Efisiensi penggunaan armada kapal penangkap ikan yang menggunakan alat tangkap purse seine ini sangat terkait dengan masalah identifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan efektivitasnya dalam memanfaatkan sumberdaya ikan, sehingga penelitian mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kapal purse seine perlu dilakukan.
Kapal Purse Seine (Pukat Cincin)
Kapal perikanan menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksploirasi perikanan.
Kapal purse seine (pukat cincin) menurut Mulyanto (1986) adalah kapal yang menggunakan alat tangkap purse seine yang dilengkapi tiang dan winch untuk menarik tali kolor yang dekat dengan jaring setelah penebaran. Dari sudut pandang pengaturan dek tipe kapal purse seine dibedakan tipe Amerika Utara dan tipe Eropa
Menurut Departemen Kelautan Dan Perikanan (2004), kapal purse seine adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine). Untuk mencegah ikan melarikan diri pada waktu operasi, bagian kapal ditarik oleh perahu kecil sehingga proses pelingkaran jaring lebih cepat dan pukat cincin membentuk kantong yang sempurna. Kapal tersebut dilengkapi dengan tiang tali dan mesin derek (power block) penarik tali kolor.
Kapal purse seine di Sulawesi Tenggara didominasi oleh kapal tipe lokal (Sulawesi Tenggara) dan kapal tipe pendatang (Sulawesi Selatan). Kapal tipe lokal dicirikan dengan bentuk bodi U sedangkan tipe pendatang dicirikan dengan bodi V yang ramping
Umumnya kapal purse seine di Indonesia terutama di Kendari menggunakan jenis kapal tipe Eropa yaitu pengaturan dek untuk peletakan alat tangkap dibagian dek tengah dan anjungan dibagian belakang bersatu dengan bagian mesin.Keuntungan dari tipe ini yaitu penurunan alat tangkap mudah dilakukan serta penanganan hasil tangkapan langsung bisa dimasukkan ke dalam palkah yang memang berada di bagian tengah dek.
Alat Tangkap Purse Seine
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), alat tangkap purse seine (pukat cincin) dicirikan oleh adanya penggunaan tali kolor pada bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kolor di bawah bagian jaring, maka jaring bagian bawah bisa diperkecil sehingga semua ikan akan tertangkap. Ukuran purse seine ada yang berukuran besar dan kecil (mini purse seine).
Konstruksi purse seine menurut Subani dan Barus (1988), terdiri atas:
(1) Bagian jaring, terdiri atas jaring utama, jaring sayap, dan jaring kantong.
(2) Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi memperkuat jaring sewaktu dioperasikan, terutama saat penarikan jaring.
(3) Tali temali, terdiri atas tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat, tali kolor, dan tali selambar.
(4) Pelampung
(5) Pemberat
(6) Cincin
Prinsip pengoperasian purse seine yaitu dengan melingkari gerombolan ikan dengan jarring. Setelah itu, jaring bagian bawah dikerutkan untuk memperkecil ruang gerak ikan, sehingga ikan-ikan akan berkumpul pada bagian kantong. Fungsi mata jaring sebagai dinding penghadang. Prinsip penangkapan ikan menggunakan purse seine yaitu untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling) di permukaan laut, oleh karena itu ikan-ikan yang tertangkap adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol di permukaan laut seperti layang, lemuru, deho, kembung dan baby tuna dan lain-lain (Mukhtar 2002).
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan purse seine adalah ikan-ikan pelagis yang bergerombol (pelagic shoaling species). Ini berarti bahwa ikan yang akan ditangkap tersebut harus membentuk suatu gerombolan (schoaling), berada dekat permukaan air (sea surface) dan diharapkan dalam suatu densitas shoaling yang tinggi. Jika ikan belum terkumpul dalam suatu area penangkapan (catchable area), atau berada di luar kemampuan perangkap jaring, maka harus diusahakan agar ikan berkumpul ke suatu area penangkapan. Hal ini ditempuh misalnya dengan penggunaan cahaya dan rumpon (Ayodhyoa 1974).
Faktor Produksi
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda, atau kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (transaksi). Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit periode atau waktu. Dalam proses produksi, terdapat hubungan yang sangat erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dan produksi yang dihasilkan (Partadiredja 1981 dalam Sudibyo 1998).
Gasperz (1998) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam suatu alternatif usaha, yaitu aspek teknik dan aspek ekonomi. Aspek teknik yang utama adalah proses produksi. Dalam proses produksi diperlukan proses produksi yang benar di antara beberapa kemungkinan cara produksi. Perlu juga diperhatikan pemilihan mesin dan peralatan yang sesuai dengan karakteristik usaha/pekerjaan.
Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara produksi (output) dan faktor-faktor produksi (input). Hubungan tersebut tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun produksi itu sendiri. Secara matematis fungsi produksi dapat dinyatakan dengan Y = (X1,X2,X3,………Xn) sedangkan X1,X2,X3,………Xn merupakan faktor input yang digunakan untuk menghasilkan output (Y). Fungsi di atas menerangkan output yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor input, tetapi belum memberikan hubungan kuantitatif antara faktor-faktor input dengan output. Untuk dapat memberikan hubungan kuantitatif, hubungan tersebut harus dinyatakan dalam bentuk yang khas seperti fungsi linier (Sugiarta 1992).
Soekartawi (1993) menyatakan bahwa analisa fungsi poduksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi tentang bagaimana sumberdaya yang terbatas dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh. Pada kenyataannya, penggunaan masukan produksi masih dipengaruhi oleh faktor lain di luar kontrol manusia misalnya iklim atau faktor lingkungan lain. Supranto (1983) menyatakan bahwa di antara fungsi produksi yang umum dipakai adalah fungsi linier dengan analisis regresi, apabila dalam persamaan garis regresi tercakup dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas. Olehkarenanya, maka regresi ini dinamakan regresi linier berganda. Variabel tak bebas (Y) dalam regresi linier berganda tergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Persamaan garis tersebut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = bo+b1X1+b2X2+b3X3,… +bnXn) ………………………………… (2.1)
Dimana Y dalam hal ini adalah variabel tidak bebas, sedangkan X adalah variabel bebas yang nilainya diketahui, kemudian pengaruhnya terhadap Y dapat diperkirakan sehingga nilai Y dapat diramalkan.
Model-model peramalan yang dilakukan berdasarkan variabel penjelas (explanory forecasting models) yang umum digunakan adalah model-model regresi. Secara umum, jika ada satu variabel tidak bebas (variabel yang diramalkan) tergantung pada satu atau lebih variabel bebas, maka hubungan di antara variabel-variabel itu dicirikan melalui model peramalan yang disebut model regresi. Model regresi berganda merupakan model regresi dengan dua atau lebih variabel bebas. Analisis regresi berganda adalah suatu analisis regresi bersyarat terhadap nilai-nilai tetap dari variabel-variabel bebas. Dengan demikian, maka akan diperoleh nilai rata-rata dari Y untuk nilai-nilai tetap dari variabel X.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudibyo (1998) mengenai analisis faktor produksi unit penangkapan purse seine di Pekalongan menyimpulkan faktor-faktor produkasi adalah X1 = ukuran kapal, X2 = kekuatan mesin, X3 = jumlah bahan bakar minyak, X4 = jumlah trip, X5 = lama operasi, dan X6 = jumlah anak buah kapal.
Uji koefisien regresi linier secara keseluruhan faktor produksi dengan menggunakan uji F terhadap produksi berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Secara individual faktor produksi terhadap produksi dengan menggunakan uji t yang berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99 % adalah faktor input panjang jaring (X4).
Penelitian yang dilakukan oleh Chaliluddin (2002) mengenai pengembangan perikanan pukat cincin cakalang di Nangroe Aeh Darussalam menyimpulkan bahwa faktor-faktor produksi adalah ukuran kapal (X1), kekuatan mesin (X2), konsumsi bahan bakar minyak (X3), panjang jaring (X4) dan jumlah ABK (X5) berpengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan. Secara parsial, faktor ukuran tenaga mesin (X2) dan panjang jaring (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan faktor lain tidak berpengaruh nyata.
Penelitian yang dilakukan Effendi (2004) mengenai analisis faktor produksi bagan motor di Selat Sunda menyimpulkan bahwa faktor-faktor produksi adalah X1 = bingkai jaring, X2 = daya lampu merkuri, X3 = jumlah tenaga kerja, X4 = kedalaman pemasangan waring, dan X5 = jumlah trip. Uji koefisien regresi linier secara keseluruhan faktor produksi dengan menggunakan uji F terhadap produksi berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Secara individual faktor produksi terhadap produksi dengan menggunakan uji t yang berpengaruh nyata adalah faktor ukuran bingkai jaring (X1) dan daya lampu merkuri (X2).
Penelitian yang dilakukan Mukhlisa (2006) mengenai optimalisasi pengembangan usaha perikanan di kabupaten Jeneponto provinsi Sulawesi Selatan menyimpulkan bahwa faktor-faktor produksi adalah ukuran kapal (X1), kekuatan mesin (X2), konsumsi bahan bakar minyak (X3), panjang jaring (X4), tinggi Jaring (X5), jumlah ABK (X6) dan jumlah lampu (X7). Hasil pengujian secara parsial ini memperlihatkan bahwa hanya kekuatan mesin (X2), panjang jaring (X4) dan jumlah lampu (X7) yang memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap produksi mini purse seine pada tingkat kepercayaan 95%. Faktor produksi ukuran kapal, jumlah BBM, tinggi jaring dan jumlah ABK tidak berpengaruh nyata terhadap produksi purse seine.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan dengan kapal purse seine adalah persiapan di darat sebelum operasi penangkapan ikan dilakukan, persiapan selama berlayar menuju fishing ground dan selama operasi penangkapan (Mukhtar 2002). Persiapan di darat meliputi persiapan peralatan dan perbekalan selama operasi penangkapan. Persiapan peralatan seperti lampu-lampu dan minyak, alat-alat navigasi, persiapan mesin dan persiapan pengaturan alat tangkap. Persiapan perbekalan seperti bahan bakar, bahan makanan, es dan kebutuhan ABK lainnya.
Persiapan selama berlayar menuju daerah penangkapan meliputi pengecekan ulang penataan alat tangkap sehingga selama operasi penangkapan tidak ditemukan adanya kendala (trouble). Persiapan ini mengatur alat tangkap mulai dari bagian alat tangkap yang pertama kali turun sampai yang terakhir. Selain itu persiapan mesin bantu penangkapan seperti gardan, lampu-lampu pengumpul ikan. Selama operasi di laut faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan seperti keterampilan nelayan, kekuatan mesin, jumlah trip operasi/tahun, kemampuan tangkap/trip, wilayah dan musim penangkapan serta penanganan hasil tangkap di laut. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas kapal purse seine seperti kekuatan mesin (PK), pemakaian BBM, ukuran alat tangkap dan jumlah anak buah kapal.
Produktivitas Kapal Penangkap Ikan
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.38/MEN/2003 produktivitas kapal penangkap ikan adalah tingkat kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan per tahun. Penetapan produktivitas kapal penangkap ikan per gross tonnage (GT) per tahun ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah hasil tangkapan ikan per kapal dalam satu tahun dibagi besarnya GT kapal yang bersangkutan. Produktivitas kapal dan komposisi ikan hasil tangkapan dibedakan menurut jenis alat penangkapan ikan yang digunakan seperti purse seine pelagis kecil produktivitasnya 1,50 ton/GT/th dan purse seine pelagis besar operasi kapal tunggal (1 kapal) produktivitasnya 2,00 ton/GT/th dan operasi secara terpadu (group) produktivitasnya 3,5 ton/GT/th. Sedangkan jenis ikan yang ditangkap untuk purse seine pelagis kecil yaitu layang 40%, kembung 20%, selar 15%, lemuru 10%, tembang 10% dan ikan lain 5% dan untuk purse seine pelagis besar ZEEI yaitu tenggiri 10%, tongkol 80%, ikan lain 10%, untuk purse seine pelagis besar diluar ZEEI yaitu cakalang 70%, yellowfin 20%, tongkol 7%, ikan lainnya 3% (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2003).
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.38/MEN/2003 produktivitas kapal penangkap ikan ditetapkan juga dengan mempertimbangkanukuran tonnage kapal, jenis bahan kapal, kekuatan mesin kapal, jenis alat tangkap yang digunakan, jumlah trip operasi penangkapan per tahun, kemampuan tangkap rata-rata per trip/bulan dan wilayah penangkapan.
Keadaan Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine
Perkembangan usaha perikanan laut yang menggunakan kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Kendari dari tahun ke tahun meningkat cukup pesat. Jumlah kapal purse seine di Kendari sebanyak 146 unit pada tahun 2007 yang sebelumnya tahun 2006 masih berjumlah 106 unit kapal purse seine (PPS Kendari, 2007). Perkembangan penambahan armada ini memposisikan kapal purse seine sebagai jenis kapal penangkap ikan yang dominan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Kendari. Pendaratan ikan di PPS Kendari didominasi oleh hasil tangkapan dengan menggunakan kapal purse seine. Karena hasil tangkapan jauh lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Sejalan dengan berkembang perusahaan di lingkungan PPS Kendari menyebabkan semakin bertambahnya armada yang beroperasi di perairan sekitar Kendari (perairan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan).
Daerah perairan sekitar Sulawesi Tenggara mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut cukup besar yang pemanfaatannya cukup efektif dengan menggunakankapal purse seine. Namun alat tangkap ini membutuhkan nilai investasi yang semakin besar seiring dengan meningkatnya ukuran kapal, mesin dan alat tangkap yang digunakan.
a. Tingkat Produksi Kapal Purse Seine Menurut Ukuran Kapal
Tingkat produksi kapal purse seine menurut ukuran kapal dapat disajikan pada Tabel 1.
Kapal Purse Seine (Pukat Cincin)
Kapal perikanan menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksploirasi perikanan.
Kapal purse seine (pukat cincin) menurut Mulyanto (1986) adalah kapal yang menggunakan alat tangkap purse seine yang dilengkapi tiang dan winch untuk menarik tali kolor yang dekat dengan jaring setelah penebaran. Dari sudut pandang pengaturan dek tipe kapal purse seine dibedakan tipe Amerika Utara dan tipe Eropa
Menurut Departemen Kelautan Dan Perikanan (2004), kapal purse seine adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine). Untuk mencegah ikan melarikan diri pada waktu operasi, bagian kapal ditarik oleh perahu kecil sehingga proses pelingkaran jaring lebih cepat dan pukat cincin membentuk kantong yang sempurna. Kapal tersebut dilengkapi dengan tiang tali dan mesin derek (power block) penarik tali kolor.
Kapal purse seine di Sulawesi Tenggara didominasi oleh kapal tipe lokal (Sulawesi Tenggara) dan kapal tipe pendatang (Sulawesi Selatan). Kapal tipe lokal dicirikan dengan bentuk bodi U sedangkan tipe pendatang dicirikan dengan bodi V yang ramping
Umumnya kapal purse seine di Indonesia terutama di Kendari menggunakan jenis kapal tipe Eropa yaitu pengaturan dek untuk peletakan alat tangkap dibagian dek tengah dan anjungan dibagian belakang bersatu dengan bagian mesin.Keuntungan dari tipe ini yaitu penurunan alat tangkap mudah dilakukan serta penanganan hasil tangkapan langsung bisa dimasukkan ke dalam palkah yang memang berada di bagian tengah dek.
Alat Tangkap Purse Seine
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), alat tangkap purse seine (pukat cincin) dicirikan oleh adanya penggunaan tali kolor pada bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kolor di bawah bagian jaring, maka jaring bagian bawah bisa diperkecil sehingga semua ikan akan tertangkap. Ukuran purse seine ada yang berukuran besar dan kecil (mini purse seine).
Konstruksi purse seine menurut Subani dan Barus (1988), terdiri atas:
(1) Bagian jaring, terdiri atas jaring utama, jaring sayap, dan jaring kantong.
(2) Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi memperkuat jaring sewaktu dioperasikan, terutama saat penarikan jaring.
(3) Tali temali, terdiri atas tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat, tali kolor, dan tali selambar.
(4) Pelampung
(5) Pemberat
(6) Cincin
Prinsip pengoperasian purse seine yaitu dengan melingkari gerombolan ikan dengan jarring. Setelah itu, jaring bagian bawah dikerutkan untuk memperkecil ruang gerak ikan, sehingga ikan-ikan akan berkumpul pada bagian kantong. Fungsi mata jaring sebagai dinding penghadang. Prinsip penangkapan ikan menggunakan purse seine yaitu untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling) di permukaan laut, oleh karena itu ikan-ikan yang tertangkap adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol di permukaan laut seperti layang, lemuru, deho, kembung dan baby tuna dan lain-lain (Mukhtar 2002).
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan purse seine adalah ikan-ikan pelagis yang bergerombol (pelagic shoaling species). Ini berarti bahwa ikan yang akan ditangkap tersebut harus membentuk suatu gerombolan (schoaling), berada dekat permukaan air (sea surface) dan diharapkan dalam suatu densitas shoaling yang tinggi. Jika ikan belum terkumpul dalam suatu area penangkapan (catchable area), atau berada di luar kemampuan perangkap jaring, maka harus diusahakan agar ikan berkumpul ke suatu area penangkapan. Hal ini ditempuh misalnya dengan penggunaan cahaya dan rumpon (Ayodhyoa 1974).
Faktor Produksi
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda, atau kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (transaksi). Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit periode atau waktu. Dalam proses produksi, terdapat hubungan yang sangat erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dan produksi yang dihasilkan (Partadiredja 1981 dalam Sudibyo 1998).
Gasperz (1998) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam suatu alternatif usaha, yaitu aspek teknik dan aspek ekonomi. Aspek teknik yang utama adalah proses produksi. Dalam proses produksi diperlukan proses produksi yang benar di antara beberapa kemungkinan cara produksi. Perlu juga diperhatikan pemilihan mesin dan peralatan yang sesuai dengan karakteristik usaha/pekerjaan.
Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara produksi (output) dan faktor-faktor produksi (input). Hubungan tersebut tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun produksi itu sendiri. Secara matematis fungsi produksi dapat dinyatakan dengan Y = (X1,X2,X3,………Xn) sedangkan X1,X2,X3,………Xn merupakan faktor input yang digunakan untuk menghasilkan output (Y). Fungsi di atas menerangkan output yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor input, tetapi belum memberikan hubungan kuantitatif antara faktor-faktor input dengan output. Untuk dapat memberikan hubungan kuantitatif, hubungan tersebut harus dinyatakan dalam bentuk yang khas seperti fungsi linier (Sugiarta 1992).
Soekartawi (1993) menyatakan bahwa analisa fungsi poduksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi tentang bagaimana sumberdaya yang terbatas dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh. Pada kenyataannya, penggunaan masukan produksi masih dipengaruhi oleh faktor lain di luar kontrol manusia misalnya iklim atau faktor lingkungan lain. Supranto (1983) menyatakan bahwa di antara fungsi produksi yang umum dipakai adalah fungsi linier dengan analisis regresi, apabila dalam persamaan garis regresi tercakup dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas. Olehkarenanya, maka regresi ini dinamakan regresi linier berganda. Variabel tak bebas (Y) dalam regresi linier berganda tergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Persamaan garis tersebut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = bo+b1X1+b2X2+b3X3,… +bnXn) ………………………………… (2.1)
Dimana Y dalam hal ini adalah variabel tidak bebas, sedangkan X adalah variabel bebas yang nilainya diketahui, kemudian pengaruhnya terhadap Y dapat diperkirakan sehingga nilai Y dapat diramalkan.
Model-model peramalan yang dilakukan berdasarkan variabel penjelas (explanory forecasting models) yang umum digunakan adalah model-model regresi. Secara umum, jika ada satu variabel tidak bebas (variabel yang diramalkan) tergantung pada satu atau lebih variabel bebas, maka hubungan di antara variabel-variabel itu dicirikan melalui model peramalan yang disebut model regresi. Model regresi berganda merupakan model regresi dengan dua atau lebih variabel bebas. Analisis regresi berganda adalah suatu analisis regresi bersyarat terhadap nilai-nilai tetap dari variabel-variabel bebas. Dengan demikian, maka akan diperoleh nilai rata-rata dari Y untuk nilai-nilai tetap dari variabel X.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudibyo (1998) mengenai analisis faktor produksi unit penangkapan purse seine di Pekalongan menyimpulkan faktor-faktor produkasi adalah X1 = ukuran kapal, X2 = kekuatan mesin, X3 = jumlah bahan bakar minyak, X4 = jumlah trip, X5 = lama operasi, dan X6 = jumlah anak buah kapal.
Uji koefisien regresi linier secara keseluruhan faktor produksi dengan menggunakan uji F terhadap produksi berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Secara individual faktor produksi terhadap produksi dengan menggunakan uji t yang berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99 % adalah faktor input panjang jaring (X4).
Penelitian yang dilakukan oleh Chaliluddin (2002) mengenai pengembangan perikanan pukat cincin cakalang di Nangroe Aeh Darussalam menyimpulkan bahwa faktor-faktor produksi adalah ukuran kapal (X1), kekuatan mesin (X2), konsumsi bahan bakar minyak (X3), panjang jaring (X4) dan jumlah ABK (X5) berpengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan. Secara parsial, faktor ukuran tenaga mesin (X2) dan panjang jaring (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan faktor lain tidak berpengaruh nyata.
Penelitian yang dilakukan Effendi (2004) mengenai analisis faktor produksi bagan motor di Selat Sunda menyimpulkan bahwa faktor-faktor produksi adalah X1 = bingkai jaring, X2 = daya lampu merkuri, X3 = jumlah tenaga kerja, X4 = kedalaman pemasangan waring, dan X5 = jumlah trip. Uji koefisien regresi linier secara keseluruhan faktor produksi dengan menggunakan uji F terhadap produksi berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Secara individual faktor produksi terhadap produksi dengan menggunakan uji t yang berpengaruh nyata adalah faktor ukuran bingkai jaring (X1) dan daya lampu merkuri (X2).
Penelitian yang dilakukan Mukhlisa (2006) mengenai optimalisasi pengembangan usaha perikanan di kabupaten Jeneponto provinsi Sulawesi Selatan menyimpulkan bahwa faktor-faktor produksi adalah ukuran kapal (X1), kekuatan mesin (X2), konsumsi bahan bakar minyak (X3), panjang jaring (X4), tinggi Jaring (X5), jumlah ABK (X6) dan jumlah lampu (X7). Hasil pengujian secara parsial ini memperlihatkan bahwa hanya kekuatan mesin (X2), panjang jaring (X4) dan jumlah lampu (X7) yang memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap produksi mini purse seine pada tingkat kepercayaan 95%. Faktor produksi ukuran kapal, jumlah BBM, tinggi jaring dan jumlah ABK tidak berpengaruh nyata terhadap produksi purse seine.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan dengan kapal purse seine adalah persiapan di darat sebelum operasi penangkapan ikan dilakukan, persiapan selama berlayar menuju fishing ground dan selama operasi penangkapan (Mukhtar 2002). Persiapan di darat meliputi persiapan peralatan dan perbekalan selama operasi penangkapan. Persiapan peralatan seperti lampu-lampu dan minyak, alat-alat navigasi, persiapan mesin dan persiapan pengaturan alat tangkap. Persiapan perbekalan seperti bahan bakar, bahan makanan, es dan kebutuhan ABK lainnya.
Persiapan selama berlayar menuju daerah penangkapan meliputi pengecekan ulang penataan alat tangkap sehingga selama operasi penangkapan tidak ditemukan adanya kendala (trouble). Persiapan ini mengatur alat tangkap mulai dari bagian alat tangkap yang pertama kali turun sampai yang terakhir. Selain itu persiapan mesin bantu penangkapan seperti gardan, lampu-lampu pengumpul ikan. Selama operasi di laut faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan seperti keterampilan nelayan, kekuatan mesin, jumlah trip operasi/tahun, kemampuan tangkap/trip, wilayah dan musim penangkapan serta penanganan hasil tangkap di laut. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas kapal purse seine seperti kekuatan mesin (PK), pemakaian BBM, ukuran alat tangkap dan jumlah anak buah kapal.
Produktivitas Kapal Penangkap Ikan
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.38/MEN/2003 produktivitas kapal penangkap ikan adalah tingkat kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan per tahun. Penetapan produktivitas kapal penangkap ikan per gross tonnage (GT) per tahun ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah hasil tangkapan ikan per kapal dalam satu tahun dibagi besarnya GT kapal yang bersangkutan. Produktivitas kapal dan komposisi ikan hasil tangkapan dibedakan menurut jenis alat penangkapan ikan yang digunakan seperti purse seine pelagis kecil produktivitasnya 1,50 ton/GT/th dan purse seine pelagis besar operasi kapal tunggal (1 kapal) produktivitasnya 2,00 ton/GT/th dan operasi secara terpadu (group) produktivitasnya 3,5 ton/GT/th. Sedangkan jenis ikan yang ditangkap untuk purse seine pelagis kecil yaitu layang 40%, kembung 20%, selar 15%, lemuru 10%, tembang 10% dan ikan lain 5% dan untuk purse seine pelagis besar ZEEI yaitu tenggiri 10%, tongkol 80%, ikan lain 10%, untuk purse seine pelagis besar diluar ZEEI yaitu cakalang 70%, yellowfin 20%, tongkol 7%, ikan lainnya 3% (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2003).
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.38/MEN/2003 produktivitas kapal penangkap ikan ditetapkan juga dengan mempertimbangkanukuran tonnage kapal, jenis bahan kapal, kekuatan mesin kapal, jenis alat tangkap yang digunakan, jumlah trip operasi penangkapan per tahun, kemampuan tangkap rata-rata per trip/bulan dan wilayah penangkapan.
Keadaan Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine
Perkembangan usaha perikanan laut yang menggunakan kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Kendari dari tahun ke tahun meningkat cukup pesat. Jumlah kapal purse seine di Kendari sebanyak 146 unit pada tahun 2007 yang sebelumnya tahun 2006 masih berjumlah 106 unit kapal purse seine (PPS Kendari, 2007). Perkembangan penambahan armada ini memposisikan kapal purse seine sebagai jenis kapal penangkap ikan yang dominan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Kendari. Pendaratan ikan di PPS Kendari didominasi oleh hasil tangkapan dengan menggunakan kapal purse seine. Karena hasil tangkapan jauh lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Sejalan dengan berkembang perusahaan di lingkungan PPS Kendari menyebabkan semakin bertambahnya armada yang beroperasi di perairan sekitar Kendari (perairan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan).
Daerah perairan sekitar Sulawesi Tenggara mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut cukup besar yang pemanfaatannya cukup efektif dengan menggunakankapal purse seine. Namun alat tangkap ini membutuhkan nilai investasi yang semakin besar seiring dengan meningkatnya ukuran kapal, mesin dan alat tangkap yang digunakan.
a. Tingkat Produksi Kapal Purse Seine Menurut Ukuran Kapal
Tingkat produksi kapal purse seine menurut ukuran kapal dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat produksi kapal purse seine per bulan menurut ukuran kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya.
No
|
4-15 GT
(ton)
|
16-30 GT
(ton)
|
Selisih produksi
(ton)
|
1
|
2
|
3
|
4=3-2
|
Rata-rata
Minimum
Maksimum
|
19,052
12,239
32,218
|
33,425
26,158
39,734
|
14,373
13,919
7,516
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata produksi kapal purse seine tiap bulan berbeda menurut ukuran besarnya kapal. Rata-rata produksi kapal purse seine yang berukuran 4-15 GT adalah 19,052 ton/bulan, sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih besar yaitu 16-30 GT adalah 33,425 ton/bulan. Rata-rata selisih produksi masing-masing ukuran kapal tersebut adalah 14,373 ton/bulan. Angka 14,373 ton/bulan merupakan nilai rata-rata selisih hasil tangkapan kapal purse seine antara yang berukuran 16-30 GT (besar) dengan 4 – 15 GT (kecil). Hasil pengolahan data dari 117 kapal purse seine sampel tersebut memberikan perbedaan nilai produksi ikan yang didaratkan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kapal purse seine dengan ukuran yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besar dibanding dengan kapal yang berukuran lebih kecil.
Dari 117 kapal purse seine sampel tersebut terdapat 95 kapal purse seine (81,19%) yang berukuran kecil, sedangkan 22 unit kapal (18,81%) berukuran besar. Hasil tangkapan minimum pada kapal ukuran kecil diperoleh 12,239 ton/bulan, sedangkan pada kapal berukuran besar diperoleh 26,158 ton/bulan. Demikian pula pada hasil tangkapan maksimum yang didapat oleh masing-masing ukuran kapal. Pada kapal ukuran kecil hasil tangkapan maksimal yang diperoleh adalah 32,218 ton/bulan sedangkan pada kapal yang berukuran lebih besar diperoleh hasil tangkapan maksimalsebesar 39,734 ton/bulan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kapal purse seine dengan ukuran yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besar (Ayodhyoa 1974).
b. Tingkat Produksi Kapal Purse Seine Menurut Kekuatan Mesin Kapal
Tingkat produksi kapal purse seine menurut kekuatan mesin kapal dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat produksi kapal purse seine per bulan menurut ukuran kekuatan mesin yang mendaratkan hasil tangkapannya.
No
|
20-50 PK
(ton)
|
51-90 PK
(ton)
|
Selisih produksi
(ton)
|
1
|
2
|
3
|
4=3-2
|
Rata-rata
Minimum
Maksimum
|
19,035
12,239
34,819
|
30,817
12,261
39,734
|
11,782
0,022
4,915
|
Dari 117 kapal purse seine sampel tersebut terdapat 80 kapal purse seine (76,92%) yang berukuran tenaga mesin kecil (20-50 PK), sedangkan 27 unit kapal (23,08%) yang berukuran kekuatan mesin lebih besar (51-90 PK). Hasil tangkapan minimum pada kapal ukuran kekuatan mesin lebih kecil diperoleh 12,239 ton/bulan, sedangkan pada kapal berukuran kekuatan mesin yang lebih besar diperoleh 12,261 ton/bulan. Demikian pula pada hasil tangkapan maksimum yang didapat oleh masing-masing ukuran mesin kapal.
Pada kapal-kapal penangkap ikan yang ukuran tenaga mesin penggerak lebih kecil, hasil tangkapan maksimal yang diperoleh adalah 34,819 ton/bulan, sedangkan pada kapal-kapal ikan yang berukuran tenaga mesin penggerak lebih besar diperoleh hasil tangkapan maksimal sebesar 39,734 ton/bulan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kapal purse seine dengan ukuran kekuatan mesin yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besar dibanding dengan kapal yang berukuran kekuatan mesin lebih kecil (Ayodhyoa 1974).
c. Tingkat Produksi Kapal Purse Seine Menurut Pemakaian BBM
Tingkat produksi kapal purse seine menurut pemakaian BBM dapat ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat produksi kapal purse seine per bulan menurut pemakaian BBM yang digunakan.
No
|
1-3500 Ltr
(ton)
|
3501- 7000 Ltr
(ton)
|
Selisih produksi
(ton)
|
1
|
2
|
3
|
4=3-2
|
Rata-rata
Minimum
Maksimum
|
18,864
12,239
34,819
|
33,157
26,158
39,734
|
14,293
13,919
4,915
|
Dari 117 kapal purse seine sampel tersebut terdapat 94 kapal purse seine (80,34%) yang pemakaian BBM kecil (1-3500 liter), sedangkan 23 unit kapal (19,66%) yang pemakaian BBM besar (3501-7000 liter). Hasil tangkapan minimum pada pemakaian BBM kecil diperoleh 12,239 ton/bulan, sedangkan pada pemakaian BBM yang lebih besar diperoleh 12,261 ton/bulan. Demikian pula pada hasil tangkapan maksimum yang didapat oleh masing-masing pemakaian BBM. Hasil tangkapan minimum pada pemakaian BBM lebih kecil diperoleh 12,239 ton/bulan, sedangkan pada kapal pemakaian BBM yang lebih besar diperoleh 26,158 ton/bulan. Demikian pula pada hasil tangkapan maksimum yang didapat oleh masing-masing pemakaian BBM terdapat perbedaan. Pada kapal pemakaian BBM yang lebih kecil, hasil tangkapan maksimal yang diperoleh adalah 34,819 ton/bulan sedangkapan pada kapal yang pemakaian BBM lebih besar diperoleh hasil tangkapan maksimal sebesar 39,734 ton/bulan. Nilai perbedaan ini menunjukkan bahwa kapal purse seine dengan pemakaian BBM yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besar dibanding dengan kapal yang pemakaian BBM lebih kecil (Ayodhyoa 1974).
d. Tingkat Produksi Kapal Purse Seine Menurut Ukuran Alat Tangkap
Tingkat produksi kapal purse seine menurut ukuran luas penampang alat tangkap purse seine (panjang ris atas x lebar jaring) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat produksi kapal purse seine per bulan menurut ukuran luas penampang alat tangkap yang digunakan.
No
|
1-10.000 m2
(ton)
|
10.001-20.000 m2
(ton)
|
Selisih produksi
(ton)
|
1
|
2
|
3
|
4=3-2
|
Rata-rata
Minimum
Maksimum
|
19,247
12,239
37,843
|
33,214
26,158
39,734
|
13,967
13,919
1,891
|
Rata-rata produksi kapal purse seine tiap bulan berbeda menurut ukuran luas penampang alat tangkap purse seine. Rata-rata produksi kapal purse seine yang berukuran luas penampang alat tangkap 1-10.000 m2 adalah 19,247 ton/bulan, sedangkan untuk ukuran luas penampang alat tangkap yang lebih besar yaitu 10.001-20.000 m2 adalah 3,214 ton/bulan (Tabel 14). Rata-rata selisih produksi masing-masing ukuran luas penampang alat tangkap ini adalah 13,967 ton/bulan. Nilai tersebutmemberikan gambaran bahwa kapal purse seine dengan ukuran luas penampang alat tangkap yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besar dibanding dengan ukuran luas penampang alat tangkap yang lebih kecil.
Hasil tangkapan minimum pada luas penampang alat tangkap lebih kecil diperoleh 12,239 ton/bulan, sedangkan pada kapal berukuran luas penampang alat tangkap yang lebih besar diperoleh 26,158 ton/bulan. Demikian pula pada hasil tangkapan maksimum yang didapat oleh masing-masing ukuran luas penampang alat tangkap terdapat perbedaan. Pada kapal ukuran luas penampang alat tangkap yang lebih kecil, hasil tangkapan maksimal yang diperoleh adalah 37,843 ton/bulan sedangkapan pada kapal yang berukuran luas penampang alat tangkap lebih besar diperoleh hasil tangkapan maksimal sebesar 39,734 ton/bulan. Nilai perbedaan ini menunjukkan bahwa kapal purse seine dengan ukuran luas penampang alat yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besar dibanding dengan kapal yang berukuran luas penampang alat tangkap lebih kecil (Ayodhyoa 1974).
e. Tingkat Produksi Kapal Purse Seine Menurut Jumlah ABK
Tingkat produksi kapal purse seine menurut ukuran banyaknya ABK yang digunakan dapat disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat produksi kapal purse seine per bulan menurut jumlah ABK kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapannya.
No
|
8-13 orang
(ton)
|
14-18 orang
(ton)
|
Selisih produksi
(ton)
|
1
|
2
|
3
|
4=3-2
|
Rata-rata
Minimum
Maksimum
|
19,919
12,239
34,907
|
31,850
15,122
39,734
|
11,931
2,883
4,827
|
Dari 117 kapal purse seine sampel tersebut terdapat 99 kapal purse seine (84,61%) yang jumlah ABK kecil, sedangkan 18 unit kapal (15,39%) yang berukuranlebih besar. Hasil tangkapan minimum kapal pada jumlah ABK lebih sedikit kecil diperoleh 12,239 ton/bulan, sedangkan pada kapal jumlah ABK lebih besar diperoleh 15,122 ton/bulan. Demikian pula pada hasil tangkapan maksimum yang didapat olehmasing-masing jumlah ABK terdapat perbedaan.
Pada kapal purse seinez yang menggunakan ABK yang lebih besar, hasil tangkapan maksimal yang diperoleh adalah 34,907 ton/bulan sedangkan pada kapal yang berukuran lebih besar diperoleh hasil tangkapan maksimal sebesar 39,734 ton/bulan. Nilai perbedaan ini menunjukkan bahwa kapal purse seine dengan jumlah ABK yang lebih besar memiliki kemampuan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih besardibanding dengan kapal yang jumlah ABK lebih kecil (Ayodhyoa 1974).
5.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kapal Purse Seine Yang Mendaratkan Hasil Tangkapannya.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kapal Purse Seine, maka dilakukan analisis regresi non linear berganda model Cobb-Douglass. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer program Microsoft Excell dan Statisic Analysis Sistem (SAS) versi 6.12. pengujian parameter dilakukan pada taraf nyata (α) 5%.
Setelah data dianalisis, maka diperoleh persamaan Fungsi Cobb-Douglass sebagai berikut :
Ln Y = 3,627 + 0,661 ln X1 + 0,806 ln X2 + 0,092 ln X3 + 0,944 ln X4
Dimana :
Y = Produktivitas kapal purse seine (Ton/GT)
X1 = Kekuatan Mesin Kapal (PK/GT)
X2 = Pemakaian BBM (liter/GT)
X3 = Ukuran alat tangkap (meter/GT)
X4 = Jumlah ABK (orang/GT)
Apabila dikembalikan pada fungsi pemangkatan maka persamaan menjadi :
Y = 37,599. X1 0.661. X2 0.806 . X3 0.092 . X4 0.944
Untuk mempermudah pembahasan, model non linier berganda fungsi Cobb-Douglass diringkas dan disajikan seperti pada Tabel 16 dan Lampiran 9. Model ini dapatdilinier bergandakan dengan cara mentrasformasi kedalam bentuk logaritma natural (ln). Hasil analisis pada Tabel 16 dan Lampiran 9 berikut ini menunjukan bahwa koefisiendeterminasi (R2) adalah 0,917 yang berarti bahwa 91,7% keragaman produktivitas kapal purse seine (Y) dapat diterangkan atau dijelaskan secara serentak oleh keragaman X1 = Ukuran kekuatan mesin kapal, X2 = Pemakaian BBM, X3 = Ukuran alat tangkap purse seine, X4 = Ukuran jumlah ABK yang digunakan, sedangkan sisanya sebanyak 8,3% diterangkan oleh variabel lain yang turut menentukan tetapi tidak termuat dalam model. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa model penduga yang digunakan cukup memadai atau cocok dengan data yang tersedia dalam penelitian ini.
Koefisein korelasi (R) digunakan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara variabel tak bebas (Y) dengan variabel-variabel bebas (X). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien (R) sebesar 0,914 dengan tanda positif dan mendekati angka satu, maka dapat diartikan bahwa antara variabel tak bebas (Y) mempunyai hubungan yang cukup erat atau kuat dengan seluruh variabel bebas (X).
Tabel 6. Analisis varians regresi linear berganda model Cobb Douglass Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kapal purse seine.
Sumber
|
Derajat Bebas
|
Jumlah Kuadrat
(JK)
|
Kuadrat Tengah
(KT)
|
F hitung
|
Probabilitas>F
|
Regresi
Residu
|
4
112
|
19,978
1,803
|
4,994
0,016
|
310,166a
|
0,0001
|
Total
|
116
|
21,782
| |||
R2
R
|
0,917
0,914
|
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (Y) dengan menggunakan uji t. Ringkasan/ikhtisar mengenai hasil analisis regresi linear berganda model Cobb-Douglass pada produktivitas kapal purse seine, disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Parameter Analisis varians regresi linear berganda model Cobb-Douglass Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kapal purse seine.
Uraian penjelas
(X)
|
Koefisien regresi
(b)
|
t hitung
|
Probabilitas> T
|
Intersep
Kekuatan mesin (ln X1)
Pemakaian BBM(lnX2)
Ukuran alat tangkap (ln X3)
Jumlah ABK (ln X4)
|
3,627
0,661
0,806
0,092
0,944
|
4,452
7,401a
11,310a
0,839tn
19,829a
|
0,0001
0,0001
0,0001
0,4033
0,0001
|
Koefisien Determinasi (R2)
|
0,917
|
Keterangan : a = sangat nyata pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05)
tn = tidak nyata pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05)
Untuk mengetahui penggunaan faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas dapat dilihat dari elastisitasnya masing-masing variabel terhadap produksi yang diperoleh dengan uraian sebagai berikut :
a). Variabel kekuatan mesin (X1), mempunyai koefisien regresi (b1) sebesar 0,661 dan berpengaruh nyata, setiap penambahan 1% dari penambahan kekuatan mesin dalam satuan PK/GT akan meningkatkan produktivitas kapal purse seine sebesar 0,661% (apabila variabel lain tetap). Hubungan yang positif ini menunjukkan bahwa produktivitas berbanding lurus dengan semakin tingginya ukuran kekuatan mesin kapal purse seine.
Kekuatan mesin (X1) akan menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan ikan dan melingkari alat tangkap purse seine mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak. Kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya gerombolan ikan (Fridman dan Carrother, 1986). Dengan kekuatan mesin yang besar, maka proses pelingkaran gerombolan ikan juga lebih cepat sehingga kemungkinan ikan untuk lolos juga semakin kecil.
b). Variabel pemakaian BBM (X2), mempunyai koefisien regresi (b2) sebesar 0,806 dan berpengaruh nyata, setiap penambahan 1% dari penambahan pemakaian BBM akan meningkatkan produktivitas kapal purse seine sebesar 0,806% (apabila variabel lain tetap). Hubungan yang positif ini menunjukkan bahwa produktivitas berbanding lurus dengan semakin tingginya pemakaian BBM kapal purse seine.
Pemakaian BBM untuk kekuatan mesin yang besar perlu didukung oleh jumlah pemakaian BBM yang seimbang. Secara tidak langsung jumlah BBM yang dipakai dalam pengoperasian purse seine juga mempengaruhi jumlah hasil tangkapan karena dengan banyaknya pemakaian BBM kecepatan kapal lebih cepat untuk melingkar alat tangkap dan jangkauan operasi lebih jauh.
c). Variabel ukuran alat tangkap (X3), mempunyai koefisien regresi (b3) sebesar 0,092 dan tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut diduga karena ukuran alat tangkap yang lebih besar maka lebih luas cakupan jaringnya, sehingga kemungkinan ikan untuk tertangkap akan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fridman dan Carrother (1986) bahwa secara teoritis, semakin besar ukuran purse seine yang digunakan maka semakin besar pula garis tengah lingkaran jaring. Hal ini menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding jaring dapat semakin besar. Tapi kenyataannya bahwa kurang berpengaruh nyata karena gerombolan ikan di daerah operasi penangkapan dekat perairan Kendari tidak terlalu besar.
d). Variabel jumlah ABK (X4), mempunyai koefisien regresi (b1) sebesar 0,944 dan berpengaruh nyata, setiap penambahan 1% dari penambahan jumlah ABK akan meningkatkan produktivitas kapal purse seine sebesar 0,944% (apabila variabel lain tetap). Hubungan yang positif ini menunjukkan bahwa produktivitas kapal purse seine ditentukan oleh jumlah ABK kapal. Jumlah ABK berpengaruh nyata karena untuk mempercepat proses penurunan alat tangkap purse seine agar peluang ikan untuk lolos dari celah yang masih terbuka menjadi sedikit.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat produksi rata-rata kapal purse seine berukuran 4-15 GT adalah 19,052 ton/bulan, sedangkan kapal berukuran 16-30 GT adalah 33,425 ton/bulan. Ditinjau dari kekuatan mesin, kapal dengan kekuatan mesin 20-50 PK adalah 19,035 ton/bulan, sedangkan kapal dengan kekuatan 51-90 PK sebesar 30,817 ton/bulan. Dengan rata-rata keseluruhan adalah 21,754 ton/bulan.
2. Tingkat produksi rata-rata kapal purse seine berukuran (GT) besar, kekuatan mesin (PK) besar, pemakaian BBM besar, ukuran alat tangkap besar dan jumlah ABK besar adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kapal berukuran (GT) kecil, kekuatan mesin (PK) kecil, pemakaian BBM kecil, ukuran alat tangkap kecil dan jumlah ABK kecil.
3. Secara bersama-sama variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas kapal purse seine (Y). Secara sendiri-sendiri (parsial) variabel kekuatan mesin (X1), pemakaian BBM (X2) dan jumlah ABK (X4) berpengaruh nyata, sedangkan variabel ukuran alat tangkap (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas kapal purse seine (Y) .
Dari kesimpulan tersebut maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlu pengaturan ukuran alat tangkap, baik ukuran mata jaring, panjang jaring dan lebar jaring sehingga eksploitasi sumberdaya ikan dapat berkelanjutan.
2. Perlu kebijakan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan BBM yang akhir-akhir ini terjadi yang menyebabkan kapal-kapal purse seine sering tidak melaut.
3. Perlu kajian dampak kelangkaaan BBM terhadap produktivitas alat tangkap purse seine.
Sumber :
Muktar, Tesis, Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Kapal Purse Seine,
Prodi Agribisnis, Program Pascasarjana, Unhalu, Kendari, 2008
http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2010/05/analisis-faktor-faktor-yang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar