Selasa, 28 Januari 2020

Pakan Ikan Alami - Cacing Darah


Nama dari bahan pakan ini cukup menarik, bagi para pencinta ikan sudah sangat akrab dengan makhluk yang satu ini. Ya, cacing darah telah dikenal secara umum bagi para feeder atau pembudidaya ikan dan para pencinta ikan di dunia sebagai pakan alami. Tapi tahukah kalian tentang kehidupan dari cacing darah itu sendiri?. Berikut ini kita akan mengulas sedikit tentang Cacing darah atau Bloodworm
Cacing darah atau bahasa kerennya bloodworm sering disalah artikan sebagai cacing sutera. Ini dikarenakan cacing darah dan cacing sutera sama-sama berwarna merah. Tapi siapa sangka, cacing darah di sini walau berwarna merah namun makhluk ini merupakan larva dari serangga dari ordo Diptera (nyamuk) jenis Chironomus, yang merupakan jenis nyamuk yang hanya menghisap nektar bunga / tanaman dan tidak menggigit.
Larva chironomus sp atau lebih dikenal sebagai cacing darah atau bloodworm merupakan larva dari serangga yang termasuk ke dalam family nyamuk. Chironomus mengalami metamorphosis sempurna, memiliki empat stadia hidup, yaitu telur , larva, kepompong dan dewasa.

Cacing Sutera yang sering disangka sebagai Bloodworm


Cacing Darah yang merupakan larva dari nyamuk Chironomus sp



Chironomus sp dewasa

Habitat
Sebagai serangga air, diptera kebanyakan ditemukan pada berbagai tipe perairan. Larva chironomus mudah ditemukan di daerah litoral maupun profundal perairan tergenang. Tidak seperti kebanyakan nyamuk, larva (jentik) nyamuk chironomus hidup di dasar substrat dan membentuk tabung pada subtract sebagai tempat tinggalnya. Larva chironomus juga bersifat dentritus atau sebagai pengurai bahan organic yang membusuk pada dasar perairan.

Siklus hidup
Setelah proses pemijahan, induk betina akan meletakkan massa telurnya di permukaan air yang akan tenggelam ke dasar perairan dan kemudian menetas menjadi larva. Siklus hidup dari telur hingga mencapai dewasa biasanya memakan waktu kurang dari satu minggu atau bahkan lebih dari setahun tergantung jenis spesies dan musim.
Induk chirunomus meletakkan telurnya di tempat yang mengeluarkan aroma khas dari poses pembusukan bahan organik. Telur chironomus ini selalu ditemukan pada pagi hari, sehingga dimungkinkan induk meletakkan massa telurnya pada malam hari. Massa telur chironomus berisi 100 sampai 2000 butir telur dan akan menetas dalam waktu 24 sampai 36 jam.
Setelah telur menetas akan keluar larva yang berbentuk memanjang seperti belatung. Berukuran 1 – 100 mm. kepala tersusun atas sklerotin, thorax tidak memiliki pasang kaki, tidak memiliki bakal sayap, abdomen 8 – 10 ruas.
Larva chirunomus mempunyai habitat akuatik dan bersifat saprofog atau dentrivor, ada beberapa jenis yang hidup dan membuat suatu tempat berbentuk tabung yang biasa ditemukan di dasar kolam atau bak air. Imago sebagian besar bersifat nocturnal, banyak ditemukan di sekitar cahaya. Larva akan hidup hingga 1 – 2 minggu yang kemudian akan berubah menjadi pupa. Sebelum masa inilah larva chironomus atau dikenal juga sebagai cacing darah biasa dipanen sebagai pakan alami ikan. Setelah beberapa hari menjadi pupa, chironomus akan keluar dari pupanya menjadi chironomus dewasa yang berupa nyamuk pemakan nectar. Chironomus deawa sendiri hanya bertahan hidup sekitar 2 – 3 hari.

Cacing darah sebagai pakan alami
Dewasa ini cacing darah telah banyak dikenal sebagai pakan alami, hal ini didukung juga oleh penelitian-penelitian terhadap kadungan nilai gizi yang terdapat pada cacing darah itu sendiri. Hasil analisa menunjukkan bahwa cacing darah mengandung 9,3% bahan kering yang terdiri dari 62,5% protein, 10,4% lemak dan 11,6% abu dengan 15,4% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kandungan protein larva chironomus yang sangat tinggi mencapai 60% yang dapat dicerna langsung oleh ikan, serta lemak 10% inilah yang mendukung kecepatan pertumbuhan ikan. Selain itu juga larva chironomus mengandung pigmen karoten berupa astaxanthin yang mencerahkan warna pada ikan.

Cacing darah sebagai indikator perairan tercemar
Selain kandungan gizinya yang tinggi, cacing darah juga digunakan sebagai indikator pencemaran air. Mengapa demikian?. Cacing darah rentan terhadap kualitas perairan, dimana cacing darah ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kualitas air. Cacing darah hidup pada lingkungan yang memiliki suhu sekitar 24 – 29 oC, kandungan DO 4 – 8 mg/l dan kandungan pH yan berkisar antara 6 – 8. Selain parameter tersebut, terdapat juga parameter lain seperti kedalaman dan bahan organik. Jika keadaan perairan tidak mendukung parameter tersebut, cacing darah tidak dapat berkembang dengan optimal atau bahkan tidak ditemukan di perairan tersebut.

Cara pemberian cacing darah untuk ikan cupang

Takaran cacing darah
Cupang Anda akan terus makan jika Anda terus memberi mereka kesempatan. Bahkan ketika mereka sudah kenyang, mereka akan tetap makan. Jadi penting bagi Anda untuk tidak memberi makan terlalu banyak pada cupang Anda.

Memberi makan cupang 1-2 cacing darah sudah cukup. Dan jika Anda memberi mereka lebih dari ini, ikan berisiko sembelit/konstipasi. Banyak orang yang memberi makan cacing darah beku pada cupang melakukan kesalahan dengan menjatuhkan seluruh kubus sekaligus.

Cupang Anda tidak hanya akan makan lebih banyak dari yang dia bisa, tetapi apa pun yang tersisa di akuarium akan mulai membusuk dan menyebabkan lonjakan amonia. Jadi pastikan Anda tidak pernah memasukkan terlalu banyak makanan.

Frekuensi pemberian cacing darah
Banyak orang memberi makan cacing darah untuk cupang mereka setiap hari. Dan ini sebenarnya tidak baik. Cacing darah bagus untuk camilan, tetapi terlalu kaya untuk menjadi makanan pokok cupang. Mereka mengandung terlalu banyak lemak dan protein di dalamnya.

Sebagai aturan praktis, Anda hanya perlu memberi makan cupang dengan cacing darah sekali atau dua kali per minggu. Variasikan makanan cupang dengan pakan lain.
Dampak kelebihan pemberian cacing darah

Seperti disebutkan sebelumnya, ada sejumlah alasan mengapa Anda tidak boleh memberikan cacing darah pada cupang secara berlebihan.

Sembelit dan gangguan gelembung renang
Salah satu alasan terbesar untuk tidak memberikan cacing darah terlalu banyak adalah karena Anda akan meningkatkan kemungkinan cupang sakit. Penyakit gelembung renang dan sembelit sangat umum terjadi pada cupang. Dan meski ini biasaya bisa sembuh sendiri, masih ada kemungkinan bahwa cupang tidak dapat pulih dengan baik.

Lonjakan amonia
Selain membuat cupang sakit, jika Anda memberi cacing darah terlalu banyak maka ada kemungkinan lonjakan amonia di akuarium Anda. Lonjakan amonia terjadi ketika bakteri menguntungkan tidak dapat mengonsumsi amonia dengan cepat karena jumlahnya yang terus meningkat. Dan makanan yang busuk turut menciptakan lonjakan amonia.

Jika ada lonjakan amonia, maka cupang Anda akan mulai menderita keracunan amonia yang dapat dengan cepat menjadi fatal.

Resiko penyebaran penyakit
Jelas, semakin banyak cacing darah yang Anda tambahkan ke akuarium, semakin besar kemungkinan penyakit akan ditularkan. Meski kemungkinan cupang Anda terkena penyakit cacing darah tidak besar, Anda sebaiknya jangan ambil risiko.

Boros uang
Dan terakhir, jika Anda memasukkan terlalu banyak cacing darah ke dalam akuarium sekaligus, Anda hanya membuang-buang uang. Cupang tidak akan bisa memakan semuanya dan nantinya Anda harus mengambil dan membuangnya. Mubadzir kan?

Meskipun cacing darah bisa menjadi makanan yang enak untuk cupang Anda, pastikan Anda tidak berlebihan memberikannya. Nah sekarang Anda sudah tahu kan kelebihan dan kekurangan memberi makan cupang dengan cacing darah!


Daftar Pustaka:
Anonimus. 2000. Culture of bloodworm. http://www.sciencs.nus.edu.sg/~webds/fish/livefood

Boyd, C. E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Development in Aquaculture and 

Fisheries Science. Departement of Fisheries and Allied Aquaculture, Agriculture Experiment Station, Auburn University, Alabama, U. S. A. P : 3 1 8.


Sumber : 

........., 2018; http://ksaundip.blogspot.com

........., 2019; 
http://onocoro.blogspot.com, aquamerik.com, biolib.cz

........., 2019; https://gerava.com/cacing-darah-untuk-ikan-cupang-jenis-manfaat-dan-kerugian/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar