Senin, 28 Maret 2022

Ikan Hias Mas Koki - Wadah Pemijahan

Wadah dan volume yang dapat digunakan untuk membudidayakan maskoki ada beberapa macam antara lain adalah: bak semen, bak fiber, kolam atau akuarium. Pemilihan wadah budidaya ini sangat bergantung kepada skala produksi budidaya maskoki. Wadah budidaya maskoki ini sebaiknya ditempatkan di ruang teduh.

Wadah Budidaya 
Akuarium yang berbentuk bulat sangat cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya bulat gempal. Akuarium bulat yang berdiameter 15 cm cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya berukuran kecil, sekitar 3-4 cm sebanyak tiga ekor. Jika berukuran sedang (5-6 cm), akuarium hanya diisi dua ekor. Akuarium ini tidak cocok memelihara maskoki yang berukuran tubuh besar (6,5—8 cm) ke atas.

Jika mau memelihara maskoki yang berukuran besar sampai jumbo, akuarium persegi empat dapat dipilih karena ukuran akuariumnya bervariasi. Akuarium yang berukuran 60 cm x 30 cm x 35 cm dapat diisi maskoki ukuran kecil sebanyak 8 ekor atau 6 ekor maskoki berukuran sedang. Bila akan memelihara maskoki berukuran besar, dapat dimasukkan 3 ekor, sedangkan maskoki berukuran extra large (10—12 cm) cukup satu ekor saja. Jika mau memeihara seekor maskoki yang berukuran jumbo (14—15 cm) harus menggunakan akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm. Selain itu, akuarium persegi empat sangat sesuai untuk memelihara maskoki yang tubuhnya berbentuk bulat panjang.

Strain maskoki yang cocok dipelihara di dalam akuarium adalah maskoki yang keindahan warna dan keunikan tubuhnya cenderung dinikmati dan sisi samping (side view) seperti red-white tossa, panda dragon eyes, chocolate oranda red pompom, red cap oranda, red-white ranchu, dan big head pearlscale combination colour.

Wadah yang cocok untuk pemeliharaan maskoki selain akuarium yaitu kolam bak semen, bak fiberglass, dan kontainer kecil yang terbuat dan plastik. Adapun ukuran dan bentuk kolam bak semen disesuaikan dengan luas tanah yang akan digunakan. Untuk pemeliharaan maskoki berukuran extra large sampai jumbo dengan jumlah 10 - 15 ekor dibutuhkan kolam berukuran 200 cm x 300 cm dengan kedalaman air 15 cm. Bila menggunakan baik fiberglass berukuran 100 cm x 150 cm x 40 cm, dapat untuk memelihara maskoki ukuran large sebanyak 10—12 ekor. Bila memilih kontainer kapasitas 70 liter cukup diisi tiga ekor maskoki berukuran large atau satu ekor maskoki berukuran extra large dan jumbo. Tidak ada strain maskoki yang khusus dipelihara di dalam bak/kolam. Akan tetapi, bila keindahan warna dan keunikan bentuk fisiknya terletak pada bagian atas maka bak atau kolam dapat dipilih untuk wadahnya. Strain maskoki yang keindahaimya cenderung dinikmati dan posisi atas (top view) antara lain strain ranchu (seperti red-white ranchu), strain bubble eyes, dan strain butterfly.

Sarana pendukung utama yang harus disediakan di dalam akuarium di antaranya aerator atau blower yang berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Selain itu, juga disediakan silkulator (aquarium liquid filter) yang berfungsi ganda sebagai penyaring kotoran dan pemasok oksigen. Sarana pendukung lain yang juga berfungsi sebagai alat pembersih kotoran yaitu selang penvifon dan serokan. Sementara sarana pendukung lain yang tidak kalah pentingnya adalah lampu UV (ultra violet biolite) yang berfungsi sebagai penerang, terutama pada malam hari. Gunakan lampu UV 10 watt untuk akuarium berukuran 60 cm x 30cm x 35 Cm dan berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm, serta kontainer mini berkapasitas 70 liter. Untuk bak fiberqlass 100 cm x 150 cm sebaiknya dipasang lampu 25 watt. Sementara untuk kolam berukuran 200 cm x 350 cm x 50 cm, lampu yang digunakan UV 40 watt. Patut diketahui, lampu neon memancarkan cahaya yang tidak menimbulkan panas sehingga tidak meningkatkan suhu air.

Wadah perkawinan ini bisa berupa bak-bak kecil atau akuarium ukuran agar besar. Ukuran bak yang digunakan cukup sekitar 2 X 1 X 0,6 meter atau menggunakan akuarium berukuran 0,8 X 0,4 X 0,4 meter agar lebih mudah pengontrolannya.



Adapun persiapan yang harus dilakukan pada wadah perkawinan/pemijahan ini adalah:

A. Pengeringan Wadah
Tujuan utama pengeringan adalah untuk mematikan siklus hidup berbagai penyakit yang mungkin terdapat di kolam. Biasanya kolam yang telah dikeringkan dan diisi air kembali akan muncul oroma tertentu yang dapat merangsang induk ikan untuk melakukan aktivitas perkawinan. Air yang digunakan untuk mengisi kolam lebih baik air yang berasal dari sumur, karena tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi kehidupan ikan. Apabila terpaksa menggunakan air sungai yang keruh atau menggunakan air ledeng (PAM), lebih baik air diendapkan dulu ditempat terbuka supaya air terkena sinar matahari dan kotorannya mengendap. Penampungan air juga dimaksudkan untuk menyesuaikan temperatur, menetralkan pH air dan menurunkan kandungan karbon diosida. Proses penampungan dan pengendapan air lebih baik dilakukan selama 1 - 2 hari agar air menjadi benar-benar jernih dan bersih.

B. Pencegahan Lumut
Adanya lumut yang tumbuh didalam wadah sangat merugikan. Selain tampak kotor, anak-anak mas koki yagn disahilkan dapat mengalami kekurangan oksigen atau mati terjerat oleh lumut. Untuk membasmi lumut tersebut dapat digunakan RIDALL yang banyak dijual di toko ikan hias. Dapat juga digunakan beberapa tetes aquadin. Tindakan yang tanggap lebih efektif adalah menguras wadah setiap 15 hari sekali.

C. Pencegahan Jamur
Jamur merupakan organisme yang biasa menyerang telur-telur ikan, terutama pada saat kondisi air dikolam kurang memenuhi syarat. Bila suhu air sangat rendah, proses penetasan telur akan berjalan lambat. Bahkan tidak jarang telur akan menjadi busuk sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan jamur. Jamur yang tumbuh dengan subur akan menyerang telur-telur yang ada disekitarnya, sehingga telur-telur tersebut akhirnya akan mati. Untuk mencegah timbulnya jamur di kolam, sebaiknya digunakan methylen blue yang diteteskan dengan konsentrasi 0.0005 - 0.001 persen untuk setiap meter kubik air. Cara membuatnya adalah dengan melarutkan 1 methylen blue ke dalam 100 ml air bersih sehingga terbentuk larutan dengan konsentrasi 1 persen. Untuk mendapatkan konsentrasi 0.001 persen per meter kubik air, cukup dengan mencampur 1.000 ml methylen blue berkadar 1 persen kedalam 1000 liter air kolam. Sedangkan untuk mendapatkan konsentrasi 0.0005 persen per meter kubik air, cukup dengan mencampur 500 ml ke dalam 1000 liter air kolam. Untuk lebih praktisnya, setiap satu meter kubik air ditetesi 5 - 10 gram methylen blue.

D. Penyediaan Media Penempel Telur
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa telur mas koki mempunyai sifat menempel (adhesif) pada benda-benda yang berada disekitarnya. Dengan demikian kolam yang digunakan untuk mengawinkan mas koki perlu dilengkapi dengan media tempat menempelnya telur, baik media alami maupun buatan. Batu-batuan, rumput-rumputan maupun tanaman air lainnya dapat digunakan untuk media menepelkan telur. Jenis tanaman yang umum digunakan adalah enceng gondok (Eichornia crassipes) yang telah dibersihkan akarnya dari lumpur maupun kotoran lainnya. tanaman enceng gondok juga berfungsi untuk menciptakan suasana romantis bagi mas koki sehingga akan mempercepat proses pemijahan.Sebelum digunakan untuk tempat menempelkan telur sebaiknya enceng gondok direndam dahulu dengan larutan kalium permanganat selama beberapa menit untuk membunuh penyakit atau parasit yang mungkin ada. Media lain yang biasa digunakan untuk menempelkan telur mas koki adalah kakaban. kakaban terbuat dari ijuk yang terjepit bambu. Panjang ijuk kurang lebih 50 cm sedangkan panjang bambu berkisar antara 150 - 200 cm. Kadang-kadang peranan ijuk diganti dengan benang rafia yang sengaja disikat agar seratnya menjadi kecil-kecil dan halus.

Dibandingkan dengan kakaban ijuk/rafia, penggunaan enceng gondok lebih dapat memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu:
  • Akar tanaman enceng gondok yang menjulur ke dalam air akan memudahkan induk mas koki untuk menemplekan telurnya. Dengan demikian jumlah telur yang dapat menempel akan lebih banyak, sehingga telur yang jatuh ke bawah dapat ditekan.
  • Akar tanaman enceng gondok cukup lentur dan lunak sehingga dapat mencegah terjadinya luka-luka pada tubuh induk mas koki yang dikawinkan.
  • Daun tanaman enceng gondok yang cukup lebat akan mampu melindungi telur dan benih mas koki yang masih peka terhadap derasnya air hujan maupun terik matahari.
E. Pemasukan Induk Mas Koki Ke Kolam Perkawinan
Apabila kolam perkawinan sudah disiapkan, maka pada pagi harinya pasangan mas koki yang telah birahi segera dimasukkan. Jumlah induk yang dimasukkan sebaiknya sepasang saja, karena mas koki cenderung akan memberikan hasil lebih baik bila dikawinkan dengan perbandingan satu ekor jantan dan satu ekor betina. Namun beberapa petani tertentu sering dengan sengaja menggunakan dua atau tiga induk jantan dalam satu kolam. Hal ini dilakukan terutama bila induk mas koki betina belum benar-benar matang kelamin. Diharapkan dengan menggunakan induk jantan lebih dari satu dpat memberikan rangsangan yang cukup memadai bagi induk betina untuk melepaskan telur-telurnya. Setelah induk mas koki dimasukkan pagi harinya, sekitar pukul 17.00 barulah tanaman enceng gondok atau kakaban dimasukkan. Tanaman enceng gondok diletakkan dengan cara menaruhnya dipermukaan air. Sedangkan kakaban diberi pemberat pada kedua ujungnya agar dapat tenggelam sekitar 10 cm dibawah permukaan air.

Bila induk mas koki benar-benar birahi, semalam suntuk mereka akan saling kejar-mengejar. Biasanya induk jantan akan mengejar induk betina sambil menggosok-gosokkan mulut dan tubuhnya ke seluruh tubuh induk betina, terutama bagian perut. pada suatu saat, tiba-tiba induk betina mengeluarkan telur-telurnya ke enceng godok atau kakaban. Bersamaan dengan itu, induk jantan juga mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur tersebut. Proses pengeluaran telur biasanya berlangsung sejak fajar menyingsing hingga terbit matahari. Umumnya induk betina mengeluarkan sebagian telurnya dan segera akan dibuahi oleh sperma dari induk jantan. Selanjutnya, setiap 7 - 20 hari kemudian,. induk betina akan mengeluarkan kembali telur-telurnya. Proses pengeluaran telur dapat berlangsung beberapa kali sampai telur yang dikandungnya benar-benar habis. Jumlah telur yang dikeluarkan tidak sama, yaitu antara 3000 - 5000 butir pada periode pertama maupun kedua dan pada periode berikutnya akan semakin berkurang.

Setelah proses perkawinan selesai, sebaiknya tanaman enceng gondok atau kakaban segera diperiksa untuk memastikan apakah sudah ada telur yang menempel atau belum. Sebab, mungkin saja kedua induk mas koki kejar-kejaran semalam suntuk tetapi tidak terjadi perkawinan. Pemeriksaan telur dapat dilakukan dengan cara mengangkat tanaman enceng gondok atau kakaban secara hati-hati, agar telur yang telah menempel tidak rontok atau rusak. Telur-telur yang telah dibuahi oleh sperma jantan akan terlihat transparan dengna inti telur yang nampak jelas dibagian tengah. Dalam perkembangannya telur yang telah dibuahi secara lambat laun akan berubah menjadi buram. Telur yang gagal dibuahi akan mempunyai membran yang buram (putih keruh), di mana inti telur tidak terlihat dengan jelas. Telur demikian biasanya akan mati dan membusuk sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan jamur.

Agar telur tidak dimakan oleh induk mas koki, sebaiknya tanaman enceng gondok atau kakaban yang telah berisi telur segera dipindahkan secara hati-hati ke kolam penetasan dan setelah itu pada kolam perkawinan segera diletakkan kembali tanaman enceng gondok atau kakaban yang baru untuk tempat menempelkan telur yang akan dikeluarkan beberapa hari kemudian. Cara lain untuk mencegah telur-telur dimakan kembali oleh induknya adalah dengan memindahkan kedua induk mas koki ke kolam perkawinan lain yang telah dilengkapi dengan tanaman enceng gondok atau kakaban.

Referensi
  1. Bachtiar, Y. 2004. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia Pustaka. Jakarta. 108 hlm.
  2. Hardjo, B. 2004.Pemijahan Ikan Mas Secara Alami.Agro Media Pustaka. Jakarta.
  3. Hisomudin, dkk., “Permasalahan Maskoki dan Solusinya”, Penebar Swadaya, 2003
  4. Richter, C. J. J. dan Rustidja. 1985. Pengantar Ilmu Reproduksi Ikan. Nuffic/Unibraw/Luw/Fish, Malang.83 hal.
  5. Santoso, B. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya: Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta. 77p.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar