Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan perairan rawa yang bernilai ekonomis tinggi. Pemanfaatan ikan gabus berbagai ukuran dari kecil sampai besar menyebabkan kebutuhan ikan gabus semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan ikan gabus yang semakin meningkat, maka intensitas penangkapan ikan ini di alam juga semakin meningkat. Semakin intensifnya penangkapan ikan gabus memberikan dampak terhadap menurunnya populasi ikan gabus di alam
Data statistik FAO (2000) menyebutkan jumlah produksi C. striata dari hasil budidaya pada tahun 2003 sebanyak 5.448 ton dan meningkat pada tahun 2004 mencapai 11.498 ton, sedangkan dari hasil tangkapan pada tahun 2003 sebanyak 7.327 ton dan meningkat pada tahun 2004 sebesar 16.528 ton. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa peluang budidaya ikan gabus prospektif untuk dikembangkan.
Indonesia khususnya di daerah Sumatera, Kalimantan dan Jawa, Ikan gabus memiliki banyak manfaat bagi masyarakat baik dari segi nilai ekonomisnya maupun dalam bidang kesehatan. Awalnya ikan gabus dikenal sebagai hama maupun predator yang memangsa ikan-ikan kecil yang hidup di perairan tawar dan perairan payau seperti di rawa atau saluran air (Muslim, 2012). Sampai saat ini ikan gabus dikenal masyarakat sebagai ikan konsumsi, selain itu ikan gabus juga dikenal sebagai ikan hias (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, 2006).
Ikan gabus (C. striata) merupakan salah satu bahan pangan potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu kadar protein dalam 100 gr daging ikan gabus 25,2 gr (Santoso 2009).
Di China ikan gabus sudah dibudidayakan secara masal dengan menggunakan boks stereofoam untuk pemijahanan, dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Selanjutnya telur yang sudah memijah dipindahkan ke kolam beton yang penuh dengan zooplankton. Setelah benih berukuran 3-5 cm diberi pakan berupa pelet (Li et al 2018)
Upaya domestikasi (penjinakan) ikan gabus dari alam liar ke dalam lingkungan terkontrol (budidaya) sudah dilakukan (Muslim, 2012). Ikan gabus dapat hidup di perairan yang memiliki kandungan oksigen yang rendah. Sifat ini sangat menguntungkan dalam usaha membudidayakan ikan gabus.
Keunggulan aspek biologi dan aspek ekonomi, maka ikan gabus patut untuk dikembangbiakan untuk menghasilkan benih yang siap untuk di tebar ke perairan sebagai upaya konservasi sumberdaya ikan dan meningkatkan populasi di alam. Selain itu, benih ikan gabus hasil pengembangbiakan dapat digunakan untuk usaha budidaya secara terkontrol. Dari berbagai keunggulan-keunggulan tersebut di atas, maka dalam Penelitian kali ini, penulis tertarik untuk mengkaji tentang teknik pembenihan ikan gabus secara alami di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Cangkringan. Untuk mengetahui kinerja reproduksi dari ikan gabus yang dianalisis dari hasil nilai fekunditas, fertilisasi telur, hatching rate, laju pertumbuhan, laju pertumbuhan spesifik dan survival rate. Pada teknik pembenihan ikan gabus (Channa stariata) dilakukan beberapa proses yaitu sebagai berikut: Kegiatan pemeliharaan induk
kolam yang digunakan yaitu kolam permanen dengan luas 3x3x1 m. Sebelum induk ikan gabus ditebar dikolam, hal pertama yang harus dilakukan yaitu persiapan kolam. Persiapan kolam meliputi pengeringan, pembersihan, pembilasan dan pengisian air. Pengeringan kolam dilakukan dengan cara pembukaan pintu outlet pada kolam, selanjutnya kolam yang sudah surut airnya dilakukan pembersihan dengan penyikatan menggunakan sikat pada dinding dan dasar kolam. Pembersihan dilakukan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan lumut serta sisa pakan yang menempel pada dinding kolam.
Penebaran Induk
Penebaran Induk dilakukan saat persiapan kolam pemeliharaan indukan sudah selesai. Kolam yang sudah diisi dengan air kemudian diisi dengan tanaman air seperti enceng gondok secukupnya. Hal ini bertujuan agar kolam dapat menyerupai dengan habitat aslinya. Ukuran induk yang akan ditebar pada kolam harus sudah berumur minimal 8-12 bulan dengan bobot minimal 150-200 gr/ekor.
Manajemen Pakan
Proses menghasilkan benih ikan gabus yang berkualitas bagus diawali dengan kualitas induk yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas induk yang baik adalah pakan. Di BPTPB Cangkringan jenis pakan yang diberikan pada induk ikan gabus adalah pakan buatan berbentuk pelet dengan ukuran pakan 4 mm.Dalam pemberian pakan induk ikan gabus, frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada pagi pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ghufran (2010), frekuensi pemberian pakan dalam budidaya sistem semi intensif dan intensif mencapai 4 - 6 kali sehari. Hal ini dilakukan guna semakin sering pemberian pakan akan memberi peluang yang lebih besar kepada ikan untuk makan setiap saat, sehingga kebutuhan pakan akan selalu terpenuhi.
Menjaga kualitas dari pakan tersebut sangat penting sehingga diperlukan cara penyimpanan pakan yang baik dan benar. Sebab dengan penyimpanan pakan yang baik dan benar, pakan tidak akan mudah jamuran. Di BPTPB Cangkringan, pakan ikan disimpan di gudang pakan. Karung-karung pakan ditumpuk secara rapi dengan menggunakan balok kayu sebagai alasnya. Hal ini untuk mencegah jamuran pada pakan terutama saat musim hujan sebab pada saat musim hujan lantai menjadi lembab. Pakan harus disimpan dalam keadaan kering dengan kadar air rendah (10 % - 12 %) agar tidak tumbuh jamur. Didalam tempat penyimpanan karung - karung pakan diberi alas supaya tidak kontak langsung dengan lantai. Sebagai alas dapat digunakan balok kayu ukuran 10 x 10 cm dengan jarak antar alas 10 - 20 cm. Di atas alas tersebut dipasangi papan. Jadi, antara tumpukan karung dan lantai terdapat ruang udara. Apabila ada kantong kantong pakan yang rusak diletakan dibagian luar agar terpakai terlebih dahulu.
Manajemen Kualitas Air
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan adalah kualitas air. Di BPTPB Cangkringan pengecekan kualitas air tidak dilakukan setiap hari melainkan dilakukan satu bulan sekali. Sedangkan pemantauan air dilakukan setiap hari. Pengecekan kualitas air yang dilakukan meliputi pH, suhu, salinitas dan Disolved Oxygen (DO). Dalam melakukan pengecekan kualitas air alat yang digunakan untuk mengukur seperti Disolved Oxygen (DO), suhu, dan salinitas, dan pH meter adalah Water Quality Meter.
Pemijahan Induk
Sebelum dilakukan pemijahan, diperlukan persiapan kolam pemijahan terlebih dahulu. Kolam pemijahan sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan cara pegurasan kemudian dikeringkan.Pengeringan dilakukan sampai benar-benar kering agar dapat meminimalisir adanya hama dan penyakit didalam kolam yang dapat mengganggu. Selanjutnya yaitu pengisian air sampai dengan ketinggian 40 cm dan diberi tanaman air enceng gondok sebagai tempat menempelnya telur ikan gabus, selain itu pemberian enceng gondok bertujuan agar kolam sama seperti dihabitat alam serta diberi potongan pipa yang tidak terpakai yang digunakan untuk tempat bersembunyi ikan gabus.
Seleksi Induk
Seleksi induk jantan dan induk betina merupakan faktor utama penentu keberhasilan kegiatan pemijahan, karena benih yang berkualitas dihasilkan dari induk yang berkualitas baik. Indukan yang akan dipijahkan harus memiliki umur minimal 10-12 bulan dengan bobot minimal 150-200 gr/ekor. Induk ikan gabus yang akan dipijahkan juga harus memiliki ciri fisik yang sehat, tidak terdapat luka pada bagian tubuh, tidak cacat dan gerakannya lincah, selain itu induk juga harus sudah matang gonad. Induk yang matang gonad dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemijahan Ikan Gabus Secara Alami
Pemijahan ikan gabus di Alam bebas terjadi diawal musim penghujan sampai pertengahan musim penghujan. Setelah kondisi ketinggian air berangsur naik, ikan gabus akan memijah dengan membuat sarang disekitar tanaman air enceng gondok atau dipinggiran perairan yang dangkal dan berarus lemah. Pemijahan ikan gabus dapat berlangsung 2-3 kali dalam satu kali musim pemijahan bahkan masih terjadi pemijahan diakhir musim penghujan. Dari beberapa parameter reproduksi yang diamati maka perubahan ketinggian air sangat berhubungan erat dengan diameter telur (Bijaksana, 2011).
Pemiijahan ikan gabus secara alami dilakukan dengan perbandingan 1 : 1 berdasarkan jumlah ikan pada setiap kolam. Setelah dimasukkan kedalam kolam kemudian dibiarkan memijah dengan sendirinya. Apabila telur sudah keluar, induk ikan gabus tidak segera dipindahkan kekolam pemeliharaan induk karena ikan gabus memiliki sifat menjaga telurnya sampai menetas. Telur ikan gabus bersifat mengapung dipermukaan air jadi untuk mengetahui sudah terjadi pemijahan harus dilakukan pengontrolan setiap hari. Pemijahan ikan gabus ini berlangsung saat malam hari. Pemijahan ikan gabus pada awalnya bermula dari kejar-kejaran antara induk jantan dengan induk betina, setelah itu induk betina akan membalikkan tubuh sambil mengeluarkan telur dan pada saat yang sama induk jantan juga mengeluarkan sperma. Proses tersebut tejadi berulang-ulang sampai telur habis dan pagi harinya telur yang sudah terbuahi akan berwarna bening dan telur yang tidak terbuahi berwarna. Kemudian telur yang sudah terbuahi akan menetas selama 48 jam dengan bantuan aerasi.
Fekunditas
Fekunditas adalah kemampuan induk ikan untuk menghasilkan telur berdasarkan bobot tubuh ikan. Cara untuk menentukan fekunditas induk ikan gabus adalah dengan menimbang bobot induk sebelum dan setelah memijah lalu dicari selisihnya. Setelah itu diambil sampel 100 butir telur untuk ditimbang dan dicari rata-rata.Menurut Fujaya (2001), fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran, spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan makanan, suhu air dan musim). Selanjutnya Efrizal (1995) menambahkan bahwa besar kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan kondisi lingkungan serta dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur. Menurut Makmur (2004) induk ikan gabus dengan kisaran bobot 60-640 gr memiliki fekunditas antara 1.141-16.486 butir dan kisaran bobot gonad antara 1.15 dan 21,4 gr.
Penetasan Telur (Hatching Rate)
Kegiatan penetasan telur ikan gabus dilakukan dikolam pemijahan dengan luas 3x3x1 m2. Setelah kegiatan memijah selesai, induk ikan gabus tidak dipindahkan kekolam pemeliharaan indukan karena induk ikan gabus memiliki sifat menjaga telurnya sampai menetas. Dihasilkan sebanyak 94 %, Sehingga dapat diketahui hasil telur yang menetas sebanyak 8.648 ekor. Harianti (2013) menyatakan bahwa fekunditas ikan gabus berkisar antara 1062-57200 butir telur.
Survival Rate (SR)
Kelangsungan hidup larva ikan gabus yang dipelihara selama 1 minggu dengan membandingkan jumlah larva ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah larva ikan pada awal menetas. Perhitungan dilakukan saat larva akan ditebar pada kolam pendederan 1. Kegiatan pemanenan larva dilakukan pada pagi hari dengan mengambil larva pada scoopnet halus dan di letakan pada ember dan menghitung hasil panen di lakukan secara manual dengan hasil yang didapat sebanyak 8.129 ekor atau dengan nilai SR 93,9 %.
Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva ikan gabus yang baru menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan gabus yang siap untuk menjadi calon indukan. Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II. Untuk Penelitian ini penulis hanya mencapai pendederan I
Persiapan Kolam
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam semi permanen dengan luas 10x5 m2 dengan ketinggian kolam 1.5 m. Persiapan media pendederan I mulai dari pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan dan pengisian air.
Manajemen Pakan
Manajemen pakan dalam kegiatan pendederan sangat diperlukan. Hal ini untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang diperlukan ikan gabus untuk pertumbuhan. Pada hari pertama, larva tidak diberi pakan karena larva masih memiliki cadangan makanan atau kuning telur. Setelah 2 hari, larva diberi pakan tambahan berupa pakan alami cacing sutra selama 2 minggu dengan cara selalu tersedia. Sebelumnya cacing sutra ditimbang dan diamati berapa hari habis nya untuk dapat menentukan jumlah cacing sutra yang dibutuhkan larva ikan gabus pada masa pemeliharaan. Setelah larva memasuki fase perubahan warna dari kuning menjadi hitam ikan gabus diberi pakan buatan berbentuk bubuk (powder) dan setalah 3 minggu saat memasuki fase larva menjadi benih maka ikan gabus diberi makan berupa pelet . Pada dasarnya pemberian pakan tambahan berupa pakan buatan sangat sulit disukai karena ikan gabus cenderung karnivora dan harus memiliki cara khusus saat pemberiannya
Frekuensi pemberian pakan larva ikan gabus dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Pemberian pakan dilakukan secara manual untuk pakan dengan cara mengelilingi kolam agar pakan tersebar merata. Pemberian pakan menggunakan metode adlibitum. Adlibitum adalah pemberian pakan dengan metode sekenyangnya. Sebelum pakan diberikan terlebih dahulu di timbang untuk dapat menentukan berapa jumlah pakan yang habis perhari nya kemungkinan sedikit pakan yang tersisa dan timbang kembali pakan sisa tersebut.
Pada pendederan I Pengecekan kualitas air tidak dilakukan setiap hari melainkan dilakukan satu bulan sekali karena ikan gabus masih bisa bertahan meskipun kondisi air kurang bagus. Pengecekan kualitas air pada ikan gabus meliputi Disolved Oxygen (DO), salinitas, suhu dan pH. Alat yang digunakan untuk mengecek kualitas air adalah
Water Quality Meter Hama dan Penyakit
Hama merupakan mahluk hidup yang dapat mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup habitat dari ikan gabus. Pada budidaya pembenihan ikan gabus di kolam hama terdapat di kolam pendederan yang berasal dari bawaan sumber mata air seperti ikan liar, kerang tawar, kepiting dan dari darat berupa ular dan katak. Dalam mencegah masuk nya ikan dan kepiting dalam proses pengisian air maka pasang saringan pada inlet kolam dan tidak ada penanganan khusus untuk masalah hama hanya dengan diambil secara manual saat panen.
Kegiatan pendederan I berlangsung selama 45 hari dengan tebar awal 8.129, setelah benih ikan gabus berumur 45 hari maka benih ikan gabus akan dipanen dan dipindahkan ke pendederan II untuk mendapatkan ukuran benih gabus sebesar telunjuk jari. Pemanenan benih ikan gabus dilakukan pada pagi hari dengan pengurasan air sampai air dikolam sampai surut. Kemudian benih ikan gabus dialirkan menuju kemalir kolam agar memudahkan untuk pengambilan. Setelah benih gabus sudah berada dikemalir maka segera dilakukan pengambilan benih ikan gabus menggunakan scopnet halus untuk dipindahkan kedalam ember. Total panen benih ikan gabus pada pendederan 1 sebanyak 3.112. Sehingga SR benih yang didapat sebanyak 38 %. Penurunan SR ditengarai disebabkan kanibalisme.
Referensi
- Andy O, S. Bin 2005. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hassanuddin. Makasar. 168 hal.
- Bijaksana, U. 2011. Pengaruh beberapa parameter Air pada Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striatas Blkr) di dalam Wadah Budidaya. Temu Teknisi Balai Benih Ikan Air Tawar se-Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan.
- Hartini S, Sasanti A.D, Taqwa FH. 2013. Kualitas Air, Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Dipelihara Dalam Media Dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) :192-202.
- Kurniawan Wahyu Hidayat, DH. Guntur Prabowo, Dwi Amelia dan Supanto, 2011 Pembenihan Ikan Gabus (Channa striata) Secara Alami Pada Bak Beton di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.128 hal.
- Muslim. 2012. Potensi, Peluang dan Tantangan Budidaya Ikan Gabus (Channa striata) di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IV, Palembang 30 November 2007. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. ISBN : 978-979-1156-10-3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar