Jumat, 30 Desember 2022

Channa striata - Pemijahan Alami dan Buatan


Diantara komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi, ikan gabus merupakan jenis ikan asli Kalimantan dan Sumatera (Gustiano, 2007). Komoditas ini termasuk dalam 22 jenis ikan air tawar asli Indonesia dalam sumber daya genetik untuk menunjang diversifikasi usaha budidaya (Gustiano, et al., 2014).
Saat ini populasi lkan gabus sudah mengalami penurunan dengan penangkapan yang berlebihan di alam, digunakan untuk memenuhi permintaan industri baik pangan maupun obat karena kandungan albuminnya sangat tinggi. Secara biologis ikan ini dapat hidup diluar habitatnya pada berbagai kondisi perairan, sehingga mempunyai prospek untuk dibudidayakan secara terkontrol. lkan gabus memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga per kilogram ikan gabus segar

Kegiatan pembenihan ikan gabus relatif masih langka, belum banyak dilakukan di masyarakat, hal ini disebabkan minimnya informasi mengenai teknologi pembenihan ikan gabus. Penelitian mengenai pemijahan ikan gabus di luar habitat alaminya sudah berhasil dilakukan (Bijaksana, 2006). Pembudidaya yang sudah mulai berkembang dan membudidayakan ikan gabus adalah di Kalimantan (Kabupaten Kapuas) dan di Sumatra (Kabupaten Banyuasin). Selama ini pembudidaya memperoleh benih hanya mengandalkan tangkapan dari alam. Secara alami ikan gabus memijah dimusim hujan, ketersediaan benih ikan gabus dimusim ini relatif banyak. Pemijahan alami ikan gabus di perairan rawa Bakau di Indonesia terjadi antara bulan Agustus sampai pebruari dengan masa puncak terjadi di bulan Desember (Bijaksana, 2008). Sedangkan musim pemijahan ikan gabus di Thailand terjadi antara bulan Mei - Oktober dengan puncak pada bulan Juli sampai September, (Wee,1982). Dalam rangka menunjang produksi ikan gabus, ketersediaan benih amat diperlukan, baik dalam kualitas maupun kuantitas, serta kesinambungannya. Pembenihan menjadi sangat penting mengingat benih yang berkualitas akan menghasilkan kualitas ikan yang baik untuk dijadikan induk maupun ikan konsumsi (Kusmini et al., 2016).

Pembenihan ikan gabus diawali dengan memilih lokasi yang sesuai dengan habitat alami ikan gabus, sehingga ikan gabus dapat matang secara optimal. Proses produksi benih ikan gabus dapat dilakukan berdasarkan skema pada Gambar 1 berikut.


Peralatan dan prasarana serta bahan lain yang diperlukan dalam perbenihan ikan gabus antara lain :

Alat
  • Kolam terpal/ tanah/semen diperlukan untuk pematangan gonad, ukuran >50 m2. Kedalaman ± 1m.
  • Kolam tanah untuk perawatan larva/ benih ukuran 25 - 100 m2  Kedalaman ± 1m.
  • Alat bantu lainnya, seperti (serok, ember, bak plastik dan timbangan).
  • Alat ukur kualitas air (DO meter, pH meter, dll)
Bahan
lnduk-induk ikan gabus. Pakan induk dan benih. Tanaman air /eceng gondok.

Prosedur Kerja
1. Pemilihan lnduk
Pemilihan induk ikan gabus yang berkualitas sangat penting dalam keberhasilan budidaya ikan gabus. lnduk yang baik memiliki ciri• ciri: Sehat dan lincah, tidak ada Iuka, serta memiliki warna cerah merata

Tabel . Ciri induk ikan gabus Jantan dan Betina yang sehat


Gambar . Perbedaan bentuk kepala dan jenis kelamin ikan gabus jantan (kiri) dan betina (kanan) (Sumber: Anonim, 2014).

2. Pematangan Gonad lnduk Gabus
Pada pematangan gonad induk ikan gabus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
  • Dipelihara secara terpisah antara induk jantan dan betina dalam kolam tanah/terpal/semen, luas minimal 50 m2. Kepadatan 2 - 4 ekor/10m2
  • Pakan diberikan berupa pelet atau ikan rucah dan cacing tanah 1-3 % gr/hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari (pagi dan sore hari).
  • Kandungan protein pakan 30 -35%.
  • Lama pemeliharaan 2 - 3 bulan
Umumnya indukan ikan gabus yang telah matang gonad berukuran 150 - 185 mm, ciri- ciri visual pad a ikan gab us yang sudah ma tang gonad adalah induk jantan yang matang ditandai dengan adanya titik pada lubang kelamin yang agak kemerahan dan apabila ditekan keluar cairan bening. lnduk jantan sebaiknya sudah mencapai ukuran 1 kg. lnduk betina yang matang gonad ditandai dengan bagian perut membesar {buncit), lembek dan lubang kelamin kemerah-merahan, bila diurut keluar telur.


Gambar. lndukan Gabus yang telah matang gonad jantan (kiri) dan betina (kanan). (Kusmini et al., 2016).

3. Pengolahan kolam tanah untuk pematangan gonad dan pemijahan
  • Kolam dikeringkan dan dijemur, setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.
  • Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250 - 750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah.
  • Pemupukan, mengacu pada panduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250 - 500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing.
  • Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. lsi dengan air sampai batas 30 - 40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
  • Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan. Setelah satu minggu, induk atau benih ikan siap ditebar.
  • Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala kebutuhan untuk pemijahan atau untuk pertumbuhan ikan sampai pada ketinggian ideal (80 - 100 cm)
  • Kolam untuk pematangan gonad dan pemijahan di beri tanaman air atau eceng gondok.
Pemijahan lkan Gabus Secara Alami
  • Pemijahan secara alami biasanya terjadi pada musim hujan, dapat dilakukan dalam kolam tanah, bak beton atau fibreglass.
  • Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 m2 tergantung ketersediaan lahan.
  • Pergantian air yang kontinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan. Ketinggian air selama pemijahan pada awal 30 cm dinaikkan menjadi 50 cm kemudian diturunkan sekitar 40 cm; sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak ; biarkan memijah.
  • Dengan 4 kolam berukuran 4 m x 10 m x 0,8 m sebagai sumber benih gabus. Total bisa dipelihara 50 induk dengan perbandingan jantan dan betina 1:4. lnduk-induk gabus dibiarkan memijah secara alamiah dan bertelur.
  • Pemberian pelet dilakukan pada pagi dan sore hari sekenyangnya.
  • Perilaku pemijahan ditandai induk jantan bergerak mendekati dan mengelilingi induk betina sebagai tanda mulai terjadi ovulasi.
  • Saat terjadi pemijahan induk jantan melengkungkan tubuh pada tubuh induk betina. Kemudian induk betina mengeluarkan telur diikuti induk jantan mengeluarkan sperm a untuk membuahi telur.
  • Telur-telur yang mengandung lemak akan mengapung atau menempel pada eceng gondok, setelah pemijahan selesai maka kedua induk ikan gabus akan menjaga telur dengan cara bergerak berputar dibawah permukaan air.
  • lkan gabus bersifat partial spawning yaitu memijah sebagian atau seluruh telur tidak dikeluarkan semua sehingga induk ikan akan memijah hingga 2 - 3 kali dengan interval waktu yang tidak menentu.
  • Satu ekor induk betina ukuran 40 - 50 cm bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000- 11.000 butir.
  • Pemanenan telur dapat dilakukan dengan sekupnet halus; dan telur siap untuk ditetaskan dalam wadah terkontrol. Telur yang telah dibuahi berwarna bening, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih. Diameter telur sekitar 0,9 - 2,3 mm.
Pemijahan lkan Gabus Secara Buatan
Manipulasi induk matang gonad di luar musim dapat dilakukan dengan perlakuan hormonal, dengan jalan implantasi (pemijahan secara buatan), yaitu pemijahan secara semi alami dan secara stripping. Sebelum melakukan pemijahan buatan manajemen induk yang harus diperhatikan adalah:

  • 1. Pemberian pakan indukan berkualitas: kadar protein minimal 27%, dosis pakan 2 - 3% dari biomasa.
  • 2. Pemeriksaan tingkat kematangan gonad, induk siap di triger pemijahan diameter telur 2 2,7 mm.
  • 3. Persiapan bahan dan alat pemijahan buatan: Horman GnRH, NaCl, aquabidest, HCG, obat bius Bulu ayam, mangkuk, lap/kain, tissue, spuit, akuarium penetasan, hapa penampungan induk.
A. Pemijahan Buatan Semi Alami
  • Pada pemijahan buatan secara semi alami, lnduk jantan dan betina dibius terlebih dahulu menggunakan anestesi.
  • Disuntik dengan "human chorionic gonadotropin" (hCG) dengan dosis 500 - 2000 iu/ kg berat badan.
  • Dimasukkan ke dalam hapa berukuran 2m x 2m x 1m, untuk 4 ekor induk jantan dan 2 ekor induk betina.
  • Sebagai pelindung kolam ditanami tumbuhan air seperti eceng gondok dan ganggang ekor kucing ditebar dipermukaan hapa.
  • lnduk-induk akan memijah 10 jam setelah disuntik. Setelah 24 - 26 jam telur yang dibuahi akan menetas dan anakannya biasanya berkumpul didasar hapa mendekati induk-induknya. Dengan cara ini produksi yag dapat dicapai berkisar antara 750 - 1500 ekor benih dalam waktu satu bulan.

Gambar. Pengecekan kematangan gonad dengan kateter dan disuntik dengan hormon hCG atau Ovaprim. (Kusmini et al., 2016).

Pemijahan Buatan dengan Stripping
  • Sebelum penyuntikan hormon dilakukan pembiusan terlebih dahulu pada induk jantan dan betina, penyuntikan dilakukan pada otot punggung di atas lateral lines pada bagian bawah dari sirip punggung.
  • Setelah pembiusan, jika hasil pengamatan TKG telur induk telah homogen dilakukan penyuntikan dengan ovaprim 0,7 ml/kg bobot tubuh, yang diberikan 2 kali penyuntikan yaitu penyuntikan pertama 0,2 ml/kg bobot tubuh dan setelah 8 jam induk betina disuntik lagi dengan ovaprim dosis 0,5 ml/kg bobot tubuh serta induk jantannya 0,25 ml/kg bobot tubuh, setelah sekitar 7 - 10 jam dilakukan stripping.
  • Jika hasil seleksi TKG induk diameter telur belum homogen dilakukan penyuntikan awal dengan hormon hCG 500 iu/kg bobot tubuh, setelah 24 jam dilakukan penyuntikan untuk pemijahan dengan ovaprim pada induk betina dosisnya 0,5-0,6 ml/kg bobot tubuh dan induk jantan dosisnya 0,3 ml/kg bobot tubuh biasanya waktu laten untuk ovulasi tergantung pada suhu. Umumnya sekitar 7 - 10 jam baru dapat dilakukan stripping 
Gambar . Diagram hormon yang digunakan untuk implantasi (Sumber: Subagja, 2014).

Gambar . Teknik Stripping (Sumber: Woynarovich dan Horvath, 1980).
  • Dalam melaksanakan stripping, operator mengurut perut induk betina dekat genitalnya.
  • Telur- telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik yang kering. Pada waku yang bersamaan induk betina distripping, salah satu induk jantan juga distripping, untuk mengumpulkan sperma. Pengambilan sperma dilakukan dengan cara disedot dengan menggunakan pipet khusus apabila induk jantan hanya menghasilkan sedikit sperma.
  • Setelah sperma diambil, sperma dimasukkan ke dalam wadah yang berisi telur kemudian diaduk dengan menggunakan busa yang halus atau bulu ayam, setelah diaduk merata telur yang telah dibuahi diletakkan di akar eceng gondok, telur akan menetas dalam waktu 24 - 30 jam.
Gambar . Pencampuran telur dan sperma (Pembuahan). (Kusmini et al., 2016).

Referensi
  1. Anonim, 2014. Teknologi Budidaya lkan Gabus. Leaflet. Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin. Provinsi Kalimantan Selatan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
  2. Bijaksana U. 2006. Studi pendahuluan bio-eko reproduksi snakehead di rawa Bangkau Propinsi Kalimantan Selatan. Simposium Nasional Bioteknologi dalam Akuakultur 2006. Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan lnstitut Pertanian Bogar dan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sadan Riset Kelautan dan Perikanan. 5 Juli 2006.
  3. Bijaksana U. 2008. Kajian perubahan ketinggian air pada perkembangan gonad ikan gabus, Channa striata Blkr di dalam wadah budidaya disampaikan pada: Simposium Nasional Bioteknologi dalam Akuakultur II. 2008. Simposium Nasional Bioteknologi dalam Akuakultur 2006. Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan lnstitut Pertanian Bogar.
  4. Direktorat Gizi Depkes RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan.Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Bharata Karya Aksara.
  5. Gustiano, R., Kusmini I.I., & Ath-thar M.H. F., 2014. Mengenal Sumber Daya Genetik lkan Spesifik Lokal Air Tawar Indonesia untuk Pengembangan Budidaya. IPB Press. Bogar
  6. Gustiano, R., 2007. Kajian Teknis Dan Sosioekonomis Pengelolaan Berkalanjutan Sumber Daya Genetik lkan. Presiding Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik Di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional (Editor : K. Dwiyanto dkk). P: 48-53.
  7. Kusmini I.I, Gustiano R., Prakoso V.A., Ath-thar M.F. 2016. Budidaya lkan Gabus. Jakarta: Penebar Swadaya. 76 hal.
  8. Subagja, J., 2014. "Teknis Pembenihan". Disampaikan dalam Temu Teknis Petugas Balai Benih lkan Lokal (BBIL) Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat, 10-12 November 2014.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar