Meskipun ikan ini tidak begitu populer dikalangan masyarakat luas, namun ikan ini cukup dikenal di Indonesia. Meskipun ikan ini adalah ikan untuk konsumsi, tapi pada ukuran kecil ikan ini bisa dijadikan sebagai ikan hias, karena bentuk tubuh dan warnanya sangat menarik. Ikan sepat siam merupakan ikan asli negara Thailand, dan hidup di rawa-rawa. Ikan ini di datangkan ke Indonesia pada tahun 1934 dari semenanjung Malaka. Ikan sepat siam dikenal sebagai ikan asin yang lezat. Beberapa danau di Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan berpotensi sebagai penghasil ikan asin sepat. Ikan ini juga sering di pajang di akuarium sebagai ikan hias. Ikan asli Thailand yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1934 ini awalnya merupakan ikan hias akuraium. Lama – kelamaan, ikan ini menjelma menjadi salah satu komoditas ketahanan pangan yang sedang dikembangkan.
Sistematika
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Trichogaster
Species : Trichogaster pectoralis
Ciri-ciri
Badan memanjang, pipih kesamping (compressed), tinggi badan 2,2 sampai 3 kali panjang standar. Sirip punggung mempunyai 7 buah duri dan 10-11 jari-jari sirip lemah, sirip dada lebih panjang daripada kepala, mulut sangat kecil dan dapat disembulkan.
Jari-jari sirip perut yang pertama mengalami modifikasi menjadi filamen yang panjang mencapai sirip ekor. Linealateralis (1.1.) terdiri dari 42-47 sisik. Pada daerah punggung badan hijau kegelapan sedangkan pada bagian badan sebelah sampaing sisik lebih terang. Pada kepala dan badan terdapat garis-garis yang melintang dan dari mata sampai ke ekor terdapat garis memanjang yang terputus. Pada sirip dubur terdapat 2-3 garis hitam yang memanjang (longitudinal). Panjang ikan maksimum yang dapat dicapai ± 250 mm. Rumus jari-jari sirip sebagai berikut : D.VII. 10-11; A. IX-XII. 33-38; L.1. 55-63.
Sifat-Sifat
Sepat siam merupakan ikan sungai dan rawa yang cocok sekali di pelihara di kolam-kolam. Jenis ikan ini dapat hidup pada perairan yang pH-nya berkisar antara 4 - 9. Jenis ikan ini mudah dibiakkan di sawah dan kolam. Kematangan kelamin mulai terjadi pada umur 7 bulan. Pembiakan terjadi dengan terlebih dahulu ikan tersebut membuat sarang berupa gelembung-gelembung (busa) yang bergaris tengah ± 5 cm. Telur yang dihasilkan akan terapung berada pada sarang tersebut. Seekor induk yang bertelor dapat menghasilkan 7000-8000 butir telor, sedangkan larva yang hidup biasanya tidak lebih dari 4000 ekor.
Telur berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan, mengandung globul minyak sehingga mempunyai sifat mengapung, dan embrio menetas setelah 36-48 jam dari pembuahan. Kantong kuning telur diserap dalam waktu 3-7 hari. Pemijahan dikolam terjadi sepanjang tahun. Lava dan benih memakan plankton. Ikan-ikan dewasa memakan phytoplankton seperti Bacillariphyceae, Cyanophyceae, plagellata, Zooplankaton seperti Cilliata, Rotifera, Cladocera, Copepoda, Cholorophyceaedan tumbuh-tumbuhan tinggi yang membusuk.
Pertumbuhan di kolam dan di sawah mencapai 7-9 cm dalam waktu 3 bulan, 10-12 cm dalam waktu 6 bulan dan 16-18 cm dalam waktu 12 bulan. Berat ikan yang besar antara 130-160 gram. Pemeliharaan yang baik adalah di daerah-daerah ketinggian sampai 800 meter dpl.
Penyebaran
Tempat asal ikan sepat siam adalah Thailand. Indonesian mendatangkan ikan ini pada tahun 1934 dari semenanjung Malaka. Kemudian jenis ikan ini karena habitat asalnya adalah rawa-rawa, ditebarkan pula didaerah rawa-rawa diperairan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Di Sumatera Selatan ikan ini berbiak dengan cepatnya dan kini jenis ikan ini merupakan ikan penting yang mendominasi daerah rawa. Hasil penangkapan suatu perairan umum di sumatera selatan, 60% adalah sepat siam. Jenis ikan ini ditangkap dengan macam-macam alat seperti pangilar (sejenis perangkap) dibuat dari kawat atau rotan, pukat (gill net) dan empang - lulung terbuat dari bambu dengan rotan sebagai pengikatnya. Demikian pula halnya di perairan Kalimantan, jenis ikan ini mempunyai peranan penting. Jenis ikan ini telah dibawa pula ke Bali, Lombok, Flores dan Ambon. Pada umumnya jenis ikan ini diolah sebagai ikan asin yang diekspor ke Jawa.
Pemeliharaan ikan sepat siam di kolam-kolam di Jawa kurang popular, meskipun di daerah daratan rendah banyak pula yang memelihara.
Pemeliharaan
Pemeliharaan ikan sepat siam dilakukan di kolam atau di sawah, terutama di daerah-daerah dataran rendah atau di rawa-rawa yang pH-nya sedikit asam atau di kolam-kolam tergenang tanpa adanya aliran air sehingga zat asam minimal. Ikan sepat siam adalah ikan yang mempunyai alat labyrinth sehingga kekurangan zat asam tidak merupakan masalah besar.
Di Kalimantan Selatan pemeliharaan sepat siam dilakukan dalam beje-beje yang dibuat di sawah atau di rawa berupa saluran-saluran berukuran lebar 2 m dan tinggi 1 - 1,5 m sedangkan panjangnya tidak tertentu. Saluran ini pada musim hujan tergenang air bila air hujan turun pada musim kemarau maka ikan akan berkumpul dan dapat dilakukan penangkapan dengan mudah.
Pemeliharaan ikan sepat siam di sawah biasanya dikombinasikan dengan ikan jenis lain atau poli kultur. Pada pemeliharaan di sawah sebaiknya saluran pinggir atau saluran tengah diperdalam, agar plankton yang dihasilkan cukup tersedia.
Budidaya Sepat Siam
Di bawah ini beberapa tips dan tahapan cara budidaya sepat siam baik untuk pemula maupun yang sudah lama di kolam terpal, kolam tanah, serta akuarium.
Ikan sepat siam yang mempunyai nama ilmiah Trichogaster pecroralis Regan. Famili Anabantidae ini memiliki badan memanjang. Bentuk tubuh pipih ke samping (compressed). Mulut kecil dan disembulkan. Jari – jari sirip perut pertama mengalami modikasi atau perubahan menjadi filamen yang panjang hingga mencapai ekor.
Warna badan pada daerah punggung hijau kegelapan, sedangkan pada bagian samping memiliki sisik berwarna lebih terang. Terdapat garis – garis melintang pada bagian kepala dan badan. Pada sirip dubur terdapat 2 – 3 garis hitam membujur atau longitudinal. Ikan ini panjang dapat mencapai maksimal 25 cm saja.
Kebiasaan Sepat Siam Hidup di Alam
Sepat siam berasal dari Thailand. Di habitat aslinya, ikan ini hidup di rawa – rawa yang pH – nya rendah. Ikan ini datang ke Indonesia tahun 1934 dan pertama ditebarkan di rawa daerah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Hasilnya positif dan penangkapan di perairan umum sekitar 60% adalah sepat siam. Sayangnya, masyarakat jawa hanya senang mengkonsumsi sebagai ikan asin dan kurang tertarik memeliharanya. Oleh karena itu, ikan ini kurang populer di Jawa. Ikan gepeng ini bisa hidup pada tempat bersuhu 25 – 35 derajat C dengan ketinggian tidak lebih dari 800 dpl.
Budidaya Sepat Siam – Makan Sepat Siam
Sepat siam sangat menyukai fitoplankton dengan ukuran dan komposisinya masih lembut. Golongan zooplankton yang disukai oleh ikan dewasa adalah Ciliata, Rotifera, Cladocera, Copepoda, dan Chlorophycea. Untuk ikan dewasa lebih menyukai tumbuhan tingkat tinggi yang membusuk di perairan. Sementara itu, golongan fitoplankton yang sangat disukai oleh benih biasanya yang bernama Bacillariphyceae, Cyanophyceae, dan Flagellata.
Budidaya Sepat Siam – Kebiasaan Berkembang Biak
Dibanding dengan ikan ordo Labyrinthici yang lain seperti gurame, ikan ini memiliki kebiasaan berbeda. Bila ikan gurame membuat sarang sebelum memijah, sepat siam membuat gelembung udara. Hal tersebut dilakukan pada saat usia 7 bulan ke atas. Telur yang dihasilkan induk betina biasanya sekitar 7.000 – 8.000 butir. Akan tetapi, yang menjadi benih hanya sekitar 4.000 ekor saja.
Hal itu karena tidak semua telur dibuahi oleh sperma atau karena ada yang tidak menetas. Seperti telur gurame, telur septa siam bersifat mengapung (pelagis) karena mengandung globul minyak. Telur – telur yang sehat berwarna kuning atau putih kekuningan. Biasanya, telur akan menetas setelah 36 – 48 jam sejak pembuahan. Kuning telur sebagai cadangan pakan akan habis diserap dalam waktu sekitar 3 – 7 hari. Ikan ini dapat dipijahkan tanpa mengenal waktu pemijahan sehingga memungkinkan produksi benih sepanjang tahun.
Ikan ini dapat ditebar di kolam yang kurang mendapat pergantian air, misalnya kolam air limbah, kolam galian pasir, atau genangan air.
Budidaya Sepat Siam – Memilih Induk
Perbedaan kelamin induk sepat dapat dilihat dari bentuk dan panjang – pendeknya sirip punggung. Sepat betina memiliki sirip punggung membulat, pendek, serta tidak mencapai dasar pangkal sirip ekor. Sementara itu, sepat jantan memiliki sirip punggung panjang mencapai dasar pangkal sirip ekor dan bentukny lancip. Selain bentuk sirip punggung, perbedaan kelamin ikan ini dapat dilihat dari warna atau tinggi badannya.
Warna induk ikan betina biasanya lebih bersih atau lebih terang, sedangkan ikan jantan berwarna lebih gelap. Tinggi badan ikan jantan biasanya lebih tinggi dari ikan betina. Induk yang baik untuk dipijahkan minimal berumur 7 bulan.
Pemijahan Sepat Siam di Kolam
Untuk meijahkan sepat siam sebenarnya tidak memerlukan perlakuan khusus atau istimewa. Pemijahan dapat meniru kebiasaan hidupnya di alam dan memberikan tingkat keberhasilan lebih tinggi. Budidaya Sepat Siam – Kontruksi Kolam PemijahanSepat siam tidak membutuhkan aliran air yang besar dalam pemijahannya. Bahkan, di kolam air tergenang pun ikan ini dapat memijah. Namun, sebaiknya disediakan kolam pemijahan yang cukup baik, diantanranya mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
Luas lahan pemijahan tergantung lahan yang tersedia, biasanya antara 50 – 300 m2 dengan kedalaman air sekitar 70 – 100 m. Kolam pemijahan miring ke arah pintu pengeluaran air dan dilengkapi kemalir di bagian dasarnya. Kolam harus selalu dikontrol agar tidak mengalami kebocoran.
Persiapan Pemijahan Sepat Siam
Kolam budidaya sepat siam yang telah dikeringkan diisi air setinggi 70 – 100 cm. Sebelum induk ditebar, 7 – 10 hari sebelumnya kolam diberi pupuk kandang, lalu pintu pemasukan dan pengeluaran air ditutup air ditutup selama seminggu. Ini bertujuan agar pakan alami selalu tersedia untuk benih setelah kining telurnya habis. Setelah itu, induk sepat siam yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:1.
Induk jantan memiliki sifat membuat sarang sebelum memijah sehingga pada pemupukan air kolam harus disediakan bahan untuk melindungi sarang yang dibuatnya. Bahan pelindung tersebut dapat berupa jerami padi segar yang ditebarkan merata di seluruh permukaa kolam, terutama bagian pinggirnya. Jerami sangat penting karena akan melindungi telur dari air hujan dan angin.
Budidaya Sepat Siap – Pemijahan
Pemijahan diawali oleh membuat gelembung udara busa di bawah jerami. Pembuatan sarang ini membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 hari. Biasanya, gelembung udara (buih) yang terbentuk bergaris tengah 1,5 – 1 mm. Pada saat jantan membuat sarang, perangainya berubah menjadi galak dan tidak akan membiarkan kain lain mndekati sarangnya, termasuk induk betina. Namun, begitu sarang sudah selesai dibuat, perangainya akan berubah menjadi lemah lembut, terutama terhadap induk betina.
Bermodalkan sarang busa tersebut, tidak sulit bagi induk jantan untuk memikat betina yang telah matang telur. Telur – telur tersebut akan mengapung di bawah sarang busa karena induk jantan mengajak induk betina mengeluarkan telur di bawah sarang yang telah dibuatnya. Telur – telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 2 – 3 hari sejak pembuahan. Setelah itu, induk jantan akan merawat telur dan larvanya. Larva yang baru menetas akan mendapatkan pakan cadangan dari kuning telurnya. Hingga hari yang ke – 7, benih sepat akan memakan plankton yang tersedia dari hasil pemupukan.
Di dalam kolam pemijahan ini, telur – telur dibiarkan menetas dan larvanya tumbuh bersama dengan induknya hingga berumur 30 hari. Setelah itu, induk dipisahkan dari benih – benihnya, lalu kembalikan ke kolam pemeliharaan, sedangkan benihnya dipelihara di kolam tersendiri.
Perkembangbiakan
Untuk membiakan jenis ikan ini tidak diperlukan perlakuan khusus seperti pada halnya ikan-ikan mas, tawes atau gurame. Ikan sepat dapat berbiak di kolam pemeliharaan dengan sendirinya. Tumbuh-tumbuhan air seperti Hydrilla persicillata dan air yang cukup zat asam diperlukan.
Kolam pemijahan hendaknya agak dalam yaitu sekitar 70 - 100 cm, dan pada waktu pemijahan terjadi kolam hendaknya berair diam sehingga pemasukan air cukup untuk mengganti air yang hilang karena penguapan atau merembes. Tumbuh-tumbuhan air yang mengapung baik sekali disediakan untuk menutup sebagian kecil permukaan saja. Pada waktu pemijahan maka ikan jantan akan membuat sarang terlebih dahulu.
Pembuatan sarang dilakukan selama 1 - 2 hari. Gelembung - gelembung udara (buih) yang membentuk sarang tersebut bergaris tengah 1,5 - 3 mm. Pada waktu pembuatan sarang tersebut ikan - ikan lain tidak diperkenankan mendekat. Jika ada ikan yang mendekat maka akan dikejarnya sehingga keluar dari daerah territorial tempat sarang dibuat. Sarang biasa dibuat dari bagian tepi
atau di sudut - sudut. Setelah sarang siap maka ikan jantan memikat betina dan pemijahan terjadi di bawah sarang.
Telur yang telah dibuahi tadi mengapung sampai mencapai sarang tersebut. Telur menetas setelah 2 - 3 hari. Telur kemudian dijaga oleh jantan, terutama dari gangguan-gangguan lain yang mendekat.
Untuk mengembangbiakkan ikan sepat siam ini sebaiknya kolam dipersiapkan dengan pengeringan, pemupukan dan sebagainya, agar hama benih dapat hilang dan benih cukup mendapat makanan terutama makanan alami (Zooplankton).
Pembesaran
Pembesaran sepat siam dilakukan sejak benih berumur 2 bulan dan biasanya telah berukuran 5 – 6 cm. Pada usia itu, ikan dianggap sudah bisa melindungio diri dari serangan ikan predator atau kompetitornya. Persiapan kolam pembesaran dilakukan seperti halnya pada kolam pemijahan yaitu kolam dipupuk terlebih dulu untuk menumbuhkan pakan alami ikan.
Untuk pembesaran sepat siam tidak boleh hanya mengandalkan pakan alami yang terbatas jumlahnya. Untuk memperoleh pertumbuhan yang diharapkan, ikan harus disuplai pakan dari luar kolam berupa tepung (dedak, tepung daun), kangkung, lemna, daun singkong, dan pelet.
Pertumbuhan ikan sepat di kolam yang telah dipupuk dan tambah pemberian pakan akan mencapai ukuran 7 – 9 cm setelah berumur 3 bulan sejak penetasan. Pada umur 6 bulan, panjang total ikan dapat mencapai 10 – 12 cm.
Referensi
- Azis D.A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sepat Siam Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
- Daelami, Deden A.S. 2002. “Agar Ikan Sehat” Jakarta: Penebar Swadaya.
- Dalimartha, S. 2004. “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia”, Anggota IKAPI, Puspita Swara.
- Suyanto, S. Rachmatun. 1995. “Parasit Ikan dan Cara-cara Pemberantasannya”. Jakarta: Yayasan Sosial Tani Membangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar