Minggu, 12 Juni 2022

Ikan Gurame - Teknologi Kolam Oksigenisasi


Ikan gurame termasuk ikan labirin, yakni dapat hidup dalam air yang kekurangan oksigen, karena ikan gurame dapat menghisap oksigen dari udara babas. Dengan kondisi tersebut, petani dapat melakukan usaha pembenihan pendederan ikan gurame, meskipun tidak mempunyai air yang mengalir.
Ikan gurame termasuk ikan yang tidak banyak gerak, sehingga dengan area yang relatif sempitpun dapat ditanami ikan dalam jumlah banyak. Hal ini dapat menghemat lahan dan memberikan peluang kepada petani yang mempunyai lahan sempit untuk mempunyai kolam pendederan gurame sebagai sumber pendapatan keluarga. Selain itu, ikan gurame bernilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya benih maupun konsumsi.

Secara morfologi bentuk tubuh ikan gurami agak panjang, tinggi dan pipih kesamping. Panjang maksimum mencapai 65 cm. Ukuran mulut kecil, miring dan dapat disembulkan. Ikan gurami memiliki garis sentarl (garis gurat sisi atau linear literalis) tunggal, lengkap dan tidak putus, serta memiliki sisik berbentuk stenoid (tidak membulat secara penuh) yang berukuran besar. Secara umum, tubuh gurami berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada dasar sirip dada. Ikan gurami muda memiliki dahi berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran dahinya semakin tebal dan tampak menonjol (khairuman, 2008)

Tim Agromedia Pustaka (2007) menyatakan bahwa pada ikan gurami jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang panjang dan memiliki labirin yang berfungsi untuk menghirup oksigen langsung dari udara. Ikan gurami berkembangbiak sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim kemarau. Kematangan kelamin biasanya dicapai saat ikan gurami berumur 2-3 tahun.

Habitat Ikan gurami
Menurut Rahmat (2005) ikan gurami dapat hidup di perairan payau dengan kadar garam rendah, dan juga menyukai perairan yang jernih. Ikan gurami hanya dapat hidup di kolam yang tidak padat ditumbuhi tumbuhan air dan bersifat pemalas. Ikan gurami sangat menyukai perairan yang tenang, sementara pada perairan berarus deras ikan gurami tidak ditemui. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya ikan gurami dipelihara di kolam-kolam tergenang (Sitanggang dan Sarwono, 2011).

Makanan Ikan Gurami
Di alam bebas, ikan gurami mempunyai kebiasaan makan makanan yang spesifik pada stadium pertumbuhannya. Gurami stadium larva dan benih umumnya memakan jasad renik seperti fitoplankton, zooplankton, chlorella, kutu air, larva serangga, dan serangga air. Sementara itu, gurami dewasa cenderung lebih menyukai tumbuhan. Gurami dewasa biasanya memakan tumbuhan air yang lunak seperti azolla, hydrilla, kangkung air, genjer, dan apu-apu ( Tim Redaksi Agromedia, 2007).

Parameter Kualitas Air Ikan Gurami
Suhu ideal bagi pertumbuhan gurami adalah 24-28 °C. Perbedaan suhu siang dan malam yang terlalu besar dapat menyebabkan kandungan oksigen di dalam kolam menurun dibawah ideal sehingga mengganggu pertumbuhan gurami. Suhu yang terlalu rendah memiliki risiko tinggi mendorong perkembangan penyakit ikan, hal ini tampak saat musim hujan tiba. Saat itu banyak petani yang mengeluh karena sering terjadi gagal panen. Untuk menghindari perbedaan suhu yang terlalu besar biasanya di pinggiran kolam ditanami pohon-pohon peneduh. Debit air untuk setiap tipe kolam berbeda-beda. Kolam pemeliharaan polikultur membutuhkan debit 5-12 L tiap detik, sedangkan kolam monokultur hanya dibutuhkan Idealnya kedalaman air untuk pertumbuhan gurami antara 70-100 cm.

Apabila kedalaman air terlalu dangkal akan menyebabkan perubahan suhu yang tidak stabil. Sebaliknya, kolam yang terlalu dalam akan mengurangi kesuburan kolam karena cahaya matahari sulit menembus sampai ke dasar kolam. Kolam pemeliharaan gurami idealnya memiliki pH netral, yakni antara 6,5-7,5. Cara menetralkan pH yang terlalu asam adalah dengan pemberian kapur atau soda kue kedalam air. Sedangkan, untuk menetralkan pH yang terlalu basa dapat dilakukan dengan penambahan asam fospor. Penambahan bahan-bahan tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan sedikit demi sedikit, yaitu tidak lebih dari 0,3 unit tiap hari disertai pengecekan pH secara rutin.

Menurut Fikrih (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

Kandungan oksigen menentukan daya tahan tubuh ikan. Ikan gurami minimal memerlukan kandungan oksigen sebesar 5 ppm. Derajat kekeruhan mempengaruhu pernafasan ikan. Cara menentukan derajat kekeruhan secara sederhana dapat dilakukan dengan memasukan benda berwarna putih kedalam kolam hingga kedalaman 40 cm. Apabila benda tersebut masih terlihat, maka kekeruhan air belum mengganggu kehidupan ikan (Tim Redaksi Agromedia Pustaka, 2001).

Dalam pembudidayaannya, ikan gurame banyak dibudidayakan pada kolam terpal, budidaya ikan gurame pada kolam tembok hingga budidaya ikan gurame pada kolam tanah dan lain – lain. Berbeda dengan jenis ikan lainnya yang tergolong cepat, budidaya ikan gurame membutuhkan waktu lama sebelum bisa dipanen. Dengan lamanya waktu panen serta keunggulannya tersebut membuat harga ikan gurame sendiri memang lebih mahal. Namun dengan semakin berkembangnya teknik budidaya kini ada cara membuat ikan gurame yang dibudidayakan dapat cepat besar dan cepat dipanen. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah air yang digunakan dalam budidaya. Bila air yang digunakan dalam budidaya gurame sesuai maka ikan akan cepat besar dan dipanen, lalu bagaimanakah air yang baik untuk budidaya ikan gurame. 

Suhu air
Ikan gurame dapat tumbuh dengan baik bila air yang digunakan memiliki suhu antara 24 – 28 Celcius. Ikan gurame akan terganggu pertumbuhannya bila perbedaan suhu antara siang dan malam harinya terlalu besar. Kenaikkan suhu yang secara signifikan akan menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air kolam hingga dibawah angka ideal yaitu 4 – 6 mg/liter.

Selain itu suhu air yang terlalu dingin juga akan membuat ikan mudah terserang berbagai macam penyakit, oleh karena itu waspadailah suhu kolam saat musim hujan. Untuk mengantisipasi hal tersebut para pembudidaya sering menambahkan tanaman peneduh di pinggiran kolam untuk mengantisipasi air hujan sehingga suhu air kolam tidak turun terlalu jauh.

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis). (Kordi dan Andi,2009).

Debit Air
Ternyata debit atau aliran air juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan gurame, oleh karena itu perhatikan pula aliran atau debit air kolam. Untuk kolam jenis polikultur yang digunakan untuk membudidayakan gurame dan jenis ikan lain membutuhkan debit air 5 – 12 liter/detik. Sedangkan untuk kolam monokultur yang khusus hanya untuk memelihara ikan gurame membutuhkan debit air idealnya sekitar 3 liter/detik.

Kedalaman Air
Kedalaman air kolam untuk ikan gurame yang ideal adalah sekitar 70 – 100 cm untuk membuat ikan dapat tumbuh dengan baik. Kolam dengan kedalaman air yang terlalu dangkal akan membuat perubahan suhu air kolam yang tidak stabil. Selain itu kedalaman kolam yang terlalu dalam juga dapat menyebabkan cahaya matahari tidak dapat menembus hingga ke dalam kolam yang akan menurunkan kesuburan kolam itu sendiri.

Derajat Keasaman Air (pH)
Pada dasarnya ikan gurame membutuhkan air dengan pH netral untuk pertumbuhannya yaitu sekitar 6,5 – 7,5 pH. Anda dapat memastikan pH air menggunakan kertas lakmus atau jika ingin lebih praktis Anda dapat menggunakan pH meter. Apabila nilai pH kurang dari angka tersebut berarti air kolam bersifat asam dan Anda perlu mencampurkan kapur (CaCO3) atau soda kue ke dalam air untuk menetralkannya.

Sedangkan bila air bersifat basa maka dilakukan penambahan asam fosfor untuk mentralkannya. Penambahan bahan – bahan tersebut haruslah sedikit demi sedikit agar didapatkan nilai pH yang tepat yang tidak terlalu asam maupun basa.Kandungan oksigen

Sama seperti ikan lainnya, ikan gurame juga membutuhkan kandungan oksigen terlarut yang cukup untuk pertumbuhannya. Kebutuhan oksigen yang ideal untuk pertumbuhan ikan gurame adalah sekitar 5 ppm. Apabila kadar oksigen terlarut kurang dari angka tersebut maka Anda dapat menjaga aliran air agar tetap lancar dan membiarkan permukaan kolam tetap terbuka.

Kecerahan
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.

Nitrat dan Nitrit
Konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya diberi pakan. Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter. (Andayani, 2005)

Derajat Keasaman (pH)
Menurut Andayani (2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7-9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.

Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam suatu perairan (Hutabarat dan Evans, 2006).

Teknologi Oksigenisasi Kolam Ikan Gurame

Ikan gurame dapat dibudidayakan dengan padat tebar benih yang lebih tinggi dan pertumbuhan lebih cepat dengan teknologi oksigen.

Dengan sedikit kreatifitas kolam seluas 500 m2 biasanya ditebar 500 kg gurami seukuran bungkus rokok. Namun hal yang tidak biasa dilakukan oleh Sujadi yang menebar benih ikan gurame lebih padat dari biasanya, ia melepaskan 900 kilogram gurami dengan ukuran yang sama. Meski populasi meningkat 80%, Sujadi memanen sebulan lebih cepat, ia mengangkat 2,7 ton, jauh lebih tinggi ketimbang biasanya yang cuma 1,5 ton.


Pada awalnya, Sujadi mengamati gerakan puluhan Osphronemus gouramy seukuran telapak tangan di atas permukaan air. Kilat yang muncul tiba-tiba, menyebabkan anggota famili Anabantidae itu terkejut. Spontan kerumunan gurami itu bersembunyi di bawah permukaan air. Oleh sebagian peternak, peristiwa itu mungkin dianggap biasa. Namun, tidak bagi Sujadi. Pria kelahiran 15 September 1954 menganalisis peristiwa itu. ‘Mengapa gurami kaget ketika ada kilat? Karena gurami ada di permukaan air. Mengapa gurami ada di permukaan air? Oksigen terlarut mungkin rendah,’ paparnya berargumentasi.

Benarkah dugaan mantan guru Agama di SD Karangkemiri V, Cilacap, itu? Ketika diukur pada pukul 22.00 – 05.30, kadar oksigen di kolam Sujadi memang amat rendah, kurang dari 1,6 ppm. Pantas pada jam-jam itu gurami banyak yang nongol di permukaan air untuk menghirup oksigen. Kadar oksigen terlarut ideal bagi gurami 3,5 – 5 ppm. Tipisnya kadar oksigen pada malam hingga pagi menyebabkan gurami rentan stres akibat munculnya kilat. Untuk mengatasinya, pasokan oksigen mesti ditingkatkan.

Teknologi Oksigenisasi Meningkatkan Populasi Gurame

Tiga tahun lalu Sujadi menerapkan solusi itu dengan membeli sebuah mesin pengisap udara. Sebuah mesin dimanfaatkan untuk memasok oksigen 3 kolam, 2 kolam seluas 500 m2 dan sebuah kolam 465 m2. Dari 45 kolam miliknya, hanya 3 kolam yang dijadikan eksperimen. Menurut Sujadi mesin itu sebetulnya mampu memasok 5 kolam. Dengan mengadopsi teknologi oksigenisasi, populasi kolam meningkat 80%.

Contoh, kolam 500 m2 ditebar 900 kg benih ukuran bungkus rokok. Atau sekilo terdiri atas 3 – 5 ekor. Lazimnya hanya 500 kg benih yang dilepas ke kolam seluas itu. Kepadatan tebar mencapai 50 – 60 ekor per m2, sebelumnya 25 – 30 ekor per m2. Benih yang ditebar berupa tampelan alias seukuran bungkus rokok, 1 kg terdiri atas 3 – 5 ekor. Peningkatan populasi itu diimbangi dengan adanya tambahan pasokan oksigen.

Mesin pemasok oksigen dihubungkan ke pipa PVC berdiameter 4 inci yang membujur di tepi kolam. Kemudian pipa disambungkan ke pipa lain yang lebih kecil, 0,5 inci. Di setiap kolam sepanjang 30 m ditanam 2 lajur pipa 0,5 inci (lihat infografis). Ukurannya sepanjang kolam. Agar tidak melengkung, setiap interval 1,5 meter pipa disangga sambungan T. Dari dasar kolam yang tak disemen, tinggi pipa 30 cm. Kedalaman kolam 1,7 meter.

Setiap interval 1 m, permukaan atas pipa dilubangi dengan diamater amat kecil. Tujuannya untuk menciptakan gelembung udara ketika mesin diaktifk an pada pukul 22.00 – 05.30 setiap hari selama pembesaran. Dari lubang di pipa 0,5 inci keluar gelembung-gelembung udara. Hasil pengukuran menunjukkan, kadar oksigen terlarut meningkat signifi kan, menjadi rata-rata 3,9 ppm.

Itu lebih dari sekadar cukup bagi kalua – sebutan gurami di Kalimantan – yang membutuhkan oksigen terlarut minimal 3 ppm. Penambahan udara itulah yang memungkinkan peningkatan populasi. Malahan waktu pembesaran 1 – 1,5 bulan lebih cepat daripada tanpa teknologi oksigenisasi.


Referensi
  1. Afruanto, Eddy, Evi Liviawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta:Kanisius
  2. Bahtiar,.Yusuf. 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Ikan Gurame. Jakarta: PT Agro Media Pustaka
  3. Jangkaru, Z. 2007. Memacu Pertumbuhan Gurami dengan benih unggul, pakan, dan sistem oksigenisasi (revisi ed.). Jakarta: Penebar Swadaya.
  4. Khairuman, H. dan K. Amri. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurami Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
  5. Ma’arif, Syamsul. 2017. Cara Sukses Budidaya Ikan Gurame. Yogyakarta: Bio Genesis
  6. Puspowardoyo, Harsono Abbas Siregar Djarijah. 1992. Membudidayakan Gurame Secara Intensif. Yogyakarta: Kanisius
  7. Susanto , Danuri. 2015. Sukses Budidaya Gurame. Yogyakarta:Pustaka Baru Press.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar