Jumat, 30 Desember 2022

Channa striata - Prosedur Pembenihan (Bag 2. Pemilihan Induk)

Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan perairan rawa yang bernilai ekonomis tinggi (Muchlisin, 2013). Pemanfaatan ikan gabus berbagai ukuran dari kecil sampai besar menyebabkan kebutuhan ikan gabus semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan ikan gabus yang semakin meningkat, maka intensitas penangkapan ikan ini di alam juga semakin meningkat. Semakin intensifnya penangkapan ikan gabus memberikan dampak terhadap menurunnya populasi ikan gabus di alam (Muslim,2007).
Data statistik FAO (2000) menyebutkan jumlah produksi C. striata dari hasil budidaya pada tahun 2003 sebanyak 5.448 ton dan meningkat pada tahun 2004 mencapai 11.498 ton, sedangkan dari hasil tangkapan pada tahun 2003 sebanyak 7.327 ton dan meningkat pada tahun 2004 sebesar 16.528 ton. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa peluang budidaya ikan gabus prospektif untuk dikembangkan.

Indonesia khususnya di daerah Sumatera, Kalimantan dan Jawa, Ikan gabus memiliki banyak manfaat bagi masyarakat baik dari segi nilai ekonomisnya maupun dalam bidang kesehatan. Awalnya ikan gabus dikenal sebagai hama maupun predator yang memangsa ikan-ikan kecil yang hidup di perairan tawar dan perairan payau seperti di rawa atau saluran air (Muslim, 2012). Sampai saat ini ikan gabus dikenal masyarakat sebagai ikan konsumsi, selain itu ikan gabus juga dikenal sebagai ikan hias (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, 2006). Ikan gabus (C. striata) merupakan salah satu bahan pangan potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu kadar protein dalam 100 gr daging ikan gabus 25,2 gr (Santoso 2009).

Di China ikan gabus sudah dibudidayakan secara masal dengan menggunakan boks stereofoam untuk pemijahanan, dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Selanjutnya telur yang sudah memijah dipindahkan ke kolam beton yang penuh dengan zooplankton. Setelah benih berukuran 3-5 cm diberi pakan berupa pelet (Li et al 2018) Upaya domestikasi (penjinakan) ikan gabus dari alam liar ke dalam lingkungan terkontrol (budidaya) sudah dilakukan (Muslim, 2012). Ikan gabus dapat hidup di perairan yang memiliki kandungan oksigen yang rendah. Sifat ini sangat menguntungkan dalam usaha membudidayakan ikan gabus.

Pemijahan Induk
Sebelum dilakukan pemijahan, diperlukan persiapan kolam pemijahan terlebih dahulu. Kolam pemijahan sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan cara pegurasan kemudian dikeringkan.Pengeringan dilakukan sampai benar-benar kering agar dapat meminimalisir adanya hama dan penyakit didalam kolam yang dapat mengganggu. Selanjutnya yaitu pengisian air sampai dengan ketinggian 40 cm dan diberi tanaman air enceng gondok sebagai tempat menempelnya telur ikan gabus, selain itu pemberian enceng gondok bertujuan agar kolam sama seperti dihabitat alam serta diberi potongan pipa yang tidak terpakai yang digunakan untuk tempat bersembunyi ikan gabus.

Seleksi Induk
Seleksi induk jantan dan induk betina merupakan faktor utama penentu keberhasilan kegiatan pemijahan, karena benih yang berkualitas dihasilkan dari induk yang berkualitas baik. Indukan yang akan dipijahkan harus memiliki umur minimal 10-12 bulan dengan bobot minimal 150-200 gr/ekor. Induk ikan gabus yang akan dipijahkan juga harus memiliki ciri fisik yang sehat, tidak terdapat luka pada bagian tubuh, tidak cacat dan gerakannya lincah, selain itu induk juga harus sudah matang gonad. Induk yang matang gonad dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Induk ikan gabus jantan (kanan) dan betina (kiri) yang telah matang gonad

Alangkah baiknya sebelum kita melakukan pemijahan ikan gabus, terlebih dahulu kita siapkan induk jantan dan betina, dimana induk-induk tersebut harus berkualitas baik, sehat dan tidak berpenyakit.
Dalam langkah pemijahan ini, faktor induk merupakan penentu keberhasilan dari proses pemijahan tersebut. Induk betina yang sehat akan menghasilkan telur dengan jumlah yang sangat banyak, selain itu induk jantan yang sehat akan membuahi telur dengan hasil yang maksimal.

1. Persyaratan Habitat Pemeliharaan Induk
Induk ikan gabus dapat dipelihara pada kolam beton, terpal atau kolam tanah. Kedalaman air yang ideal untuk pemeliharaan induk adalah 1 m. Induk ikan gabus menyukai kolam dengan air tenang atau mengalir dengan debit rendah. Induk ikan gabus akan senang berada didasar kolam, untuk itu pada kolam pemeliharaan akan lebih baik ditempatkan tempat berlindung (Shelter) sehingga akan menyerupai habitatnya diperairan umum.

2. Persyaratan Kepadatan, pengelolaan pakan dan pengelolaan kualitas air
Pematangan gonad induk akan optimal jika ditebar dengan kepadatan 3 ekor/m2. Pemberian pakan diberikan sebanyak 5% dari total biomassa. Pakan yang digunakan berupa pakan komersil dan pakan alami. Kombinasi dari kedua pakan ini akan lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian pakan satu jenis saja. Untuk pakan komersil yang digunakan minimal memiliki kandungan protein 30%. Sedangkan pakan alami dapat berupa jangkrik, katak maupun ikan ukuran kecil. Frekuensi pemberian pakan pada induk adalah 2 kali dalam sehari yaitu pada siang hari dan malam hari. Untuk menambah vitalitas dan kesuburan dari induk, maka induk diberikan vitamin secara rutin setiap minggu.


Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan untuk mengurangi timbunan bahan organik akibat feses dan sisa pakan yang tidak termakan. Perlakuan yang diberikan dalam menjaga kualitas air media pemeliharaan induk adalah dengan melakukan pergantian air dan aplikasi probiotik. Aplikasi probiotik dan pergantian air dapat dilakukan 2 minggu sekali. Untuk menjaga agar induk ikan gabus tidak mengalami stres, maka air pengganti adalah air yang sudah diendapkan minimal 1 hari. Pergantian air dilakukan sebanyak 30% dari total volume air.

3. Identifikasi fisik dan jenis kelamin Induk Ikan Gabus
Induk ikan gabus yang bersifat unggul akan mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. Banyak sekali pembenih ikan melakukan pemijahan dengan menggunakan induk yang tidak jelas keturunannya sehingga sering terjadi kawin kerabat (Inbreeding) yang mengakibatkan kualitas benih yang dihasilkan jauh dari standar. Induk ikan gabus yang digunakan sebaiknya tidak mengalami kelainan fisik maupun dari satu keturunan.

Umur dan ukuran dari induk ikan gabus sebaiknya berbeda untuk lebih memastikan keturunan dari induk dalam kegiatan pembenihan, maka sebaiknya dilakukan seleksi terhadap induk yang bersifat unggul sehingga hanya induk-induk produktif saja yang dipelihara sehingga dapat menekan biaya perawatan induk karena untuk merawat induk diperlukan biaya pakan dan lain-lain yang tidak sedikit.

4. Penentuan Tingkat Kematangan Gonad
Untuk mengetahui induk yang siap untuk dipijahkan, berikut ini ciri-ciri induk ikan gabus yang baik sebagai berikut :
Untuk mengetahui induk yang siap untuk dipijahkan, berikut ini ciri-ciri induk ikan gabus yang baik sebagai berikut :

Induk Betina
Induk Jantan
Perut membesar dan lembek
Alat kelamin memerah
Gerakan agak lambat dan jinak
Alat kelamin runcing dan mencapai sirip anus
Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar
Tubuh gemuk ramping dan lincah
Warna tubuh secara umum menjadi terang
Warna tubuh cenderung menjadi agak gelap
Warna sirip cenderung kemerahan
jika sudah betul-betul matang gonad maka akan keluar telur jika diurut pada bagian urogenital

Induk ikan gabus yang berkualitas dapat ditentukan melalui ciri fisik dan faktor genetik. Induk yang bagus memiliki struktur organ yang lengkap dan proporsional sesuai dengan umur ikan gabus. Sedangkan untuk ciri genetik dapat ditunjukkan dengan adanya sertifikat induk unggul dari unit produksi induk yang sudah melalui tahap uji. Induk ikan gabus yang unggul akan memiliki keturunan dengan Feed Convertion Ratio (FCR) rendah sehingga akan meningkatkan penghasilan pendapatan bagi pembudidaya.

Indukan Ikan Gabus

Secara rutin sebaiknya dilakukan seleksi induk ikan gabus yang sudah siap untuk dipijahkan untuk mempermudah pengambilan, pematangan telur dengan memberikan pakan khusus terpisah dengan induk ikan yang belum matang gonad. Perlakuan khusus seperti pemberian vitamin dan pakan alami diberikan rutin. Selain itu konsentrat untuk pematangan telur juga dapat diberikan bersamaan dengan pemberian pakan induk. Dengan perlakuan tersebut sel telur yang dihasilkan akan lebih bagus.

Informasi Penunjang
Tingkat stres induk akan mempengaruhi proses pemijahan, untuk itu dalam menangani induk ikan gabus sebaiknya dilakukan sehalus dan secepat mungkin untuk menghindari stres. Induk ikan gabus dengan kondisi urogenital rusak sebaiknya jangan digunakan walaupun secara fisik induk ikan gabus sudah bagus. Urogenital yang rusak akan mengurangi efektifitas perkawinan.

Induk ikan gabus yang bersifat unggul dapat diperoleh dari balai-balai pengembangan ikan air tawar yang dibuktikan dengan adanya sertifikat.
Aplikasi probiotik perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan ikan. Langkah-langkah dalam melakukan kultur probiotik adalah sebagai berikut :
1. Rebus bekatul sebanyak 1 kg dengan menggunakan air sebanyak 20 liter sampai masak
2. Tambahkan tepung ikan 200 g, kemudian rebus kembali selama 5 menit
3. Tambahkan molase sebanyak 500 ml. aduk hingga merata
4. Tambahkan bibit probiotik 500 ml
5. Inkubasi dengan perlakuan aerasi selama 4 hari
6. Aplikasikan probiotik pada media pemeliharaan induk

Cara kerja :
1. Penebaran Induk ikan gabus
- Tebarkan Induk ikan gabus dengan kepadatan 3 ekor/m2,
- Pisahkan induk jantan dan induk betina pada kolam terpisah,
- Siapkan kolam untuk pemulihan induk pasca pemijahan.
2. Pemberian pakan (dilakukan 2 kali dalam sehari)
- Berikan pellet induk pada siang hari, dan pakan alami berupa kerang pada malam hari,
- Berikan adlibitum. untuk memaksimalkan produksi telur
3. Perlakuan air media pemeliharaan
- Lakukan pergantian air dan pemberian probiotik.
- Pergantian air dilakukan 1 bulan sekali sebanyak 75%.
- Berikan probiotik pada media pemeliharaan induk setiap minggu sesuai dosis yang ditentukan.
4. Tangkap induk yang akan diidentifikasi menggunakan serok,
5. Identifikasi induk berdasarkan kondisi fisik/ kesehatannya.


Referensi
  1. Bijaksana, U. 2011. Pengaruh beberapa parameter Air pada Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striatas Blkr) di dalam Wadah Budidaya. Temu Teknisi Balai Benih Ikan Air Tawar se-Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan.
  2. Hartini S, Sasanti A.D, Taqwa FH. 2013. Kualitas Air, Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Dipelihara Dalam Media Dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) :192-202.
  3. Makmur, S. 2004. Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata Bloch) Di Daerah Banjiran Talang Fatima DAS Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Budidaya. 10(6): 1-6.
  4. Muflikhah, N., S. Makmur, dan N.K. Suryati. 2008. Gabus. Badan Riset Kelautan dan Pusat Riset Perikanan Tangkap Balai Riset Perikanan Perairan Umum.
  5. Harianti.2013. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus (Channa striata Bloch, 1793) Di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :18-24.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar