Selasa, 28 Januari 2020

Pakan Ikan Alami - Artemia

Artemia sudah cukup banyak yang mengenalnya, terutama bagi para pembudidaya ikan. Berbagai jenis pakan bagi ikan budidaya digunakan untuk menunjang kualitas dan kuantitas ikan. Tak terkecuali dengan penggunaan artemia sebagai pakan. Udang berukuran mini ini memiliki kandungan yang baik bagi perkembangan ikan konsumsi sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pakan yang bergizi. 
Artemia adalah jenis ikan yang primitif. Udang yang berukuran sangat kecil ini hidup di pesisiran yang memiliki kadar garam cukup tinggi. Hewan air ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu 25—30 derajat Celcius.
Dinamai udang yang sangat kecil karena ukuran tubuh artemia dewasa hanya berkisar 1—2 cm. Beratnya pun sangat ringan, yakni hanya 10 miligram per ekornya. Di alam, artemia menyantap berbagai sisa renik dari jasad hidup yang hancur, ganggang berukuran renik, bakteri, dan cendawan untuk memenuhi nutrisi tubuhnya.
Beberapa jenis ganggang yang umum dimakan oleh artemia tergolong ganggang hijau. Jenis ganggang tersebut antara lain lambertia, cladophora, platymonas, dan banyak lagi. Ada pula jenis ganggang biru yang juga dikonsumsi oleh artemia, yakni jenis oscillatoria.

Seiring berkembangnya zaman dan pengolahan pakan bagi ikan budidaya, artemia pun digemari sebagai sumber protein bagi ikan tersebut. Artemia yang dijadikan pakan adalah artemia dewasa, yakni yang sudah berusia 2 minggu setelah penetasan.

Ada dua jenis perkembangbiakan artemia di alam bebas, yakni secara biseksual dan patenogenetik. Perkembangbiakan yang pertama dengan perkawinan induk betina dan jantan. Sementara, yang kedua dilakukan dengan dirinya sendiri tanpa adanya perkawinan.

Artemia dibudidayakan dengan bertelur dan beranak. Jika lingkungan cukup mendukung perkembangannya, artemia bisa berkembang biak dengan beranak. Sementara, bila ia berada di lingkungan yang kurang mendukung, artemia akan bertelur. Jika Anda berniat membudidayakan artemia, salah satu pakan yang bisa digunakan untuk pembesaran artemia adalah bekatul. Setelah 2 minggu, artemia akan mencapai panjang 8 milimeter dan tergolong artemia dewasa yang sudah bisa digunakan untuk pakan ikan. Apakah Anda tertarik dengan bisnis budidaya artemia yang satu ini?
Tahapan Budidaya Artemia



Budidaya artemia bisa dilakukan di lahan yang tidak terlalu besar. Udang renik ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan hewan peliharaan lain. Memiliki kadar protein yang baik untuk hewan peliharaan, bisnis artemia cukup menggoda bila ditekuni. Berikut ini tahapan budidaya artemia.

Budidaya artemia diawali dengan pembibitan. Telur artemia yang sudah diawetkan dalam kaleng pun bisa digunakan sebagai bibit. Telur ini kemudian ditetaskan hingga muncul bibit-bibit udang artemia yang bisa dibesarkan.

Cara menetaskan telur ini adalah dengan menggunakan wadah khusus yang terbuat dari plastik. Wadah haruslah berbentuk kerucut. Kapasitas wadah berkisar antara 3—75 liter tergantung banyaknya artemia yang ingin Anda tetaskan.
Karena artemia berkembang di pesisir pantai di alam, untuk penetasannnya juga dilakukan dengan air laut dengan kadar garam berkisar 30 per milimeter. Namun, hasilnya akan lebih baik jika kadar garam diturunkan menjadi 5 per mililiter. Anda bisa mengencerkan air laut tersebut dengan cara dicampur air tawar.

Sebelum dimasukkan ke wadah penetasan, telur direndam dalam air tawar selama 1 jam. Kemudian, saring telur dan tiriskan sampai airnya tuntas. Masukkan ke wadah penetasan.

Atur agar suhu tempat penetasan berkisar 25—30 derajat Celcius. Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk menetaskan dan membudidayakan artemia berkisar 2 milimeter per liter. Cara menyeimbangkan kadar oksigen adalah dengan aerator ataupun blower. Penyinaran diperlukan dengan sinar lampu neon dengan daya 60 watt di samping wadah sejauh 20 cm.

Telur artemia yang sudah diletakkan dalam wadah penetasan dan lingkungannya diatur sedemikian rupa akan menetas dalam kurun waktu 35 jam. Telur menetas menjadi naupilus yang harus segera diambil.

Naupilus adalah larva stadium pertama dari artemia. Embrio artemia masih terbungkus selaput penetasan. Perkembangan menjadi artemia ditandai dengan pecahnya selaput embrio ini. Naupilus yang sudah diambil ini diambil dengan cara mematikan pengudaraan. Bagian atas wadah penetasan ditutup dengan kain, sedangkan bagian bawahnya disinari selama 5—10 menit. Anak artemia kemudian akan terpisah dari cangkang telur. Anakan artemia ini kemudian dipindahkan untuk dibudidayakan secara massal.



Sumber :
DKPP Kab Buleleng, 2014; https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/mengenal-artemia-sebagai-pakan-ikan-yang-mudah-dan-murah
.............., 2020; http://trobosaqua.com/detail-berita/2020/01/15/44/12607/artemia-jumbo-tingkatkan-kualitas-ikan-





1 komentar:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    BalasHapus