Jumat, 30 Desember 2022

Channa striata - Prosedur Pembenihan (Bag 1. Pemijahan )

Ikan gabus (Channa striata) atau yang lebih dikenali sebagai striped snakehead, anggota genus Channa, merupakan ikan konsumsi yang populer di Asia (Wee, 1982). Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang terus meningkat dan memilikipasaran yang tinggi karena rasanya enak dan ketersediaannya sepanjang tahun. Selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar karena memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas, juga telah diolah sebagai bahan pembuatan kerupuk dan pempek, serta sebagai ikan asin dan ikan asapan. Daging ikan ini juga dimanfaatkan sebagai bahan terapi pengobatan setelah pembedahan (Gam et al., 2006).
Pemijahan ikan gabus adalah proses perkawinan induk ikan gabus pada wadah terkontrol dan dilakukan dengan campur tangan manusia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai persyaratan, kebiasaan dan metode pemijahan ikan gabus, penentuan teknik pemijahan, proses pemijahan yang sesuai prosedur dan penentuan tingkat keberhasilan pemijahan.

Pemijahan ikan adalah proses pembuahan (fertilisasi) dimana sel telur ikan dan sel sperma ikan bertemu. Ada tiga metode pemijahan ikan gabus yaitu pemijahan secara tradisional, semi buatan dan buatan. Ketiga teknik tersebut memiliki perbedaan pada banyaknya campur tangan manusia pada proses pemijahan ikan gabus. Kebiasaan pemijahan ikan gabus adalah malam hari dan terjadi pada media dan substrat yang baik. Namun demikian pada pemijahan buatan dapat dilakukan pada siang hari karena induk ikan gabus tidak melakukan pemijahan sendiri melainkan dengan bantuan manusia.


Syarat-syarat terjadinya pemijahan ikan gabus secara umum adalah sebagai berikut :
  1. Induk ikan gabus telah mengalami kematangan gonad
  2. Terdapat substrat pemijahan
  3. Tersedia media pemijahan yang memadai
  4. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penyuntikan dan stripping (pada pemijahan semi buatan dan buatan)
  5. Terdapat sumberdaya manusia yang kompeten dalam membantu proses pemijahan ikan gabus.

Persyaratan-persyaratan diatas akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh proses dan hasil pemijahan yang baik. Dalam pemijahan semi buatan dan buatan, campur tangan manusia memegang peran penting. Semakin terampil sumberdaya manusia yang melakukan pemijahan, maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam proses pemijahan. Kita harus mengetahui kapan harus melakukan pemijahan secara tradisional, semi buatan dan buatan sehingga akan lebih efektif dan efisien. Pematangan gonad dan proses pemijahan secara normal bersifat musiman. Namun demikian perkembangan teknologi pemijahan ikan gabus membuat pemijahan

1. Pemijahan Tradisional
  • Pisahkan induk yang sudah matang gonad pada wadah terpisah. Dan direndam dengan menggunakan air bersih untuk membuat induk ikan gabus mengeluarkan kotoran dan isi perut.
  • Tempatkan induk matang gonad pada kolam pemijahan dengan perbandingan betina dan jantan 1:1 atau 2:1. Jika digunakan perbandingan 2:1, maka induk jantan yang digunakan sebaiknya berukuran lebih besar dari induk betina.
  • Tutup kolam pemijahan untuk menghindari induk ikan gabus lompat.
  • Amati kegiatan pemijahan ikan ikan gabus. Pengamatan bertujuan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti induk ikan gabus lompat, pipa pembuangan air lepas, dan lain-lain.
  • Angkat induk ikan gabus yang sudah dipijahkan.
2. Pemijahan Semi Buatan


  • Tempatkan induk matang gonad pada bak. Dan direndam dengan menggunakan air bersih untuk membuat induk ikan gabus mengeluarkan kotoran dan isi perut
  • Timbang induk ikan gabus yang akan dipijahkan untuk menentukan dosis hormon yang akan disuntikkan.
  • Siapkan Hormon yang akan disuntikkan pada induk ikan jantan dan betina. Dosis hormon yang akan disuntikkan adalah 0,3 – 0,5 ml/kg induk. Pengambilan hormon dilakukan tegak lurus agar dalam pembacaan skala pada jarum suntik dapat akurat. Untuk mempermudah pengambilan hormon, maka ampul ditusuk dengan kepala jarum suntik.
  • Encerkan dengan aquabidest dengan perbandingan 1 : 1
  • Kocok campuran hormon dan aqua bidest sebelum disuntikkan
  • Tutup kepala induk ikan gabus dengan kain lap yang sudah dibasahkan
  • Suntik induk ikan gabus pada bagian punggung (intramuscular). Penyuntikan dilakukan pada bagian yang memiliki daging paling tebal, spuit disuntikkan dengan kedalaman 1-2 cm sesuai dengan ukuran induk dan membentuk sudut 450. Penyuntikan dilakukan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan sakit pada induk sehingga induk tidak berontak.
  • Suntik induk ikan gabus pada bagian punggung (intramuscular). Penyuntikan dilakukan pada bagian yang memiliki daging paling tebal, spuit disuntikkan dengan kedalaman 1-2 cm sesuai dengan ukuran induk dan membentuk sudut 450. Penyuntikan dilakukan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan sakit pada induk sehingga induk tidak berontak.
  • Tutup kolam pemijahan untuk menghindari induk ikan gabus lompat
  • Amati kegiatan pemijahan ikan gabus. Pengamatan bertujuan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti induk ikan gabus lompat, pipa pembuangan air lepas
  • Angkat induk ikan gabus yang sudah dipijahkan
  • Tempatkan induk ikan gabus pada bak pemulihan (koam resting) secara terpisah jantan dan betina. Setelah 2 bulan induk akan matang gonad kebali dan siap untuk dipijahkan kembali.
3. Pemijahan Buatan
  • Tempatkan induk matang gonad pada bak. Dan direndam dengan menggunakan air bersih untuk membuat induk ikan gabus mengeluarkan kotoran dan isi perut
  • Timbang induk ikan gabus yang akan disuntik.
  • Siapkan hormon yang akan disuntikkan pada induk ikan jantan dan betina. Dosis hormon yang akan disuntikkan adalah 0,3 – 0,5 ml/kg induk. Pengambilan hormon dilakukan tegak lurus agar dalam pembacaan skala pada jarum suntik dapat akurat. Untuk mempermudah pengambilan hormon, maka ampul ditusuk dengan kepala jarum suntik untuk mempermudah pertukaran udara.
  • Encerkan dengan aquabidest dengan perbandingan 1 : 1
  • Kocok campuran hormon dan aquabidest sebelum disuntikkan
  • Buanglah udara yang ada dalam jarum suntik, karena jika masuk dalam jaringan otot ikan akan mengakibatkan infeksi. Udara dibuang dengan cara menyentil jarum dalam keadaan tegak lurus sambil ditekan sehingga udara keluar
  • Tutup kepala induk ikan gabus dengan kain lap yang sudah dibasahi sehingga induk ikan gabus akan merasa tenang
  • Suntik induk ikan gabus pada bagian punggung (intramuscular). Penyuntikan dilakukan pada bagian yang memiliki daging paling tebal, spuit disuntikkan dengan kedalaman 1-2 cm sesuai dengan ukuran induk dan membentuk sudut 450
  • Tempatkan induk ikan gabus pada bak inkubasi setelah disuntik hormon. Induk di inkubasi selama 8 jam dari penyuntikan.
  • Lakukan stripping sel telur induk ikan gabus.
  • Stripping dilakukan oleh dua orang untuk mempermudah pengurutan telur. Pada proses ini, lubang urogenital dibersihkan dari air dan perlengkapan yang digunakan dalam keadaan kering kecuali kain untuk menutup kepala induk ikan gabus. Agar tidak terjadi iritasi pada kulit induk karena dilakukan pengurutan berulang-ulang, maka sebelum mengurut tangan yang digunakan untuk mengurut dibasahi terlebih dahulu menggunakan larutan NaCl/ air garam 0.9%. Pengurutan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari induk ikan berontak
  • Ambil sel sperma induk jantan. Jika kantung sperma berukuran besar, maka dapat digunakan untuk membuahi sel telur beberapa ekor induk betina
  • Encerkan sel sperma dengan larutan fisiologis (NaCl) sebanyak 100 ml. dan dilakukan dengan menggunakan 2 gunting untuk mengeluarkan sperma dari kantong sperma
  • Campurkan larutan sperma dengan sel telur pada mangkuk kering
  • Tambahkan air bersih untuk terjadinya fertilisasi. Perbandingan antara larutan fisiologis dan air bersih adalah 1 : 2, artinya volume air yang ditambahkan adalah 200 ml. Proses fertilisasi sel telur harus dilakukan dengan cepat karena setelah dicampurkan dengan air, sperma akan aktif dan bergerak mencari lubang microfil. Jika proses pengadukan dilakukan lambat, maka sperma akan mati sebelum masuk kedalam sel telur
  • Aduk campuran sperma dan sel telur ikan gabus selama 1/2 menit. Pengadukan dapat dilakukan dengan menggunakan bulu unggas yang sudah steril. Pada fertilisasi yang bagus biasanya akan terbentuk buih pada saat dilakukan pengadukan
  • Bersihkan sel telur yang sudah dibuahi dari sisa sperma dengan cara mencuci sebanyak tiga kali sampai sisa sperma benar-benar bersih. Sisa sperma akan merusak air media pemijahan karena berisi protein yang akan membentuk amonium
  • Sebarkan sel telur yang telah dibuahi secara merata pada media penetasan berupa kain strimin yang sudah dipasang pemberat agar tenggelam. Agar penebaran sel telur dapat dilakukan secara merata, maka dapat dilakukan dengan menggunakan bulu unggas.
Setelah setengah jam dari penebaran sel telur pada kain strimin, posisi kain strimin dibalik agar larva ikan setelah menetas akan jatuh kedasar bak penetasan telur

Referensi

  1. Almaniar, S. Taqwa, F. H. dan Jubaedah, D. 2012. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan benih Ikan Gabus (Channa striata) pada Pemeliharaan Dengan Padat Tebar Berbeda. Majalah Ilmiah Sriwijaya, 21 (15) : 46-55
  2. Extrada, E. H.T, Ferdinand dan Yulisman. 2013. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata) Pada Berbagai  Tingkat Ketinggian Air  Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :103-114.
  3. Hidayatullah, S. Muslim dan F, H, Taqwa. 2015. Pendederan Larva Ikan Gabus (Channa striata) di Kolam Terpal dengan Padat Tebar Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. ISSN : 0853-7607. 20 (1).
  4. Mahardika, S, Mustahal, F, R, Indrayanto, A, Saputra. 2017. Pertumbuhan dan Sintasan Larva Ikan Gabus (Channa striata) Yang Diberi Pakan Alami Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 7 (1) : 82-92
  5. Riyana, S. 2017. Pemberian Moina sp Yang Diperkaya Tepung Ikan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gabus (Channa striata) Dalam (Bloch, 1793). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
  6. Wijaya, A. L, Deswati dan Y, Basri. 2014. Pengaruh Pemberian Pakan Alami     Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Prosiding Hasil Penelitian Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar