Rabu, 16 Februari 2022

Ikan Hias Discus - Sejarah dan Asal Usulnya

Ikan discus merupakan spesies ikan air tawar yang berasal dari Sungai Amazon, Amerika Serikat. Ikan ini pertama kali dikenalkan di tahun 1840 oleh Dr. Heckel dengan nama Symphysodon Discus. Bentuk ikan ini seperti disket komputer di jaman dahulu.

Ada banyak varian dari ikan discus. Berdasarkan warnanya, ikan discus dibedakan atas tiga jenis yaitu green discus, brown discus dan the blue variant. Seiring dengan berjalannya waktu ketika banyak orang sadar betapa ikan ini indah, banyak orang yang berpikir membudidayakannya.Budidaya ikan discus sangat mudah. Namun pada kesempatan kali ini, kita akan lebih membahas tentang sejarah ikan discus dan asal usulnya. Mari kita simak informasi selengkapnya di bawah ini!

Sejarah Ikan Discus dan Asal Usulnya
Sejarah ikan discus dan asal usulnya dimulai di tahun 1840. Discus pertama kalinya dikenal dengan jenis discus heckle yang berbeda dengan jenis ikan discus yang lain. Jenis ikan discus ini memiliki tiga garis secara vertical yang terbagi atas baris pertama melewati kepala, baris kedua melewati bagian tengah tubuh, sementara baris ketiga melewati garis ekornya.

Kemudian 10 tahun berselang, dengan semakin banyaknya orang yang mencintai ikan hias ini maka berbagai jenis ikan discus semakin bermunculan. Tepat pada tahun 1904, terdapat jenis baru spesies ikan discus yang dikenal dengan nama ikan discus hijau.

Jenis ikan discus hijau ini merupakan jenis ikan discus yang ditemukan pada area danau Tefe dan juga di perairan Peruvian Amazonia. Akan tetapi kecintaan orang tentang discus hijau tidak bertahan lama. Kurang lebih selama 30 tahun kemudian ikan ini terlupakan. Baru dikenal kembali oleh para pecinta ikan discus setelah diperkenalkan di sekitar tahun 1930an.
Pada masa tersebut, jenis ikan hias discus hijau dibudidayakan dengan cara memindahkan telur, kemudian menetaskan telur mereka dalam tempat terpisah. Selanjutnya telur yang sudah menetes dibesarkan.

Akan tetapi cara tersebut ternyata tidak sepenuhnya work dalam budidaya ikan discus. Hal ini karena terdapat sebuah penelitian yang kemudian memberikan informasi bagaimana budidaya ikan discus ini. Pembudidayaan ikan discus sendiri baru berhasil di akhir tahun 1950an yaitu di zaman Jack Wattley yang terdapat di Amerika dan Eduard Schmidt-Focke di Jerman.

Pada tahun 1950an inilah, ikan discus semakin ramai diperbincangkan. Pada masa tersebut, banyak orang tertarik membudidayakan ikan discus karena tak banyak orang merasa gagal dalam membudidayakannya. Hal ini karena sudah terdapatnya penelitian yang membantu orang - orang dalam budidaya ikan discus.

Banyak orang yang berjuang untuk mulai menghidupkan kembali nama populer discus di awal tahun - tahun sebelumnya. Beberapa orang bahkan menyulap kolam pribadinya menjadi kolam ikan discus. Ada yang memelihara ikan discus di bathupnya. Kemudian juga masih banyak lagi cara orang - orang dalam budidaya ikan discus.

10 tahun kemudian, di tahun 1960 seorang peneliti bernama Schultz memberikan deskripsi dua sub spesies ikan discus. Dua sub spesies ikan discus tersebut yaitu symphysodon aequifasciata yang merupakan sub discus untuk jenis ikan discus cokelat dan symphysodon haraldi yang merupakan sub discus untuk jenis ikan discus biru.

Memang di tahun tersebut, kelas discus yang dipopulerkan oleh Schultz tidak berjalan mulus. Hal ini karena sistem kelas banyak mengundang kontroversi. Para ahli taksonomi hanya mengakui satu spesies saja, sementara yang dianggap sebagai sub spesies oleh Schultz hanya disebabkan karena variasi perbedaan warna yang hanya bersifat regional saja. Karena itu banyak ahli taksonomi yang menentangnya.

30 tahun selanjutnya, kemudian berbagai strain ikan discus dibuat melalui berbagai seleksi yang dilakukan di Jerman, Jepang dan Amerika. Kemudian di susul di negara - negara lain seperti di Indonesia. Di Indonesia ikan discus dibudidayakan dalam berbagai jenis seperti yang bisa kita temukan sekarang.

Discus (Symphysodon spp.) adalah satu dari tiga spesies ikan air tawar cichlid yang berasal dari lembah Sungai Amazon.Discus adalah sejenis ikan akuarium yang popular di beberapa negara Asia.

Taksonomi
Discus tergolong dalam Symphysodon, yang mana kini merangkumi tiga jenis spesies: Discus biasa (Symphysodon aequifasciatus), Discus Heckel (Symphysodon discus) dan spesies baru yang belum diberi nama iaitu Symphysodon tarzoo.Bagaimanapun, sebuah kajian lanjut yang diterbitkan pada bulan Ogos 2007, mencadangkan bahawa genus dikelaskan dalam spesies: S. aequifasciatus (discus hijau), S. haraldi (discus biasa/biru/perang) dan S. discus (Discus Heckel). Kedua-dua kajian mencadangkan tiga jenis spesies; dengan pengecualian akan nama-nama saintifik bagi setiap satunya.

Ikan discus merupakan salah satu ikan hias air tawar introduksi dari Sungai Amazon, Amerika Latin, dan mempunyai klasifkasi sebagai berikut (Lingga & Susanto, 1986 dalam Kusrini dan Priono, 2011) :
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Sub kelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Symphysodon
Spesies : Symphysodon discus

Penampilan

Discus turquoise merah


Ciri morfologi ikan discus secara umum berbentuk pipih bundar seperti cakram “disc” dengan ikan bawal. Warna dasar badannya coklat kemerahan, terdapat garis - garis berombak yang beraneka rupa tidak teratur mulai dari dahi sampai samping perut. Pada kepala dan badannya terpotong menjadi sembilan garis tegak. Tiga garis di antaranya nampak jelas, sedangkan untuk enam garis terlihat samar-samar. Badannya mempunyai garis tengah paling besar yaitu sampai 15 cm dan mempunyai mata yang selalu merah. Sesuai dengan warna badannya ada beberapa varietas discus di antaranya adalah (Anonim, 2010 dalam Kusrini dan Priono, 2011):

Sepertimana cichlid dari genus Pterophyllum, kesemua spesies Symphysodon memiliki badan yang pipih. Berlawanan dengan Pterophyllum, yang mana sirip belakang yang menonjol menjadikan bentuk badan Symphysodon seolah-olah bulat. Dari bentuk badan inilah nama "discus" diterbitkan. Sisi ikan ini biasanya memiliki corak-corak berwarna hijau, merah, perang dan biru. Tinggi dan panjang ikan matang adalah kira-kira 20–25 cm (8–10 in).

Pembiakan

Discus bersama-sama dua ekor anaknya

Ciri-ciri lain spesies Symphysodon adalah penjagaan mereka akan larvanya. Proses mengawan akan mengambil masa sehingga dua minggu dan telur-telur akan mula menetas selepas dua atau tiga hari selepas telur jantan dan betina disenyawakan. Sepertimana kebanyakan ikan cichlid, penjagaan anak dilakukan oleh kedua-dua ikan betina dan jantan. Selain itu, discus dewasa mengeluarkan secretion melalui kulitnya, yang mana larva bergantung hidup pada beberapa hari pertamanya. Kelakuan ini juga dapat diperhatikan pada spesies Uaru. Walaubagaimanapun, bagi pembiakan di dalam kurungan, larva akan bergantung hidup pada ibu dan bapanya untuk beberapa minggu

Lokasi dan habitat
Spesies Symphysodon mendiami tasik-tasik dan sungai-sungai di dataran banjir di tanah rendah lembangan Sungai Amazon, di mana ia merupakan sebahagian daripada kepelbagaian ikan Neotropical.

Tiga spesies dari Symphysodon mempunyai taburan geografi yang berbeza. S. aequifasciatus boleh dijumpai di Rio Solimões, Rio Amazonas dan Río Putumayo-Içá di Brazil, Colombia dan Peru. Berbeza dengan taburan S. discus yang boleh ditemui dengan terhad di hilir sungai-sungai Abacaxis, Rio Negro dan Trombetas. S. tarzoo boleh dijumpai di hulu Manaus di barat Amazon.

Ikan discus merupakan ikan hias air tawar yang memiliki julukan king of aquarium karena menjadi salah satu ikan hias air tawar yang banyak diminati oleh para penggemar ikan hias.

Memiliki keunggulan dari bentuk corak dan warnanya dengan ciri-ciri berbentuk bulat dan pipih, ikan discus berasal dari Brazil, pedalaman sungai Amazon dan biasa hidup di perairan yang tenang dan dangkal dengan kedalaman kurang lebih 60 cm.

Ikan discus dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya Heckel Discus, Blue Discus, Green Discus dan Brown Discus. Dari keempat jenis tersebut, para pembudidaya berhasil menemukan jenis baru dengan warna dan corak berbeda. Ikan discus termasuk ikan yang jinak karena dapat disatukan bersamaan dengan ikan hias lainnya yang tidak agresif.

Heckel Discus
Jenis ikan Discus ini berasal dari Manaus (Rio Nero) Brazil. Memiliki 3 garis vertikal yang jelas, garis pertama melewati mata, garis kelima adalah garis yang terdapat di tengah dan garis ke 9 pada pangkal ekor adalah ciri utama sekaligus keunikan dari jenis ikan Discus ini.Ikan Discus ini termasuk jenis Discus yang cukup sulit dibudidayakan karena membutuhkan parameter air yang hangat antara (30 °C – 32 °C ) pH asam (4,5 – 5,5) dan kesadahan yang rendah ( <1º DH) dan jantan dari Discus jenis ini terkadang dikawin silangkan dengan betina dari jenis Discus lain.


Jenis discus tersebut mempunyai ciri-ciri garis pertama, kelima, dan kesembilan tampak sangat jelas, badan berbentuk harmonis, warna dasar badan adalah coklat hijau sampai coklat merah dan coklat biru. Garis - garis horizontal berwarna kelabu biru sampai hijau toska (torquise).


Gambar Heckel Discus (Symphysodon discus)

Blue Discus
Blue Discus ini terdapat di daerah sekitar Manaus. Memiliki corak garis biru yang memanjang. Badan ikan discus jenis ini mempunyai badan dengan warna dasar biru atau coklat hingga biru dan atau hijau toska, garis-garis horizontal berwarna hijau toska dengan lebar beragam. Saat ini sudah puluhan variasi warna ikan hias discus seperti sunrise (merah), albino (putih), dan lain-lain.


Gambar Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi)


Green Discus
Green Discus ini terdapat di sungai Putumayo, Peru dan di danau Tefe di pulau Tefe dan Discus ini dinamakan Tefe Green Discus, memiliki ciri berwarna hijau dengan bercak merah pada bagian tubuhnya. Secara morfologi discus ini berwarna hijau coklat sampai biru disertai dengan bintik-bintik merah pada badannya. Sirip anal berwarna hijau biru dengan bintik - bintik merah dan bercak-bercak halus.


Gambar Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata)

Brown Discus
Ikan Discus jenis ini berasal dari Belem, muara sungai Amazon. Ciri dari jenis ikan Discus ini berwarna coklat muda sampai dengan coklat tua, terdapat warna putih pada bagian kepala dan sirip. Ciri-ciri morfologi yang sangat jelas pada discus jenis ini adalah warna dasar badan beragam, dari kuning sampai coklat dan merah, dijumpai sejumlah kecil marking pada kepala, nape, dan sirip anal.


Gambar Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axelrodi)


Habitat Ikan Discus (Symphysodon discus)
Habitat ikan discus adalah pada suhu sekitar 25°C- 30°C, dengan kisaran pH yang cukup luas namun cenderung asam yaitu 5-6,5 dan kekerasan air lunak antara 3°dH- 5°dH. Menurut pendapat sejumlah pembudidaya, akuarium untuk discus harus dijaga pada suhu 26°C-31°C. Suhu optimal untuk discus dewasa adalah 29°C, sedangkan larva discus harus dijaga pada suhu 31°C. Pada kenyataannya discus dapat tumbuh dengan baik di akuarium yang penuh cahaya sama seperti ikan-ikan hias air tawar tropis lainnya (Kusrini dan Priono, 2011).

Kebiasaan Makan dan Pakan Ikan Discus (Symphysodon discus)
Ikan discus di alam merupakan ikan omnivora oportunistik yang memakan invertebrata serta tumbuhan. Dalam pemeliharaan di akuarium ataupun tanki dapat diberi pakan alami yang berupa cacing, kutu air, ataupun pelet sebagai pakan tambahan. Pakan untuk induk yang berfungsi untuk mematangkan gonad adalah cacing darah, jentik nyamuk (Kusrini dan Priono, 2011).

Kebiasaan Hidup Ikan Discus (Symphysodon discus)
Telur biasanya diletakkan pada substrat Telur dan larva ikan discus tidak dapat dipisahkan dari induknya. Larva akan tetap menempel pada induk-induknya sampai sekitar satu minggu karena makanan yang dimakan adalah lendir-lendir pada badan induk tersebut. Hal tersebut berlangsung sampai 21 hari walaupun dapat diberi pakan tambahan berupa Artemia atau pakan larva lainnya (Zein, 2010 dalam Kusrini dan Priono, 2011).

Menurut Lesmana & Dermawan (2001) dalam Kusrini dan Priono (2011), dalam beberapa hal induk-induk yang masih mengasuh larva, dapat memakan anakannya sendiri bila stres. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan larva dibuat sekat pembatas antara induk dan larva. Selain makan dari lendir induk, pada saat larva sudah berenang dapat ditambahkan dengan pakan alami berupa artemia dan kutu air. Untuk menghindari induk maka arahnya dapat dilakukan dengan sistem “inang asuh” yaitu dicarikan induk khusus yang tidak suka makan anaknya.

Kondisi yang demikian rumit dalam memijahkan ikan discus tersebut sehingga benih yang dihasilkan sangat sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut, inovasi praktisi pembudidaya ikan discus telah menemukan pakan buatan untuk larva yang menyerupai lendir ikan sebagai pengganti lendir induk. Larva atau burayak setelah menetas tidak lagi diasuh oleh induknya, tetapi diberi pakan lendir buatan (Kusrini dan Priono, 2011).

Reproduksi Dan Cara Pemijahan Ikan Discus (Symphysodon discus)
Pola reproduksi ikan discus seperti halnya ikan siklid yang lain, yaitu dipasangkan (satu pasang dalam satu wadah)(Kusrini dan Priono, 2011).


Referensi:
  1. Anonim. 2010. Berbagai Varietas Discus. Media Informasi Ikan Hias dan Tanaman Air. http://o-fish.com/Discus/discus. php, 3 pp.
  2. Ellanda, R. E. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Diskus (Symphysodon Sp.) Pada Vizan Farm Bojong Sari Depok Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  3. Zein, H.M. 2010. Budidaya Discus dengan Artificial Food. Larva ikan discus 4 hlm
  4. Zen, M. (2018). Panduan Praktis Budidaya Discus. Jakarta: Penebar Swadaya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar