Jumat, 30 Desember 2022

Channa striata - Prosedur Pembenihan (Bag 4. Pemeliharaan Larva)

Setelah mendapatkan benih hasil pemijahan ikan gabus, langkah berikutnya adalah perawatan larva dan benih ikan. Perawatan benih ikan dapat dimulai baik dari pengambilan larva ikan yang menetas di kolam induk, atau langsung dimulai dari pengambilan telur dari kolam induk dengan tempat penetasan yang terpisah. Dalam pemeliharaan benih ikan gabus selama sebulan ini, diperoleh panjang kebanyakan ikan di kisaran 4 cm – 5 cm dengan pakan cacing sutra.
Benih ikan gabus yang diambil 7-10 hari dari kolam induk, umumnya sudah merespon pakan berupa cacing sutra (tubifex). Cacing sutra yang diperoleh dari hasil ternak umumnya berukuran cukup kecil hingga tidak terlalu menyulitkan anak ikan. Sementara cacing hasil tangkapan di kali atau di sungai umumnya berukuran lebih besar.

Untuk pemeliharaan benih ikan sendiri dapat dilakukan di kolam terpal atau pun sekedar bak-bak plastik berukuran kecil atau ember. Namun dari hasil pengamatan, dengan perlakuan yang hampir sama pertumbuhan benih ikan di kolam jauh lebih cepat dibandingkan di bak-bak yang lebih sempit. Sebagai contoh admin merawat benih ikan di bawah usia satu bulan ini di kolam terpal mini berukuran 1 m x 1,25 m dan 120 cm x 180 cm. Ketinggian air 20 cm hingga 30 cm dengan kepadatan yang pernah dilakukan 700 ekor hingga 1500 ekor di kolam ini dalam waktu satu bulan.

Untuk pemberian pakan berupa cacing sutra ini ada baiknya dibuatkan tempat dari jaring atau baki plastik. Tujuannya agar cacing tidak turun ke dasar kolam dan bersembunyi ke dalam endapan di dasar kolam. Baki plastik dapat diikat dengan pemberat bata sekaligus sebagai dudukan agar tidak bergeser. Bisa juga ditali dengan posisi menggantung dengan steroform berbentuk persegi panjang yang dilubang bagian tengahnya. Posisi tempat pakan bisa dibuat agak tinggi di kisaran 5 cm di bawah permukaan air sekaligus untuk membiasakan ikan dengan pakan di atas karena hendak dibiasakan makan pelet yang terapung. Sebelum diberikan pada benih, cacing sutra hendaknya dicuci dulu hingga bersih dari kotoran terutama bau sisa bangkai cacing yang mati.

Selain pemberian pakan yang teratur, pergantian air ataupun sifon dasar kolam dapat dilakukan dengan periode yang disesuaikan dengan kepadatan ikan. Semakin padat benih ikan, pembersihan kolam atau pergantian air dapat lebih sering dilakukan. Saat periode cacing sutra, kualitas air lebih tahan lama jika dibanding saat sudah berganti makan menjadi pelet.

Meski masih berusia kurang dari satu bulan, ada baiknya kolam tetap diberi penutup atau jaring untuk menghindari ikan yang melompat. Ikan senang melompat terutama saat hujan dan setelah pergantian air baru ke kolam.

Dari observasi visual belum ditemukan kanibalisme sesama benih ikan pada periode pakan cacing sutra ini. Kemungkinan pakan yang teratur dan pertumbuhan ukuran benih yang tidak terlalu jauh menjadi sebab kasus kanibalisme pada benih belum ditemukan secara visual. Di kolam lain yang sudah makan pelet, kanibalisme kemungkinan terjadi. Di samping ikan-ikan yang berukuran normal, sekitar 4-6 cm, ditemukan satu ikan yang cukup besar dengan panjang sudah mencapai 12 cm.

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kanibalisme, ada baiknya ikan-ikan yang berukuran terlalu menonjol dapat dipisahkan saja. Benih dengan ukuran dua atau tiga kali lipat dari umumnya ukuran benih lain dapat diambil untuk dipisah di kolam lain. Ikan ini potensial menjadi predator sesama benih.

Tidak ada patokan khusus lama periode pemberian cacing pada masa benih ini. 2, 3 atau 4 minggu dapat dilakukan sesuai sikon. Selesai periode pakan cacing sutra, benih ikan dapat mulai dipersiapkan untuk belajar makan pelet

1. Persyaratan dan Metode Pemeliharaan Larva
Larva ikan gabus yang baik dan sehat sangat penting untuk memperoleh produksi benih yang tinggi. Larva yang sehat dengan pakan yang cukup akan tumbuh normal. Sebaliknya larva yang tidak sehat karena sakit atau deformity (tidak normal) meskipun diberi pakan yang baik dan cukup akan tetap mengalami gangguan pada pertumbuhannya.

Larva yang digunakan dalam pemeliharaan sebaiknya memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas sbb :

No
Secara kualitatif
Secara kuantitatif
kriteria
keterangan
kriteria
keterangan
1
Asal
Hasil penetasan telur dari pemijahan induk jantan dan betina bukan satu keturunan
Umur maksimal
3 hari
2
Warna
Coklat-hitam, bergantung warna wadah
Panjang total
0,75 – 1,0 cm
3
Bentuk tubuh
Belum sempurna
Bobot minimal
0,05 gram
4
Gerakan/ perilaku
Berenang aktif dan tidak bergerombol
Keseragaman :
-Ukuran
-Warna

>90%
100%

Metode pemeliharaan larva menjadi benih ikan gabus yang siap dibesarkan menjadi ukuran konsumsi dilakukan sesuai dengan tingkatan pemeliharaan.

2. Pemeliharaan Larva / Benih


Pemeliharaan larva ikan gabus dilakukan selama 2 – 3 minggu. Dalam keadaan normal larva ikan gabus akan tumbuh menjadi benih ikan yang berukuran 1 – 3 cm. Untuk mencegah timbulnya sifat kanibal, selanjutnya benih ikan tersebut dilakukan grading atau pemisahan antara ikan yang berukuran besar dan kecil. Grading perlu dilakukan jika ukuran benih tidak seragam yaitu untuk memberi kesempatan kepada benih ikan yang berukuran kecil dapat tumbuh lebih baik.

Pelaksanaan grading sebaiknya dilakukan bersamaan dengan proses penjarangan benih ikan, sebagai akibat bertambah besarnya ukuran benih ikan maka pertumbuhannya akan lambat. Penjarangan dalam hal ini bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan hidup benih ikan (kualitas air) yang lebih baik, sehingga benih ikan dapat tumbuh dengan lebih cepat. Benih ikan yang berukuran besar dapat dipelihara secara terpisah pada fase pendederan, sedangkan yang berukuran kecil tetap dipelihara dalam wadah semula.

Perkembangan larva sangat tergantung pada lingkungannya terutama kualitas air dan ketersediaan pakan. Pada kualitas air yang baik dan pakan yang cukup kehidupan larva akan normal dan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dapat mencapai benih dalam waktunya. Sebaliknya pada kualitas air yang buruk dan pakan kurang kehidupan larva tidak normal dan tidak dapat mencapai benih pada waktunya. Oleh karena itu, kualitas air dan ketersediaan pakan menjadi sangat penting

Indikator Pertumbuhan , SR dan FrekuensiPemberian Pakan Pada Benih Ikan Gabus

No
Kriteria
Umur benih
5 hari
15 hari
35 hari
60 hari
1
Panjang total (cm)
0,75 – 1
1
1-4
4-10
2
Bobot (gr)
0,05
1
1,7
8
3
SR (%)
90 – 95
>80
>80
>80
4
Pakan (% bb)
-
20
10
5
5
Frek. Pemb. Pakan
-
3-4
3-4
3-4

3. Pengelolaan Kualitas Air
Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan larva diperlukan adanya sistem pengelolaan kualitas air yang baik. Jika air yang digunakan berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM) sebaiknya sebelum digunakan harus diendapkan dahulu selama 1 – 2 hari, karena biasanya mengandung kaporit.


Selama kegiatan pemeliharaan larva berlangsung, air media pemeliharaan larva ikan gabus diusahakan ada sirkulasi air atau aerasi. Pengaerasian dalam hal ini bertujuan untuk menyuplai oksigen terlarut dan menguapkan gas-gas beracun yang dapat mengganggu kelangsungan hidup larva.

Persyaratan Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva Ikan Gabus

No
Jenis Parameter
Satuan
Nilai
1
Suhu
0C
25 – 30
2
pH

6,5 – 8,5
3
Debit Air
Liter/detik
0,5
4
Ketinggian air
cm
25 – 40

Untuk mencegah meningkatnya kelarutan amoniak akibat penumpukan sisa pakan maupun kotoran (feses) maka media pemeliharaan larva perlu dilakukan penggantian / penyiponan setiap hari sesuai kebutuhan yaitu :
  • Kegiatan penyiponan sekaligus dimanfaatkan untuk menyedot kotoran, sisa pakan atau larva yang mati.
  • Penggantian air hanya dilakukan untuk mengganti air yang hilang saat dilakukan penyiponan.
  • Usahakan air yang ditambahkan setiap hari tidak melebihi 25 % dari total volume bak larva. Penambahan air dilakukan secara perlahan-lahan menggunakan selang yang berukuran kecil.
  • Fluktuasi suhu air media pemeliharaan larva perlu dijaga berkisar antara 26oC – 29oC. Jika fluktuasi suhu terlalu tinggi dapat mempengaruhi kondisi larva ikan dan dapat menyebabkan kematian.
Secara biologis ikan gabus mempunyai kebiasaan untuk mengambil oksigen dari udara, sehingga sesekali ikan terlihat bergerak naik turun. Berkaitan dengan sifat biologis ikan tersebut maka faktor pengaturan ketinggian air perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan larva ikan gabus. Ketinggian air media pemeliharaan larva berkisar 25 – 40 cm. Penambahan ketinggian air dapat dilakukan secara bertahap seiring dengan bertambah besarnya larva ikan gabus.

4. Pemberian Pakan
Persyaratan pakan yang dapat digunakan dalam pemeliharaan larva ikan gabus adalah :
  • Mempunyai ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan gabus.
  • Mengandung nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna, karena saluran pencernaan larva ikan tersebut belum berkembang secara sempurna.
Jenis pakan yang dapat digunakan dalam pemeliharaan larva ikan gabus dapat berupa pakan alami (seperti naupli artemia, moina, daphnia dan cacing sutra / tubifex) dan pakan buatan seperti kuning telur ayam rebus. Penggunaan pakan alami lebih dianjurkan karena memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pakan buatan. Selain memiliki kandungan nutrisi (protein) yang cukup tinggi dan mudah dicerna pakan alami tidak mencemari kualitas air. Larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur (yolk) sebagai cadangan makanan yang akan habis setelah 2 – 4 hari tergantung suhu. Namun dalam melakukan pemberian pakan sebaiknya sudah mulai dilakukan sebelum cadangan makanan tersebut benar-benar habis. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan larva ikan gabus untuk mulai belajar makan (melakukan penyesuaian) terlebih dahulu sebelum cadangan makanan di tubuhnya habis. Oleh karena itu pemberian pakan dapat mulai dilakukan pada hari kedua setelah menetas. Jenis makanan yang diberikan berupa pakan alami seperti naupli Artemia atau Moina. Setelah berumur 5 hari, larva ikan gabus dapat diberi pakan alami jenis Daphnia atau cacing sutra (tubifex).

Sebelum diberikan pada larva pakan alami (naupli Artemia, Moina, Daphnia atau Tubifex) harus dicuci sampai bersih. Pemberian dilakukan secara adlibitum (sekenyangnya) dan diberikan sebanyak 3 - 4 kali sehari. Selain mengandung nutrisi yang tinggi pemberian pakan berupa cacing sutra dapat meningkatkan nafsu makan ikan. Sebelum didederkan pada fase pemeliharaan berikutnya, benih ikan gabus dilatih dengan pemberian pakan berupa tepung pelet.

Pakan tersebut dicampur dengan air hangat dan dibentuk bulatan-bulatan kecil padat saat diberikan pada benih. Proses pelatihan pemberian pakan ini dapat dilakukan pada hari ke 8 hingga saat panen.
Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Pakan diberikan sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 06.00, 10.00, 16.00 dan 20.00. Pemberian pakan dilakukan secara sedikit demi sedikit sambil melihat respon ikan makan. Pakan ditebar secara merata sehingga seluruh ikan mendapat kesematan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pemberian pakan harus segera dihentikan jika benih-benih ikannya sudah tidak responsif terhadap pakan yang diberikan. Hindari pemberian pakan yang berlebihan karena dapat mengakibatkan pembusukan.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibanding dengan pengobatan. Sebab pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Beberapa tindakan pencegahan hama penyakit yang dapat dilakukan adalah :
  • Sebelum pemeliharaan larva dilakukan, wadah harus dibersihkan / dikeringkan untuk memotong siklus hidup penyakit.
  • Kondisi lingkungan harus tetap terjaga diantaranya kualitas air tetap baik.
  • Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, karena jika berlebihan dapat mengganggu lingkungan.
  • Penanganan saat penjarangan atau griding harus baik dan benar untuk menghidari agar gabus tidak luka-luka
  • Hindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, keong mas atau siput.
Hal terpenting yang perlu dilakukan dalam mencegah timbulnya penyakit adalah menjaga kualitas air sebaik mungkin. Serangan atau infeksi jasat patogen (umumnya terdapat pada setiap perairan) hanya akan terjadi jika kondisi lingkungan menurun atau jelek sehingga menjadikan ikan stress dan melemahnya daya tahan ikan.
Larva ikan gabus sangat rentan terhadap perubahan suhu yang berkisar lebih dari 4oC. Jika suhu air turun, kemungkinan benih ikan gabus akan mudah terserang penyakit ich, yaitu penyakit bintik-bintik putih pada tubuh atau mulutnya. Penanggulangan penyakit ini yaitu dengan memindahkan lebin-benih ikan gabus ke lingkungan baru dengan suhu yang lebih hangat (26 - 28) oC.

Faktor lain adalah penggunaan pakan yang kurang berkualitas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terjangkitnya suatu penyakit pada ikan merupakan pengaruh gabungan dari pengaruh kondisi inang, lingkungan dan jasat patogen.

Informasi Penunjang
1. Monitoring Pertumbuhan
Dalam istilah sederhana pertumbuhan ikan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Faktor pertumbuhan dalam sistem pemeliharaan ikan umumnya dipengaruhi oleh kualitas larva / benih sebar, sistem pengelolaan pakan dan kualitas air (lingkungan pemeliharaan ikan).

Monitoring pertumbuhan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan larva/ benih ikan gabus selama kegiatan pemeliharaan berlangsung. Hal ini dapat dilakukan yaitu dengan cara sampling, yaitu dengan cara menangkap beberapa ekor benih ikan gabus secara acak untuk dilakukan pengukuran panjang dan beratnya. Sampling ikan juga harus dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak stress. Sampling terutama dilakukan untuk mengetahui kondisi dan pertumbuhan ikan yang dipelihara, serta tingkat kelangsungan hidupnya (SR).

Survival rate (SR) dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah ikan pada awal dan akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

SR = (Nt / No) x 100%

Keterangan :
Nt = jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

2. Penyebab Penyakit
Penyakit dapat diartikan sebagai organisma yang hidup dan berkembang didalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan. Penyakit akan timbul jika terjadi ketidak seimbangan antara kondisi ikan, lingkungan dan patogen. Ikan yang kondisi tubuhnya buruk sangat besar kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya jika kondisi tubuhnya baik ikan sangat kecil kemungkinan terserang penyakit.

Penyakit pada budidaya ikan gabus dapat digolongkan menjadi penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh jasat penyebab penyakit seperti parasit bakteri dan virus. Sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh akibat kesalahan lingkungan yang tidak cocok bagi ikan, pakan yang kurang baik (malnutrition) dan kelainan genetik. Sementara itu penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak badan, air, peralatan budidaya dan hewan atau tumbuhan air.

Referensi

  1. Bijaksana, U. 2011. Pengaruh beberapa parameter Air pada Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striatas Blkr) di dalam Wadah Budidaya. Temu Teknisi Balai Benih Ikan Air Tawar se-Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan.
  2. Hartini S, Sasanti A.D, Taqwa FH. 2013. Kualitas Air, Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Dipelihara Dalam Media Dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) :192-202.
  3. Makmur, S. 2004. Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata Bloch) Di Daerah Banjiran Talang Fatima DAS Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Budidaya. 10(6): 1-6.
  4. Muflikhah, N., S. Makmur, dan N.K. Suryati. 2008. Gabus. Badan Riset Kelautan dan Pusat Riset Perikanan Tangkap Balai Riset Perikanan Perairan Umum.
  5. Harianti.2013. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus (Channa striata Bloch, 1793) Di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :18-24.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar