayu, dkk. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
- Soediaoetama, A.D. 1998. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar