Senin, 26 September 2022

Ikan Bawal - Pemeliharaan Larva

Ikan bawal air tawar (colossoma macropomum) tidak dapat dipijahkan secara alami, tetapi dapat diterapkan teknik pemijahan semi-alami yang bisa dikatakan cukup mudah. Induk bawal cukup disuntik, lalu ditebar ke kolam pemijahan, dan dalam semalah akan terjadi pemijahan.Pematangan Gonad Induk Bawal
Pematangan gonad ikan bawal biasanya dilakukan di kolam tanah. Kolam tanah yang digunakan sebaiknya berukuran sekitar 80 - 100 m2. Kolam berukuran demikian dapat ditebar induk bawal sebanyak 100 ekor dengan bobot rata-rata 3 - 5 kg. Sebelum digunakan, kolam harus dikeringkan selama 2 - 4 hari dan diperbaiki. Tinggi air yang ideal untuk pemeliharaan induk bawal adalah 50 - 70 cm dan mengalir secara kontinu. Selama pemeliharaan pembenihan ikan bawal, induk dapat diberikan pakan pelet tenggelam sebanyak 3% per hari dari bobot tubuhnya. Untuk hasil yang baik dan tidak adanya kasus inbreeding, induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah.

Seleksi Induk Ikan Bawal
Seleksi induk bawal air tawar dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuhnya. Induk betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri berupa perut yang membuncit, gerakan yang lambat dan mudah ditangkap, serta lubang kelaminnya kemerahan. Sementara itu, induk jantan yang sudah matang gonad memiliki karasteristik tersendiri. Beberapa tanda induk jantan siap dipijahkan antara lain berupa gerakan yang lincah dan lubang kelamin yang kemerahan. Untuk lebih menyakinkan, jika bagian kelaminnya dipijat, akan keluar cairan sperma berwarna putih susu.

Pemberokan 
Pembenihan ikan bawal sebelum dipijahkan, induk harus diberok terlebih dahulu selama satu malam. Hal itu bertujuan untuk memudahkan induk ketika pemijahan. Pada dasarnya, pemberokan bertujuan untuk membuang sisa pakan dalam tubuh dan mengurangi kandungan lemak. Oleh karena itu, selama pemberokan induk tidak diberi makan (puasakan dulu) minimal selama sehari semalam.

Wadah yang digunakan untuk pemberokan induk bawal sebaiknya berupa bak tembok dengan ukuran yang disesuaikan. Tinggi air cukup 40 - 50 cm. Wadah seluas 10 m2 dapat menampung induk sebanyak 5 - 8 ekor. Pada saat pemberokan, sebaiknya ada sedikit aliran air.

Pemijahan
Secara komersial, bawal sebenarnya bukan merupakan ikan yang dapat dipijahkan secara alami. Jadi, diperlukan perangsang untuk membuatnya bisa memijah. Teknik pemijahan yang biasa digunakan pada bawa adalah metode semi-alami. Perangsang yang dimaksud adalah hormon yang dapat membuat induk bisa memijah, baik pada jantan maupun betina.

1. Penyuntingan dengan Ovarium
Pembenihan ikan bawal tahap ini sangat diperlukan juga. Ovarium adalah jenis hormon yang paling banyak digunakan sebagai perangsang agar induk memijah. Ovarium disuntikkan ke tubuh induk dan diharapkan induk akan memijah setelahnya.

2. Penyuntingan dengan Hipofisa
Penyuntingan hormon perangsang juga bisa dilakukan dengan larutan kelenjar hipofisa ikan mas. Hormon ini memang kurang populer dibandingkan dengan ovarium, tetapi bisa dijadikan alternatif jika ovarium tidak ada.

3. Proses Pemijahan pembenihan Ikan Bawal.
Pemijahan pada bawal akan berlangsung secara alami jika kedua induk sudah disuntik. Bobot yang digunakan pada pemijahan sebaiknya seimbang antara jantan dan betina. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 2 - 3:1. jadi, satu betina dapat dibuahi oleh 2 - 3 ekor jantan. Pemijahan biasanya akan berlangsung selama 10 - 12 jam. Awalnya, induk bawal betina akan mengeluarkan telur. Setelah itu, diikuti dengan induk jantan yang membuahi telur-telur tersebut. Jika pemijahan berhasil, pada pagi hari habis subuh 05.00-06.00, akan terlihat telur yang sudah dibuahi melayang di dalam atau di atas permukaan air.

Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan pemijahan, dapat diamati dari warna telur. Jika telur yang ada berwarna bening/transparan, berarti telur terbuahi dengan sempurna. Namun, jika telur berwarna putih susu, telur tersebut merupakan telur infertil atau tidak terbuahi.


Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Setelah didapat telur dari pemijahan, langkah selanjutnya adalah menetaskan. Biasanya para bredeer menggunakan akuarium sebagai wadah penetasannya yag diletakkan di dalam hatchery. Akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 40 cm dapat diisi telur bawal sebanyak 22.00 - 30.000 butir.

Tinggi air dalam akuarium sekitar 30 cm. selain itu, sepasang akuarium dipasang 3 titik aerasi dan selalu dihidupkan selama penetasan berangsung. Setelah akuarium siap, telur ditebarkan secara merata ke dalam akuarium. Pada umur 2 - 3 hari setelah menetas, air akuarium sebaiknya diganti sebagian dan ditambah air baru hingga mencapai ketinggian semula.

Jenis Makanan untuk Larva Ikan Bawal
Pembenihan ikan bawal saat memelihara larva, jenis pakan yang cocok bisa diberikan larva ikan bawal adalah naupil artemia. Artemia yang diberikan harus selalu tersedia di dalam akuarium. Jadi, ketika artemia di dalam akuarium dirasa sudah habis, harus ditambahkan segera agar tidak terjadi kanibalisme antarlarva.

Larva bawal dipanen atau disortir pada hari ke-7. Pengambilan larva dilakukan secara hati-hati dengan skupnet halus. Larva umur 7 hari sebenarnya bisa langsung dijual. Jika tidak dijual, larva dapat ditebar ke kolam pendederan.

Pendederan Ikan Bawal
Langkah terakhir pembenihan ikan bawal adalah pembesaran. Agar siap ditebar di kolam pembesaran, benih bawal harus melalui proses pendederan terlebih dahulu.

Pendederan bawal dilakukan tiga tahap, yaitu pendederan I, pendederan II, dan pendederan III. Waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing pendederan adalah 3 - 4 minggu. Wadah yang dig8unakan untuk pendederan antara lain akuarium, kolam terpal, dan kolam tanah.

Pendederan bawa dapat dilakukan di bak terpal atau akuarium. Bak terpal yang digunakan cukup berukuran 2 m x 1 m x 0,8 m. Ukuran bak tersebut dapat menampung larva bawal umur 7 hari sebanyak 100.000 ekor.

Jika wadah pendederan adalah akuarium, sebaiknya berukuran minimal 80 cm x 40 cm x 40 cm atau sama seperti wadah penetesan. Satu buah akuarium berukuran tersebut mampu menampung larva bawal sebanyak 19.000 - 22.000 ekor.

Untuk hasil yang baik, sebaiknya wadah dibersihkan dahulu sebelum digunakan minimal satu hari. Wadah dicucui sampai bersih, lalau diisi air. Berikan aerasi pada wadah dan biarkan selama semalam. Untuk mencegah timbulnya jamur, dapat ditambahkan 1 - 2 sendok makan garam kristal yang dilarutkan dalam akuarium.

Penggunaan pupuk higienis sebagai pupuk agar pakan alami sudah tersedia ketika larva/benih bawal ditebar. Setelah siap larva boleh ditebar di kolam. Padat tebarnya disesuaikan dengan tahap pendederannya.

Pendederan I sekitar 100 - 200 ekor /m2
Pendederan II sekitar 50 - 100 ekor/m2
Pendederan III sekitar 25 - 50 ekor/m2.

Penebaran larva atau benih ikan bawal dilakukan pada waktu pagi hari. Setelah 2 - 3 hari, berikan pakan berupa pelet tepung (fenglio) dengan dosis 3 - 6% dari bobotnya. Pakan tersebut mengandung protein sekitar 40%.

Jumlah pemberian pakan dapat disesuaikan dengan kondisi ikan. Pakan tersebut diberikan sampai umur benih di kolam 20 hari. Setelah itu, pakan diganti dengan yang kandungan proteinnya 38% selama 10 hari. Setelah 10 hari berikutnya, pakan diganti lagi dengan yang ukurannya lebih besar mengandung protein 31%. 

Biasanya pada tahap pendederan I bertujuan untuk menghasilkan benih yang berukuran 1/2 - 3/4 inci, dengan tingkat kehidupan (SR) mencapai 70 - 80%.

Pendederan II menghasilkan benih berukuran 0,25 - 1,5 inci, dengan SR mencapai 80 - 85%.

Pendederan III menghasilkan benih berukuran 2 - 2,5 inci, dengan SR antara 90 - 95%. Inilah langkah demi langkah pembenihan ikan bawal yang sangat mudah dan urut, semoga bemanfaat dan selamat mencoba.

Setelah induk memijah kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah menetaskan telur ikan bawal dan memelihara larva bawal. Rangkaian kegiatannya adalah menyiapkan wadah untuk menetaskan telur dan memelihara larvanya. Wadah yang dipersyaratkan adalah wadah yang higienis serta memenuhi kriteria kualitas air yang baik.

Suhu air wadah diusahakan berkisar antara 27 – 30 oC, konsentrasi O2 terlarut sebaiknya tidak kurang dari 5 ppm,; pH 6,5 – 8,5; amonia < 0,02; H2S < 0,006 ppm; dan alkalinitas 30 mg/l setara CaCO3. Untuk penetasan telur ikan bawal hembusan blower (udara) harus selalu besar agar telur ikan bawal selalu teraduk (melayang-layang) dalam air, sebab apabila ada telur ikan bawal yang mengendap (tidak teraduk) akan menyebabkan tidak mau menetas

Penetasan bisa dilakukan langsung di wadah seperti bak fiberglass, bak semen, akuarium, atau pada corong tetas asal dengan syarat kualitas airnya baik serta kondisi airnya selalu mengeluarkan gelembung udara agar telur ikan bawal terus teraduk . Ketika saat penetasan telur ikan bawal, agar kandungan amoniak tidak terlalu tinggi sebaiknya setiap 2 -3 jam sekali selalu dilakukan penggantian air. Karena apabila kandungan amoniak tinggi akan menyebabkan telur ikan bawal gagal menetas atau larva ikan bawal yang baru menetas akan mati.

Setelah ± 14 jam sejak telur ikan bawal dipindahkan dari bak pemijahan telur ikan bawal sudah mulai menetas. Maka kegiatan pemanenan larva ikan bawal sudah bisa dilakukan. Caranya cukup mudah dan sederhana yaitu dengan mengangkat/ mematikan aerasi beberapa saat sehingga larva ikan bawal yang baru menetas timbul dipermukaan sedangkan cangkang telurnya akan mengendap di dasar wadah. Maka ketika itulah dilakukan pemindahan larva ikan bawal dengan cara menyeser larva ikan bawal pada wadah. Hal ini dilakukan terus menerus beberapa kali sampai diperkirakan larva ikan bawal sudah terpanen semuanya atau sebagian besar sudah terpanen.

Pada saat pemeliharaan larva hal yang harus dilakukan adalah menjaga kondisi kualitas air agar tetap baik. Diantaranya yang penting dilakukan ialah menyifon kotoran organik yang terdapat pada air, serta melakukan penggatian air secara parsial (0,5 – 0,7 bagian air). Larva bawal mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur (Yolk) yang besar.

Biasanya cadangan makanan tersebut akan habis setelah berumur 3 – 4 hari setelah menetas. Oleh sebab itu penyiapan makanan alami berupa artemia baru diberikan pada hari ke 4 atau ke 5. Itu berarti penetasan artemia baru dilakukan ketika larva ikan bawal berumur 3 hari, sebab cyst (telur) artemia akan menetas sekitar ± 16 jam (tergantung merk dagang/kualitas cyst).

Cara untuk menetaskan artemia adalah dengan membuat larutan garam dengan konsentrasi 15 – 20 ppt. Untuk satu galon aqua cukup ditetaskan sekitar 4 sendok telur artemia, selanjutnya wadah penetasan yang berisi air garam dan telur artemia tadi diberi aerasi yang cukup sedang secara terus menerus.

Padat penebaran larva ikan bawal dalam wadah akuarium berukuran 80 x 40 x 40 cm kira-kira 5.000 ekor, sedangkan apabila di dalam bak yang berukuran 100 x 200 cm dapat mencapai 50.000 – 75.000 ekor. Adapun pemberian pakan berupa artemia dilakukan 3 – 4 jam sekali tergantung kondisi perut larva apakah masih berisi pakan atau sudah habis dicerna.

Pemeliharaan Larva Ikan Bawal
Larva ikan bawal dapat dipelihara pada wadah yang sama dengan wadah penetasan telur atau pada wadah yang berbeda. Namun umumnya pembenih ikan bawal, wadah penetasan berbeda dengan wadah pemeliharaan larva. Apabila wadah yang digunakan untuk memelihara larva adalah wadah yang sebelumnya telah digunakan untuk penetasan telur, maka pada 2 – 3 hari setelah penetasan telur, dilakukan pergantian air dengan membuang ¾ bagian air lama dan diganti dengan air baru. Hal ini bertujuan untuk membuang telur yang tidak menetas, atau larva yang mati, sehingga kualitas air pemeliharaan larva sesuai dengan nilai optimumnya kembali.

Namun apabila wadah yang digunakan untuk pemeliharaan larva berbeda dengan yang digunakan untuk penetasan telur, maka peralatan dan wadah pemeliharaan harus disiapkan sebelum larva dipindahkan ke dalam wadah pemeliharaan. Penyiapan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi larva hidup, berkembang dan tumbuh, serta menghilangkan/mengurangi potensi serangan mikroorganisme terhadap larva. Mengingat larva merupakan stadia ikan yang paling kritis maka penyiapan wadah pemeliharaan larva harus dilakukan secara seksama. Wadah pemeliharaan larva sudah disiapkan 2 – 3 hari sebelum larva ditebarkan.

Peralatan Yang Harus DisiapkanPeralatan yang perlu disiapkan meliputi selang dan batu aerasi, seser, dan peralatan sampling (seperti timbangan, penggaris). Sedangkan wadah pemeliharaan yang disiapkan dapat berupa akuarium, bak semen/beton dan happa. Akan tetapi adakalanya pemindahan larva dalam wadah baru tidak diperlukan karena wadah penetasan telur dapat berfungsi sekaligus sebagai wadah pemeliharaan larva. Hal ini sangat baik bagi larva, mengingat proses pemindahan larva, sebagaimana pemindahan telur, berpotensi menimbulkan kerusakan fisiologis bagi larva.

Siklus Larva
Siklus larva merupakan siklus yang paling kritis, terutama sangat rentan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan. Untuk menghindari terjangkitnya penyakit, maka wadah pemeliharaan larva harus dibersihkan dan disanitasi terlebih dahulu. Sanitasi wadah dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjangkitnya penyakit selama pemeliharaan, karena wadah pemeliharaan yang sebelumnya telah digunakan untuk proses pemeliharaan larva merupakan sarana utama bawaluknya penyakit pada wadah pemeliharaan. Dengan sanitasi maka hama dan penyakit yang menempel pada permukaan dan dinding bak akan mati dan hilang sehingga kemungkinan terjengkitnya penyakit akan lebih kecil.

Proses Sanitasi
Proses sanitasi untuk bak atau akuarium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya saja, dengan perendaman wadah menggunakan air panas, pembersihan permukaan dan dinding wadah dengan disikat, atau hanya dengan pembilasan menggunakan air tawar. Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen atau bahan lain sampai kotoran yang menempel bersih. Setelah itu, dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa deterjen yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama 2 – 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi. Melalui pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan siklus hidup penyakit yang menempel atau tersisa.

Untuk peralatan seperti selang dan batu aerasi dapat dibersihkan dengan merendamnya terlebih dahulu dengan kaporit atau chlorin. Hal ini dimaksudkan untuk memutus siklus penyakit dan mematikan hama atau kotoran yang menempel pada peralatan. Perendaman dapat dilakukan selama 1 – 2 jam. Setelah itu, peralatan dibilas dengan menggunakan air tawar sampai bau klorin atau kaporit benar-benar hilang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kematian larva akibat air yang terkontaminasi atau tercemar oleh bau kaporit. Setelah seluruh peralatan benar-benar tidak berbau khlorin atau kaporit, maka selang dan batu aerasi dapat dipasang di dalam wadah pemeliharaan.

Untuk peralatan lainnya seperti seser, dapat dibersihkan dengan membilas menggunakan air tawar dan dijemur di bawah sinar matahari. Apabila wadah dan peralatan sudah dibersihkan, maka dapat dilakukan pengisian air pemeliharaan dan pemberian aerasi. Air yang dimasukkan adalah air yang memiliki kualitas air sesuai dengan sifat hidup larva, meliputi:

Nilai optimum kualitas air untuk larva ikan bawal
  • Suhu (o C) 25 – 30
  • pH 7 – 7,5
  • DO (mg/L) > 5
  • CO2 (mg/L) < 25
  • Amoniak (mg/L) < 0,1
  • Alkalinitas (mg/L) 50 – 300
Selanjutnaya larva bisa didederkan di kolam untuk di jadikan benih bawal atau di jual bila ada pesanan.




Referensi
  1. Djarijah AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius: Yokyakarta.
  2. Gusrina. 2008. Budidaya ikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Hal 167-249.
  3. Kemala, Dira. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Studi Kasus di Sabrina Fish Farm). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.
  4. Kordi, M. Ghufron h. 2011. Budidaya Bawal Air Tawar di Kolam Terpal. Andi. Yogyakarta. 102 hal.
  5. Mahyuddin. 2011. Usaha pembenihan ikan bawal diberbagai wadah. Jakarta. Penebar Swadaya.
  6. Mudjiman, A. 2011. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. hal. 27-44
  7. Taufiq, taufiq. Firdus firdus dan Iko Imelda Arisa. 2016. Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) pada Pemberian Pakan Alami yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan, Unsyiah. Volume 1. No. 3 : 355-365.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar