Senin, 13 Juni 2022

Ikan Gurame - Pemijahan Teknik Jaring Happa dan Kolam Permanen

ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurame adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi.
Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup dikenal dan banyak diminati di Indonesia. Hal ini karena ikan gurame memiliki kelebihan yaitu rasa daging yang enak, pemeliharaan mudah serta harga relatif stabil. Ikan ini sudah lama dikenal orang dan telah banyak dibudidayakan. Namun usaha-usaha yang dilakukan untuk menunjang ke arah budi daya yang intensif belum banyak dilaksanakan. Gurame merupakan ikan asli perairan Indonesia yang dipelihara sejak zaman Raja Galuh di Priangan Timur, yang sekarang menjadi Kabupaten Ciamis. Pada saat itu ikan gurame hanya dinikmati oleh kalangan kerajaan.

Pemeliharaan gurame lalu menyebar ke berbagai daerah di Ciamis seperti Cikoneng, Cijeungjing, Purbaratu, Sanadananya, Bojongnangka, lalu ke Singaparna di Tasikmalaya. Di berbagai daerah, gurame dikenal dengan berbagai sebutan, diantaranya Gurameh (Jawa), gurame (Sunda, Betawi), kalau, kala, alui (Sumatera). Dalam bahasa inggris, gurame disebut giant gouramy. Menurut bleeker yang kemudian disempurnakan oleh Sunier, Weber, dan De Beaufort, klasifikasi dan morfologi ikan gurame dapat dibaca sebagai berikut ini.


Klasifikasi ikan gurame
Filum : Cordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Bangsa : Labirintichi
Suku : Anabantidae
Marga : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy Lac.

Morfologi Ikan Gurame
  • Bentuk badan oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi.
  • Mulut kecil, dengan rahang atas dan bawah tidak rata. Di bagian rahang terdapat gigi - gigi kecil berbentuk kerucut. Deretan gigi sebelah luar lebih besar dibandingkan dengan gigi sebelah dalam. Ikan yang umur tua memiliki dagu yang memanjang.
  • Badan gurame berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada sirip dada. Ukuran sisik besar.
  • Pada jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang panjang.
  • Memiliki alat pernafasan tambahan (labirin) yang berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara.
  • Alat berupa selaput yang berkelok - kelok dan menonjol ini terdapat di tepi atas insang pertama.
  • Pada labirin terdapat pembuluh kapiler yang memungkinkan gurame untuk mengambil oksigen langsung dari udara dan menyimpannya.
  • Pada morfologi gurame (ciri - ciri gurame )muda, di depan sirip duburnya terdapat bintik hitam dengan pinggiran kuning atau keperakan.
  • Sementara itu, di dasar sirip dada terdapat bintik - bintik hitam yang menandakan bahwa gurame itu masih berusia muda.
  • Ciri - ciri ikan gurame umur tua, terdapat duri di sirip punggung dan sirip dubur yang ukurannya akan semakin besar.
Habitat Asli Ikan Gurami
Ikan gurame termasuk jenis ikan air tawar, di habitat aslinya umum mendiami air yang agak tergenang, seperti rawa, danau, dan situ. Namun, beberapa jenis ikan gurame dapat hidup di perairan air payau. Selain itu, ikan gurame hidup di habitat air tergenang yang keruh dan tidak dapat ditinggali oleh ikan tawes atau ikan mas. Ikan gurame dapat bertelur dan berkembang biak di air yang keruh seklai pun. Namun, sebenarnya ikan gurame lebih menyukai keadaan air yang jernih serta tenang.

Ikan gurame akan hidup sengsara di perairan yang digenangi tanaman air mengapung seperti eceng gondok. Hal ini karena ikan gurame harus mengambil udara langsung dari luar bebas dengan labirinnya. Alat ini tidak berguna jika gurame tidak dapat menyembul air yang mengapung, gurame akan lebih sering bergerak naik turun untuk mengambil udara daripada bergerak horisontal.

Perkembangbiakan dan Pertumbuhan Ikan Gurame
Setelah membaca klasifikasi dan morfologi ikan gurame di atas, tentunya sobat sudah memiliki gambaran akan perkembangannya. Ikan gurame berkembang biak sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Kematangan kelamin biasanya dicapai saat gurame berumur 2 - 3 tahun.

Sebelum induk betina bertelur, induk jantan akan membuat sarang untuk meletakkan telur. Sarang telur dibuat dari ijuk, serpihan bambu, atau tanaman kering yang ada di dalam kolam. Sarang berdiameter 30 - 40 cm ini diletakkan di tempat yang tersembunyi. Setelah induk betina meletakkan telur ke sarang, induk jantan akan membuahi telur tersebut. Induk jantan juga akan menjaga telur hingga menetas. Berapa hari telur gurame menetas? Biasanya telur akan menetas setelah berumur 5 hari. Usai perkawinan, menjaga keturunan menjadi tanggung jawab induk betina. Telur yang menetas menghasilkan larva yang akan terus tumbuh membesar.

Makanan Ikan Gurame
Selayaknya dengan melihat klasifikasi dan morfologi ikan gurame tersebut, tentunya akan memberikan gambaran bagi kita masalah makanan kesukaan ikan gurame. Di alam bebas, gurami mempunyai kebiasaan makan makanan yang spesifik pada setiap stadium pertumbuhannya. gurami stadium larva dan benih umumnya memakan jasad renik seperti fitoplankton, zooplankton, chlorella, kutu air, larva serangga, dan serangga air.

Sementara itu, gurami dewasa cenderung lebih menyukai tumbuhan. Gurami dewasa biasanya pemakan tumbuhan air yang lunak seperti azolla, hydrilla, kangkung air, genjer, dan apu-apu. Di kolam budidaya, gurami dewasa juga mempunyai daun singkong, daun pepaya,dan daun talas atau sente, yang di berikan oleh petani, namun. Dalam budidaya secara intensif, pemberian pakan alami, ini belum cukup. petani biasanya juga memberikan pelet/ pakan buatan pabrik agar pertumbuhannya optimal.

Pemijahan Gurami
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah. Dasar kolam tanah akan merangsang induk gurami untuk segera memijah. Syarat kolam pemijahan yaitu : airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air dan tidak boleh terlalu banyak mengandung lumpur karena airnya cepat keruh, air yang keruh dapat menutupi permukaan telur, akibatnya akan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur.

1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam pemijahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolam dalam kondisi optimal bagi ikan gurami untuk melakukan pemijahan. Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan pengeluaran. Saluran pemasukan air dibutuhkan untuk mensuplai air baru agar air kolam tetap segar dan ketersediaan oksigen terlarut tetap terjaga. Aliran air yang masuk ke kolam dapat merangsang ikan untuk memijah.
Ikan Gurami seperti ikan air tawar lainnya juga akan terangsang berpijah bila ada suasana baru dalam kolam, seperti bau ampo yang terbentuk akibat pengeringan tanah kolam kemudian kena air baru. Hal inilah yang menyebabkan pengeringan dan penjemuran pada dasar kolam pemijahan mutlak dilakukan. Selain kegiatan pengeringan, pemberian pakan daun talas juga dapat merangsang gurami untuk segera kawin.

Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam pemijahan ikan gurami adalah sebagai berikut :
  1. Kolam dikeringkan 3-7 hari, tergantung cuaca dan ketebalan lumpur di kolam. Tujuan pengeringan kolam yaitu merangsang birahi induk untuk segera kawin, membunuh hama dan penyakit serta membuang gas-gas yang membahayan ikan (misalnya: amoniak (NH3) dan H2S)
  2. Perbaikan pematang, membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk ke kolam serta membersihkan rumput liar disekitar pematang
  3. Jika dasar kolam banyak mengandung lumpur segera dikurangi atau dibuang
  4. Setelah pengeringan kolam, dilakukan pengapuran dengan dosis 100gr/m2. Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang terdapat di dasar kolam
  5. Kolam pemijahan diisi dengan air bersih, jernih dan memenuhi persyaratan untuk kehidupan dan telur nantinya sedalam 80 cm
  6. Setelah 3-4 hari dari pengisian air kolam, induk sudah dapat dimasukkan ke kolam pemijahan
Apabila sumber air kurang jernih atau keruh, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan. Air kolam yang keruh akan menyebabkan telur terselimuti oleh lumpur sehingga telur-telur membusuk dan tidak menetas. Disamping itu, air yang keruh kita akan kesulitan untuk mengetahui apakah telah terjadi aktifitas pemijahan dan apakah sarang telah berisi telur atau belum.

2. Mempersiapkan Sarang
Induk gurami membuat sarang terlebih dahulu sebelum melakukan pemijahan. Gurami meletakkan dan menyimpan telurnya didalam sarang. Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam. Agar proses pemijahan gurame dapat berlangsung lebih cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk, sabut kelapa). Keberadaan bahan sarang tersebut juga merangsang induk cepat untuk memijah.

a. Kerangka Sarang (Sosog)
Kerangka sarang dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon dan bilah bambu yang cukup ditancapkan di pinggir pematang kolam. Pemakaian dengan bilah bambu lebih praktis, hemat biaya, dan induk gurami lebih fleksibel dalam membuat sarang. Sedangkan sosog adalah anyaman bambu berbentuk kerucut dengan diameter lingkaran mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm. Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara tangkainya ditancapkan ke pematang kolam. Namun ada juga yang memasang sosog di bagian tengah kolam dengan cara memasang tangkai pada pangkal sosog . Penempatan sosog di bagian tengah kolam bertujuan untuk mengantisipasi induk yang enggan membuat sarang dipinggir kolam, karena kondisi pinggir kolam yang kurang nyaman dan banyak lalu lalang orang.

Pemasangan sosog disarankan sekitar 15-30 cm di bawah permukaan air kolam. Jarak pemasangan antara sosog yang satu dengan lainnya sekitar 2 – 4 m. Jumlah sosog yang dipasang di kolam pemijahan disesuaikan dengan jumlah induk betina. Satu ekor induk betina biasanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telurnya. Namun, semakin banyak kerangka yang dipasang maka akan semakin baik karena induk gurami akan lebih leluasa memilih tempat yang diperkirakan aman dan nyaman untuk meletakkan telurnya.

b. Bahan Sarang
Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa dan rumput-rumput kering. Namun , yang paling banyak digunakan adalah ijuk dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat. Pilihlah ijuk yang lembut untuk menghindari pecah atau rusaknya telur akibat gesekan dengan ijuk. Sebelum digunakan ijuk dan sabut kelapa dicuci hingga bersih dan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Bahan pembuat sarang ini biasanya ditempatkan dipinggir atau di tengah kolam dengan posisi menggantung supaya induk dapat dengan mudah mengambil ijuk atau sabut kelapa. Agar bisa menggantung, ijuk dan sabut kelapa dijepit secara longgar dengan bilah bambu yang dipasang dipinggiran kolam. Namun kelemahannya, banyak ijuk yang jatuh ke dasar kolam atau tertimbun lumpur.

Penempatan bahan sarang yang umum dilakukan pembudidaya yaitu diatas para-para yang terbuat dari bambu. Para-para bambu ini diberi kaki pada keempat sudutnya sehingga mampu menahan ijuk/sabut kelapa yang ditempatkan di atasnya. Bahan tersebut diletakkan diatas para-para yang terendam air atau rata dengan air supaya mudah diambil induk jantan. Oleh induk jantan, ijuk/sabut kelapa diambil dan dipindahkan ke sosog atau bilah bambu yang di tancapkan pinggir pematang kolam.

3. Penebaran Induk Ke kolam Pemijahan
Induk gurami yang telah matang gonad dan siap mijah dapat segera dipindahkan ke kolam pemijahan. Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
b. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
c. Ukuran kepala relatif kecil
d. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
e. Gerakan normal dan lincah.
f. Bentuk bibir indah seperti pisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
g. Berumur antara 2-5 tahun.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Betina
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b. Jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

Penangkapan dan pelepasan induk yang telah matang gonad dilakukan secara hati-hati agar induk tidak terluka atau stress. Penangkapan induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca tidak terlampau panas. Hal ini untuk menghindari stress pada ikan akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara di kolam induk dengan suhu di kolam pemijahan. Pemindahan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah kolam pemijahan sudah siap dan telah diisi air.

Penangkapan induk gurami yaitu dengan cara melokalisir induk dengan menggiringnya disalah satu sisi kolam dengan menggunakan jarring yang dibentangkan. Setelah ruang geraknya dipersempit, induk dapat ditangkap dengan menggunakan tangan dan dilakukan dengan hati-hati. Penangkapan induk harus dilakukan satu demi satu. Penangkapan induk tidak disarankan menggunakan seser, karena akan mengakibatkan sisik ikan banyak yang terkelupas.

Cara memegang induk gurami ada caranya yaitu induk dipegang dengan tangan dengan posisi badan terbalik. Induk dipegang pelan dan hati-hati, mata gurami diusahakan tertutup oleh telapak tangan agar tidak berontak. Bagi yang belum mahir dapat menggunakan kain halus basah yang diselimutkan pada tubuh ikan secara hati-hati. Selanjutnya induk diangkat secara pelan-pelan dengan posisi terlentang juga. Induk yang tertangkap dimasukkan ke dalam drum atau ember besar berisi air yang telah dipersiapkan.

Pemasukkan induk ke kolam pemijahan harus dilakukan secara hati-hati. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke kolam pemijahan dan biarkan gurami keluar dan berenang dengan sendirinya. Pemindahan induk dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah, kemudian diangkut dan dilepaskan bersama pembungkusnya. Dengan cara ini kemungkinan induk jatuh karena meronta dapat dikurangi atau dihindari. Jika induk sampai terjatuh maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau memijah.

Pemijahan Teknik Jaring Happa


Secara garis besar, langkah-langkah pembibitan dengan teknik jaring adalah sebagai berikut
  1. Kolam bidudaya diusahakan berukuran standar (3 x 10 meter dengan kedalaman air sekitar 1,25 meter. Kolam teresebut pertama-tama dikuras sampai bersih, diusahakan tidak ada lumpurnya sama sekali.Kolam yang sudah dikuras tersebut tidak boleh dialiri air langsung dari selokan, melainkan ditunggu beberapa hari agar kolam terisi penuh oleh air rembesan dari kolam sekitarnya. Tujuannya adalah agar tidak ada bibit penyakit ataupun bibit ikan lain seperti sepat dan wader.
  2. Setelah kolam terisi penuh air, kita masukkaan delapan sampai sepuluh ekor induk dengan perbandingan 3 induk jantan dan 5 induk betina. Ukuran induknya diusahakan antara 1,25 kologram sampai dengan 2 kilogram. Induk-induk tersebut sebaiknya hanya diberi makan daun senthe dan pellet dengan kadar protein tinggi (pellet untuk bibit ikan kecil).Dua hari kemudian, setelah induk mampu beradaptasi dengan kolam, kolam tersebut dipasangi tiga sampai empat sosok yang terbuat dari bamboo dan ijuk dari pohon aren. Ijuk tersebut harus sudah dibersihkan dan tinggal ijuk yang berserat halus. Ijuk tersebut ditumpuk pada suatu papan yang berada kurang lebih dua centimeter di atas permukaan air.
  3. Tiga hari kemudian kolam tersebut mulai diamati. Biasanya induk-induk tersebut mulai membuat sarang dalam sosok-sosok yang telah disiapkan. Namun kadang-kadang induk juga membuat sarang pada cekungan di dinding kolam. Jika sudah ada yang mulai membuat sarang, tunggulah beberapa hari sehingga sarangnya benar-benar selesai dibuat (biasanya berlangsung sekitar 3-7 hari). Jangan sekali-kali mengamati pada pagi hari sekitar pukul 09.00 – 10.00 atau sore hari antara pukul 15.30 – 17.00 karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu ikan gurami mijah.
  4. Amatilah dari permukaan kalau-kalau sarangnya sudah tersisi telur. Jika berdasarkan pengamatan dari permukaan ciri-ciri tersebut sudah tampak, masuklah ke dalam kolam sambil membawa ember plastik hitam berukuran sedang. Untuk memastikan bahwa sarang sudah diisi telur rabalah bagian depan sarang. Jika sarang sudah tertutup (ijuk bagian depan datar) dapat dipastikan bahwa sarang tersebut sudah terisi telur. Siap-siaplah mengangkat telurnya.Telur diangkat dari kolam induk, dipisahkan dari induk dan ditempatkan pada bak besar berwarna hitam. Bak berwarna hitam tersebut berfungsi sebagai kolam penetasan. Setiap hari bak harus diteliti dan jika ada telur yang mati, telur tersebut harus diambil dan dibuang. Biasanya dalam waktu dua hari telur sudah mulai bergerak-gerak dan sampai dengan delapan hari, kuning telur sudah habis, dan jadilah tetasan ikan gurami yang masih sangat kecil.
  5. Selama menunggu telur menetas kita menyiapkan kolam tebaran yang sudah dipasangi jarring happa berukuran 1,5 x 2 meter. Satu kolam besar bisa dipasangi beberapa jarring happa. Sebaiknya air kolam tersebut juga merupakan air yang bersih hasil rembesan.
  6. Setelah kuning telur habis dan tetasan bergerak lincah, tetasan tersebut kita masukkan ke jarring happa yang ada di kolam. Di jarring happa ini tetasan diberi makan cacing rambut sekitar satu bulan.
  7. Setelah satu bulan atau ukuran bibit sudah cukup besar (lebarnya sekitar setengah centimeter), jarring happa dilepas sehingga ikan bisa bergerak lebih leluasa.8. Di kolam tersebut bibit dibesar sekitar 3 bulan. 
Hasilnya adalah bibit ikan gurami dengan ukuran yang hampir sama seharga sekitar Rp 1000 (seribu rupiah).Berdasarkan pengalaman, jumlah ikan yang dihasilkan dari setiap sarang sekitar 1000 sampai 2000 ekor. Di samping itu satu kolam yang sudah terisi ikan (bukan kolam indukan) dapat dipasangi jarring happa lagi sehingga dapat digunakan untuk menebar tetasan lagi. Dengan demikian produktivitasnya jauh lebih banyak.

Pemijahan Teknik Kolam Permanen


Secara garis besar, langkah-langkah pembibitan dengan teknik alamiah yang dilakukan oleh anggota kelompok adalah sebagai berikut
  1. Kolam bidudaya diusahakan berukuran standar (3 x 10 meter dengan kedalaman air sekitar 1,25 meter. Kolam teresebut pertama-tama dikuras sampai bersih, diusahakan tidak ada lumpurnya sama sekali. Kolam yang sudah dikuras tersebut tidak boleh dialiri air langsung dari selokan, melainkan ditunggu beberapa hari agar kolam terisi penuh oleh air rembesan dari kolam sekitarnya. Tujuannya adalah agar tidak ada bibit penyakit ataupun bibit ikan lain seperti sepat dan wader.
  2. Setelah kolam terisi penuh air, kita masukkaan delapan sampai sepuluh ekor induk dengan perbandingan 3 induk jantan dan 5 induk betina. Ukuran induknya diusahakan antara 1,25 kologram sampai dengan 2 kilogram. Induk-induk tersebut sebaiknya hanya diberi makan daun senthe dan pellet dengan kadar protein tinggi (pellet untuk bibit ikan kecil).
  3. Dua hari kemudian, setelah induk mampu beradaptasi dengan kolam, kolam tersebut dipasangi tiga sampai empat sosok yang terbuat dari bamboo dan ijuk dari pohon aren. Ijuk tersebut harus sudah dibersihkan dan tinggal ijuk yang berserat halus. Ijuk tersebut ditumpuk pada suatu papan yang berada kurang lebih dua centimeter di atas permukaan air.
  4. Tiga hari kemudian kolam tersebut mulai diamati. Biasanya induk-induk tersebut mulai membuat sarang dalam sosok-sosok yang telah disiapkan. Namun kadang-kadang induk juga membuat sarang pada cekungan di dinding kolam. Jika sudah ada yang mulai membuat sarang, tunggulah beberapa hari sehingga sarangnya benar-benar selesai dibuat (biasanya berlangsung sekitar 3-7 hari). Jangan sekali-kali mengamati pada pagi hari sekitar pukul 09.00 – 10.00 atau sore hari antara pukul 15.30 – 17.00 karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu ikan gurami mijah.
  5. Amatilah dari permukaan kalau-kalau sarangnya sudah tersisi telur. Ciri-ciri sarang yang sudah terisi telur adalah (a) di sekitar sarang tersebut selalu terdapat seekor induk yang menjaga, (b) tepat di atas sarang yang terbuat dari ijuk tersebut airnya seperti berminyak. Jika berdasarkan pengamatan dari permukaan cirri-ciri tersebut sudah tampak, masuklah ke dalam kolam sambil membawa ember plastik hitam berukuran sedang. Untuk memastikan bahwa sarang sudah diisi telur rabalah bagian depan sarang. Jika sarang sudah tertutup (ijuk bagian depan datar) dapat dipastikan bahwa sarang tersebut sudah terisi telur. Siap-siaplah mengangkat telurnya.
  6. Telur diangkat dari kolam induk, dipisahkan dari induk dan ditempatkan pada bak besar berwarna hitam. Bak berwarna hitam tersebut berfungsi sebagai kolam penetasan. Setiap hari bak harus diteliti dan jika ada telur yang mati, telur tersebut harus diambil dan dibuang. Biasanya dalam waktu dua hari telur sudah mulai bergerak-gerak dan sampai dengan delapan hari, kuning telur sudah habis, dan jadilah tetasan ikan gurami yang masih sangat kecil.Sementara menunggu telur menetas kita siapkan air di kolam permanen yang berada di atas permukaan tanah. Kolam permanen tersebut berukuran kurang lebih 2×4 meter. Pengisian air sebaiknya sekitar dua hari sebelum ditebari bibit ikan. Kolam permanen ini biasanya terbuat dari batu bata dengan cor dan plesteran. Kedalaman air pertama-tama adalah sekitar 15 centimeter.
  7. Tetasan ikan gurami yang masih sangat kecil ditebar di kolam permanen tersebut. Dalam setiap petak kolam permanen kita dapat menebarkan sekitar 3-4 susuh atau sekitar 4000 ekor tetasan. Dua hari kemudian bibit mulai diberi makan cacing rambut. Sekitar delapan hari setelah diberi tetasan ikan, air kolam ditambah sampai sekitar 40 centimeter kedalamannya. 8. Di bak permanen tersebut tetasan gurami dibesarkan sekitar 40 hari. 9. Setelah 40 hari, bibit ikan tersebut dipindahkan ke kolam pembesaran bibit atau kolam tebaran untuk dibesarkan sekitar 2 bulan.
Berdasarkan pengalaman, jumlah ikan yang dapat diproduksi dengan system ini adalah sekitar 4000 ekor untuk sekali tebar dalam setiap petak kolam permanen. Tingkat efektivitasnya juga cukup tinggi. Dengan system ini pula kita dapat memelihara induk yang lebih banyak dan dapat menampung tetasan lebih banyak pula.

Referensi
  1. Ciptanto, S. 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Lily Publisher. Yogyakarta.
  2. Dinas Perikanan, 1997. Budidaya Ikan Gurame. Dinas Perikanan DKI Jakarta. Jakarta.
  3. Durachman, 2001. Teknik Budidaya Ikan Gurame. Dinas Perikanan dan Dinas Pertanian Kuningan.
  4. Nugroho, E., S. Jojo dan M. Sulhi. 2010. Optimasi Budidaya Ikan Gurami. Laporan Riset, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Bogor.
  5. Nurfa, Endah. 2017. Menjaring Ikan dari Kolam Gurame. Jogjakarta: Zahara Pustaka
  6. Rukmana, R. 2005. Ikan Gurami Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius. Yogyakarta.
  7. Susanto , Danuri. 2015. Sukses Budidaya Gurame. Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
  8. Tarwiyah, 2001.Budidaya Ikan Gurame. www.ristek.go.id/ 13 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar