Komoditas ikan hias saat ini telah berkembang dengan pesat. Ikan Diskus Symphysodon sp. merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang memiliki nilai jual yang tinggi. Disamping itu, tiga perempat bagian dari negara Indonesia merupakan perairan yang luas dan jumlah ikan hias air tawar Indonesia diperkirakan sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di seluruh dunia (DKP, 2008). Salah satu dari spesies tersebut adalah ikan Diskus Symphysodon sp. Diskus tergolong dalam keluarga Cichlidae dari genus symphysodon, yang secara harfiah berarti ‘having teeth in the middle of the jaw’ atau ‘memiliki gigi di tengah rahang’ (Bernd D, 1986 dalam Indarta D, 2002). Habitat asli ikan diskus berasal dari pedalaman rimba Amazon. Ikan ini telah berhasil diidentifikasi sejak tahun 1840 oleh seorang ichthyologist berkebangsaan Austria bernama Dr. Johan Jacob Heckel dan diperkenalkan kepada publik sekitar 90 tahun kemudian. Pada awalnya ikan diskus hanya memiliki empat varietas yang ditemukan yaitu Heckel Diskus (Symphysodon discus heckel), Brown Diskus (Symphysodon aequifasciata axelrodi), Green Diskus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata) dan Blue Striated Diskus (Symphysodon aequifasciata haraldi)
Keanggunan dan pesona yang dimiliki oleh ikan ini menjadi sumber daya tarik kepada masyarakat. Keindahan ini tidak hanya tampak pada sosok, corak dan warnanya saja tetapi telihat juga pada gerak gerik ikan ini. Salah satu penyebab kelanggengan diskus adalah sangat dimungkinkannya penciptaan aneka varietas atau strain baru terhadap ikan ini. Kekayaan strain ikan menjadi salah satu daya tarik diskus.
Permintaan yang tinggi terhadap diskus menyebabkan berbagai pihak untuk melakukan budidaya dan mengembangkan varietas ikan ini. Namun demikian meningkatnya permintaan tersebut belum didukung oleh produksi yang memadai. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat keberhasilan budidaya ikan hias (Lingga dan Susanto, 1996).
Selain itu tingkat pertumbuhan ikan diskus juga sangat lambat menjadi salah satu faktor kendala yang dihadapi oleh para pembudidaya.Ikan diskus (Symphysodon sp) merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang memiliki strain dan varietas bervariasi. Namun dalam pemeliharaannya ikan diskus termasuk ikan yang sulit untuk dibudidayakan dikarenakan masih rendahnya tingkat keberhasilan dalam pemeliharaan ditunjang dengan tingkat pertumbuhan diskus yang sangat lambat.
Persiapan
Tentunya yang harus disiapkan beberapa aquarium (ukuran ; 1m-40cm tinggi 40cm buat mencari penjodohannya / mencari pasangannya. dan ukuran ; 40cm-40cm tinggi 40cm ,buat breed ikan tersebut ). media telur gunakan pvc ukuran 2".suhu air pasang heater dengan kapasitas 27 C - 29 C . gunakan breeding spon dan pompanya untuk aerato air ( air kondisi tenang ,tidak keras atau pergerakan aerator air lembut) pengalaman saya ini : kenapa telur da jadi-jadi ( busuk / jamuran ), ternyata aerator air yang keras / pergerakan air yang keras menimbulkan si pembuahan jantan tidak kuat untuk mencampur / menempel dengan telur sibetina tersebut.
Indukan
Siapkan indukan 4 ekor discus yang sudah siap ,tentunya ikan discus yang sudah usia nya di atas 1 tahun . kalau dah siap li, lihat cara nya dibawah ini :
- Semua ikan dimasukan bersamaan di aqurium yang sama dan tunggu, mungkin 2 minggu atau lebih atau sebulan lebih, ikan akan kelihatan yang mana ikan tersebut ada yang berduaan terus ( bermesraan/bobogohan, hee..) dan saling menggerakan badan naik turun serta menggetar- getarkan badan nya,dan menguasai tempat /lokasi di dekat media piva peralon ,buas terhadap ikan yang lainnya. itu menandakan ikan tersebut sudah menjodoh ,dan siap di pisah kan di tempat aquarium yang di siapkan ( ukuran 40cm-40cm tinggi 40cm ).selebihnya akan tau sipat dan ciri yang mana jantan dan mana betina.cara ini lama ya ,lihat yang berikutnya...
- Kalau sudah tau mana jantan dan betina dan siikan masih sendiri-sendiri, masukan aja langsung di bikin sepasang keaquarium breed tersebut (40cm-40cm tinggi 40cm) .akan kelihatan discus tersebut mana yang jadi pasangan dan mana yang tidak jadi pasangan ,ini cepat sekali dalam tempo 4 atau 5hari telor langsur turun dan menempel di media pvc tersebut. penjelasan : yang jadi pasangan , siikan akan saling menggerakan badan nya naik turun dan menggetarkan badannya sama-sama dan mulai mem bersihkan media pvc ( menggigit-gigit pvc tersebut )itu menandakan udah jadi penjodohan. jikalau siikan mulai bertempur atau yang jantan mengejar- ngejar betina dalam tempo 1 hari, itu tandanya ikan tidak menjodoh.dan ikan harus dipisah kan segera.
- Pengalaman saya yang lainnya, saya belum tau ikan yang mana jantan dan betina. begini.... siapkan aquarium yang bersekat (sekat kaca bisa dibuka tutup ) OK.... Masukan 2 discus di sebelah sekat yang penyimpanan ukuran sekatnya aga besar, dan masukan lagi 1 discus disamping sekat yang ukurannya sempit. dengan cara ini ,menurut pengalaman saya , kalau siikan menjodoh dalam tempo 1 hari / 2hari telor akan cepat turun . target penjodohan sama seperti penjelasan tadi diatas ( berantem atau dikejar-kejar tandanya tidak menjodoh.
Pemijahan
Setelah dimasukan sepasang ikan ke aquarium ukuran 40cm-40cm tinggi 40cm,dalam tempo 3-5 hari akan keluar telur menempel di media pvc tersebut,sebaiknya pengalaman saya , media pvc yang udah ada telurnya , setelah satu hari dikasis ram kawat pelindung , pengalaman lagi : telur dielus-elus sama betina /dijaga /dilindungi, ditiup-tiup dan dikipas-kipas . kalau ada yang mendekat apa saja selalu dimakan terutama cacing yang putih kecil saking sayang nya sama telur , kalau ada yang rusak atau jamuran ,betina selalu memakannya dan terlena / terbiasa atau kemakan semua telurnya , dan hilang telur semuanya setelah 2 hari telur akan menetas,sebagian jamuran .jangan heran kalau induk nya memakan larva tersebut , tapi bukan memakannya hanya memindahkan posisi atau membersihkan sisa-sisa telur yang menempel pada larva tersebut.
Ke4 harinya larva akan mulai berenang dan mulai menempel sebagian ke induknya. pengalaman lagi ; setelah menempel semua larva-larva tersebut ke induknya terutama kebanyakan menempel pada induk yang condong gelap ,dalam jangka 6-7 hari saya selalu mencabut salah satu induk nya, terutama induk yang terang dan membiarkan indukan yang gelap untuk mengasuh anaknya ( baby sister ). kenapa ya... kalau didiam kan terus bersama sering terjadi : bertengkar berebutan mengasuh , dan keluar telur lagi dan si induk memakan anaknya sendiri karena mengganggu telurnya, indukan juga dikasih makan tidak seperti biasanya / dikurangan setengahnya.dan larva pun hanya makan dari kulit/ lendir yang menempel pada badan induknya.
Hari ke 10 ,saya mulai mengasih makanan tambahan buat larva, saya kasih kutu air. setelah 2 minggu atau lebih (lihat kondisi larva )saya kasih cacing lembut. asik dan nikmat melihat anak discus yang menempel di badan induk discus.
Perawatan anak discus
Setelah satu bulan saya selalu mencabut si indukan tersebut dan mendiamkan anakannya , dengan mengasih makanan cacing lembut hidup didiamkan kira-kira jangan sampai ga ada makanan di aquarium ( supaya cepat besar ).seterusnya selingan mengasih cacing beku yang di kerut sama pisau kater supaya aga lembut.setelah 2 bulan bisa dijual
Discus yang indah dan memiliki bentuk yang sempurna, berasal dari bibit dan kondisi pertumbuhan yang baik sejak lahir. Diskus adalah jenis ikan yang hidup secara berkelompok (social fish). Bahkan di alam bebas, aslinya mereka hidup dalam kelompok besar dan merupakan salah satu dari sedikit jenis ikan yang mampu belajar. Oleh karenanya, harus diingat bagi para hobbies untuk membeli ikan diskus dalam jumlah lebih dari satu. Diskus membutuhkan interaksi sosial sesama mereka untuk memunculkan karakter asli ikan diskus.
beberapa media atau peralatan yang perlu anda persiapkan untuk memulai pemeliharaan ikan discus. Di antaranya adalah aquarium yang dapat menampung air yang cukup (idealnya 200 liter untuk 4 ekor discus). Filter osmosis dan juga lampu Ultra violet untuk membantu sterilisasi air. Dalam kondisi atau daerah tertentu, heater juga diperlukan. untuk menanggulangi perubahan suhu udara yang ekstrim. Suhu yang ideal untuk pemeliharaan discus adalah 28 derajat Celcius.
Sistem filtrasi yang baik untuk pemeliharaan discus adalah hal yang penting, bahkan diwajibkan. Hal ini adalah kunci utama untuk menjaga kualitas air agar tetap prima, selain itu tentu saja untuk menghindari keharusan melakukan proses pergantian air yang terlalu sering.
Hal utama yang harus diingat oleh anda yang ingin berkecimpung dalam pemeliharaan ikan diskus ini adalah karakter air yang disukainya.
Tingkat keasaman air (pH).
Sangat baik jika pH air mendekati netral. Pertahankan agar pH berada pada kisaran pH 6.0 dan 7.0. Discus akan nyaman dengan kisaran pH seperti ini.
Untuk menjaga kestabilan pH, maka kesadahan air juga perlu diperhatikan. Usahakan agar kesadahan Kalsium berada dalam kisaran 5 -7 KH, sedangkan untuk kesadahan umum pada kisaran 12 – 15 GH. Perhatikan kondisi air di lingkungan tempat anda memelihara diskus. Jika kesadahan air lebih dari 12gH, maka gunakanlah filter reverse osmosis. Ia dapat mengembalikan kesadahan air pada derajat yang dibutuhkan. Cartridge dari Filter reverse osmosis perlu diganti secara berkala, dan frekwensi pergantiannya tergantung seberapa tinggi tingkat senyawa yang terkandung dalam air yang anda pakai.
Selanjutnya adalah kadar amonia. Amonia adalah kandungan senyawa yang sangat buruk di dalam air, yang dapat menyebabkan kematian pada ikan diskus. Ia adalah senyawa yang dihasilkan dari kotoran yang dibuang oleh ikan dari sisa makanannya. Idealnya adalah, bahwa dalam tangki/aquarium tidak mengandung amonia sama sekali (0%). Disinilah mengapa filter di dalam akuarium diskus adalah hal yang wajib diterapkan.
Diskus juga dapat terserang penyakit karena kualitas air yang buruk atau pakan yang membawa penyakit. Berdasarkan penyebabnya, penyakit yang menyerang diskus dibagi menjadi 2 macam, yaitu penyakit Parasiter dan non parasiter.
1. Penyakit Parasiter
Penyakit parasiter adalah penyakit yang timbul karena parasit. Contoh penyakit ini adalah :
a. Gill Worm atau Penyakit Insang
Penyakit insang ini menyerang pada bagian insang ikan, sehingga mengakibatkan ikan tidak bisa bernafas atau mengap-mengap. Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi penyakit insang adalah dengan menggunakan larutan formalin 35-40%, garam dapur (NaCI), atau PK ( Kalium permanganat).
b. NDD (New Diskus Disease)
Penyakit NDD juga dikenal dengan nama discus plague atau velvet. Penyakit ini disebabkan oleh komplikasi beberapa bakteri dan virus. Penyebab penyakit NDD akan menembus lendir pertahanan diskus kemudian mengambil sari makanan dari sel-sel kulit yang rusak dan mengambil cairan tubuh. Akibatnya diskus menjadi lemas dan kemudian mati. Penyakit ini dapat diobati dengan beberapa cara, yaitu :
• Menggunakan larutan PK dengan dosis 0,6 g per 100 liter air
• Kombinasi 1,5-2 g chloramfenicol (antibiotik), 0,2-0,3 acriflavine (antiprotozoa), dan 3-4 sendok makan garam dapur.
• Kombinasi 2 g oxytetracyclin, 0,2-0,3 g acriflavine, dan 3-4 sendok makan garam dapur,
• Kombinasi 4 g neomycin sulphate, 250 mg nitrofuratoin atau makrofuran, dan 3-4 sendok makan garam dapur.
• Kombinasi 1 g ciprofloxacin, 11 tete copperformalin (antiprotozoa), dan 3-4 sendok makan garam dapur.
c. White Spot
White spot merupakan penyakit yang dialami hampir semua jenis ikan. Penyakit white spot ditandai oleh munculnya bintik putih pada ekor, sirip, permukaan tubuh, mata, atau insang. White spot dapat menyerang diskus karena kualitas air yang jelek. Cara menangani penyakit ini dapat dilakukan dengan mengganti air setiap hari dan menaikkan suhu air hingga 33oC, atau dengan menggunkan 0,3 g acriflavine untuk setiap 100 liter air atay blitz ich sesuai takaran yang tertera.
2. Penyakit Nonparasiter
Penyakit nonparasiter adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh parasit, misalnya karena kekurangan oksigen, terlalu banyak makan, masalah nutrisi, keracunan obat, atau perubahan pH. Berikut ini adalah beberapa penyakit nonparasiter yang biasa menyerang diskus.
a. Iritasi air
Pergantian air yang mendadak dapat menyebabkna iritasi air. Penyakit ini ditandai oleh rusaknya ujung sirip atau ekor. Untuk mengatasi penyakit ini sebaiknya penggantian air akuarium dilakukan secara perlahan, yaitu dengan mengganti ¾ air lama dengan air baru.
b. Keracunan obat
Keracunan obat terjadi karena pemberian obat yang melebihi dosis atau obat yang sudah kadaluarsa. Akibatnya penyakit yang diderita diskus semakin parah. Untuk mencegah penyakit ini sebaiknya pemberian obat sesuai dosis yang dianjurkan.
c. Kekurangan Oksigen
Sistem aerasi yang tidak memadai serta populasi ikan yang terlalu padat dapat menyebabkan ikan mengalami kekurangan oksigen. Cirinya adalah pernapasan ikan menjadi memburu dan mengap-mengap. Penanggulangannya adalah mengganti sistem aerasi atau mengurangi kepadatan ikan.
d. Terlalu banyak makan
Diskus yang terlalu banak makan akan menyebabkan perutna menggelembung dan susah buang air. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan menaikkan suhu air hingga mencapai 33oC atau dengan menambahkan 5 sendok makan garam untuk setiap 100 liter air.
e. pH shock
Perubahan derajat keasaman atau pH air dapat menimbulkan pH shock akibatnya diskus kehilangan keseimbangan. Cara mengatasi pH shock adalah dengan mengganti air akuarium dengan air yang pH –nya sesuai (6,3-6,8), kemudian diberi 5 sendok makan garam dapur dan 1 g acriflavine atau methylene blue untuk setiap 100 liter air.
Dalam dokumentasi ini seperti di video, saya aplikasikan cara filtering CristalBio + Orgonite
media bak filter aquarium biasa, cristalbio dan orgonite isinya
Kristal Bio adalah media yang kaca ramah lingkungan, dipanaskan lebih dari 900 ° C, menciptakan struktur sel kaca hiper-connecting.
Ini menghasilkan media dengan area permukaan hingga sepuluh kali lebih besar daripada alternatif yang paling plastik.
Kombinasi dari Crystal Bio dalam bak filter tempat penyaringan yang memadai dan baik akan menghasilkan Peningkatan filtrasi biologi dan dipadu dengan orgonite kanan menghasilkan bakteri baik yang mampu mengurai kotoran dan bakteri jahat lainnya , Media pemeliharaan yang murah, air bening, ikan sehat dan rakus
Referensi:
- Anonim. 2010. Berbagai Varietas Discus. Media Informasi Ikan Hias dan Tanaman Air. http://o-fish.com/Discus/discus. php, 3 pp.
- DKP dan LIPI. 2008. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menerapkan mengembangkan sekaligus memasarkan komoditas ikan hias bersama. Dalam http://lipi.go.id/berita/dkp-dan-lipi-kembangkan-ikan-hias-bersama/3009.
- Indarta D. 2002. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul. Jakarta: AgroMedia Pustaka
- Kusrini,E dan Priono, B. 2011. Pakan Buatan Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Discus (Symphysodon Discus) Di Indonesia. Media Akuakultur Volume 6 Nomor 1.
- Lingga, P. & Susanto, H. 1986. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, 236 hlm.
- Zein, H.M. 2010. Budidaya Discus dengan Artificial Food. Larva ikan discus 4 hlm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar