Budidaya ikan belut memang berbeda dengan ikan budi daya lainnya, sehingga memerlukan perlakuan yang sangat spesifik. Dalam Budi daya belut faktor kegagalan yang begitu tinggi, membuat para petani akhirnya banting setir ke komoditas pertanian lainnya. Karena tidak mampu menguasai teknik untuk membuat media yang sesuai dengan habitat aslinya. Komponen ini yang membuat banyak petani maupun pebisnis belut harus gulung tikar. Pada akhirnya, media untuk tempat budidaya belut menjadi salah satu kesulitan tersendiri bagi para pelaku peternak belut.
Bagi para petani atau investor sebaiknya jangan menjadikan budidaya belut sebagai percobaan, tetapi haris ditekuni secara serius. kegagalan sering terjadi akibat proses fermentasi yang terlalu cepat sehingga media yang digunakan seringkali belum matang atau belum siap.
Media Budidaya Belut
Ada terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi. Dan Ada juga dua tipe media belut yang telah terbukti keampuhannya suntuk menepis anggapan media sebagai penyebab utama kegagalan budi daya belut. Pertama, media yang dikeringkan di luar kolam, dan kedua, media 80% tanah sawah.
Pada kedua tipe media untuk belut ini memang relatif berbeda. Pada tipe pertama, komponen jerami dan kedebong pisang menjadi fokus utama penyiapan media, yakni dengan memastikan kedua komponen tersebut benar-benar kering. Sedangkan pada tipe kedua, tanah sawah atau tanah lumpur merupakan komponen yang paling mendominasi media belut. Komponen jerami dan kedebong pisang, masing-masing hanya sebesar 10% dari total komponen yang ada. Selain itu, media ini mensyaratkan penggunaan tanaman air, seperti eceng gondok, kangkung, genjer, atau padi, yang berfungsi sebagai peneduh. Namun, terlepas dari kedua tipe media tadi, hal lain yang harus diperhatikan juga adalah pemberian pakan yang teratur untuk menekan tingkat kanibalisme belut.
Media pemeliharaan belut tersusun dari campuran tanah sawah atau lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam, gabah padi, atau dedaunan yang sudah dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, biostarter/biotanah, pupuk urea, dan NPK. Namun, bahan yang harus dipastikan tersedia yaitu tanah lumpur atau sawah serta pupuk organik atau pupuk kandang.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu masukkan air secukupnya (sekitar 10 cm) setelah semua bahan media budidaya di masukkan ke dalam kolam dan diamkan selama 2-8 minggu. Jika media menjadi kering, air harus tetap diberikan karena media tersebut sedang dalam proses fermentasi. Untuk mengetahui media sudah matang atau belum, tancapkan bambu atau kayu sampai ke dasar kolam dan angkat pelan-pelan ke atas, jika terdapat gelembung yang tidak berbau dan bening berarti media sudah matang. Jika fermentasi media belum sempurna, lanjutkan kembali proses fermentasinya hingga media “matang” sempurna.
Bahan Pembuatan Media Belut.
Pada budidaya belut, dalam penyusunan media untuk pembudidayaan sangat bervariasi. Hal tersebut disebabkan hampir setiap pembudidaya belut yang telah berpengalaman mempunyai cara tersendiri dalam menyusun media tersebut. Walaupun bahan dasar penyusunnya hampir sama, tetapi komposisi , jumlah, jenis bahan, dan bahan tambahan yang digunakan bisa berbeda. Perbedaan bisa disebabkan oleh kondisi tempat budidaya, kemampuan pembudidaya, dan bahan media yang ada. Berikut ini adalah bahan yang diperlukan untuk pembuatan media budidaya belut :
Air yang bersih.
Ikan belut merupakan jenis ikan air tawar, penggunaan air sebagai media tidak bisa dipisahkan. Jangan menggunakan sembarang air, air yang digunakan sebagai media pembibitan belut haruslah mendukung kehidupan belut. Syarat air yang digunakan adalah bersih, tidak beracun, mengandung banyak oksigen, pH 5—7, dengan suhu 25—28°C.
Lumpur yang subur.
Menggunakan lumpur sebagai habitat utama dari belut, campuran air, tanah, dan material lain dalam membentuk lumpur yang subur. Dilihat dari berbagai jenis lumpur, yang paling baik digunakan sebagai media pembibitan belut adalah lumpur sawah. Belut juga bisa hidup di lumpur kali atau selokan. Anda juga bisa membuat lumpur sendiri sebagai media pembibitan. Syarat yang harus dipenuhi antara lain subur dengan kandungan nutrisi, gembur, tidak beracun, dan lembut.
Syarat-syarat umum media lumpur
- Subur
- Mudah mengalami fermentasi
- Mudah dicampur
- Bahan yang matang
- Gembur
- Tidak beracun
- Tidak mengandung benda-benda kasar dan tajam
- Mengandung nutrisi yang diperlukan bagi kehidupan belut
- Macam-macam bahan media
- Air (± 5 cm diatas permukaan lumpur)
- Lumpur : gunakan lumpur yang halus dan bersih dari benda-benda tajam
Jerami padi.
Jerami merupakan bagian batang padi yang telah diambil padinya. Jerami biasanya dimanfaatkan untuk makanan ternak atau kompos. Jerami digunakan untuk membantu pelumpuran supaya lumpur lebih subur, gembur, dan mengandung banyak nutrisi. Jerami yang digunakan sebaiknya yang sudah menjadi kompos. Proses pelapukannya sendiri biasanya bisa mencapai satu hingga dua bulan.
Bekatul
Bekatul berbeda dengan jerami, bekatul adalah serbuk kulit ari beras hasil penggilingan padi. Bekatul sangat baik dijadikan campuran media budidaya belut karena kaya akan vitamin B. Syarat penggunaan bekatul adalah mencampur bekatul dengan jerami atau pupuk kandang saat fermentasi.
Pupuk kandang.
Limbah, kotoran, dan feses binatang ternak bisa diolah menjadi pupuk kandang. Binatang ternak yang umum digunakan adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kelinci, dan ayam. Kotoran ini dibusukkan sampai menjadi pupuk kandang. Ciri kotoran sudah berubah menjadi pupuk kompos adalah warnanya sudah kehitaman menyerupai tanah, tidak berbau, dan telah berhenti dari proses pembusukan. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media pembibitan belut harus steril dari virus, bakteri, dan jamur. Cara menanggulanginya bisa dilakukan dengan mengeringkan pupuk kandang sebelum digunakan.
Gedebog pisang
Batang pisang atau yang biasa disebut sebagai gedebog juga bisa digunakan sebagai media pembibitan belut. Bagian yang digunakan adalah pelepah batang semu tersebut. Pelepah tersebut dicincang dan dicampurkan dalam lumpur atau ditaburkan ke media. Gedebog mengandung plankton yag sangat baik untuk pertumbuhan belut. Sebaiknya, gunakan gedebog pisang yang sudah tua dan berbilah tebal. Pilih gedebog yang sudah dipanen buahnya.
Langkah membuat media budidaya belut.
Ikan belut membutuhkan sebuah media untuk tumbuh dan berkembang. Media untuk belut tersebut dimasukan atau dibuat dalam drum. Komposisi media merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan belut. Biasanya, komposisi media tumbuh terdiri dari pupuk TSP, kompos, lumpur kering dan mikroorganisme starter. Ketiga bahan komposisi ini harus pas takaran dan susunannya. Media tumbuh tersebut harus diletakan di dalam kolam dari drum.
Berikut langkah - langkah membuat media belut tersebut
- Lapisi bagian dasar kolam dengan menggunakan jerami, tebal jerami yang diberikan sekitar 50 cm atau disesuaikan.
- Siramkan mikroorganisme starter di atas jerami dengan takaran kapasitas media, untuk mikroorganisme starter, kamu bisa menggunakan EM-4 starter atau mikroorganismen starter yang biasa dijual di toko pertanian.
- Setelah lapisan mikroorganisme starter, berikan lapisan kompos atau tanah humus, tebal lapisan sekitar kurang lebih 7 cm.
- Taburkan campuran lumpur kering dan pupuk TSP 5 kg di lapisan terakhir dengan ketebalan 25 cm.
- Anda harus memasukan air bersih ke dalam kolam dengan ketinggian 17 cm. Biarkan kolam berisi media tumbuh selama kurang lebih 14 hari hingga terjadi proses fermentasi. Artinya, kamu harus menutup rapat drum agar prosesnya berjalan lancar. Yang perlu kamu ingat adalah jangan memasukan belut bersamaan dengan media tumbuh sebelum melewati fermentasi.
- Sesudah media matang, alirkan air selama 3 - 4 hari untuk menghilangkan racun, ketinggian air saat budidaya dimulai sebaiknya sekitar 5 cm.
- Setelah menunggu proses fermentasi dan media sudah aman dari racun, baru belut ditebar, usahakan jangan melakukan pengadukan karena dapat membuat belut stress, ada beberapa alternatif untuk menyusun bahan media budidaya belum mulai dasar kolam hingga ke atas.
Setelah masing-masing bahan difermentasi, selanjutnya susun media seperti berikut:
Setelah media disusun, biarkan selama ± 2 minggu kemudian, media dibentuk seperti gambar diatas dan air kolam diganti.
Kematangan media dinyatakan baik jika:
1. pH 6- 9
2. tidak berbau busuk
3. tidak ada gas metan (cirinya: jika media ditusuk kemudian mengeluarkan buih pekat dan berbau maka media masih mengandung gas metan)
4. Oxygen 3 – 5mg/ltr
5. ketebalan media min 30 cm
6. temperatur 28⁰ – 30⁰ C
7. tinggi air ± 5 cm diatas permukaan lumpur
8. media lumpur tidak padat dan kasar
9. Berikan tanaman air pada kolam sebagai tempat berlindung dan peneduh, seperti: eceng gondok, kangkung, genjer, apu-apu, padi dan lain-lain.
Biarkan selama satu bulan atau hingga benar-benar matang. Setiap dua minggu sekali air diganti dengan yang baru. Setelah satu bulan cek kematangan media jika sudah matang dan dirasa sudah aman bibit belut siap dimasukkan dalam kolam dengan kepadatan 1Kg – 1.5 Kg per meter persegi.
Media pembibitan belut tidak hanya air atau lumpur. Faktor terpenting dari pemilihan media ini antara lain subur, gembur, tidak beracun, tidak mengandung benda kasar dan tajam, serta mengandung cukup nutrisi. Jika seluruhnya tercukupi, Anda bisa memilih macam-macam media untuk budidaya belut sesuai kebutuhan.
Media adalah kunci utama keberhasilan budidaya belut, metode penyiapan media dan penggunaan komponen yang salah akan berakibat fatal bagi kehidupan belut. Hampir 80% penyebab dari kegagalan budidaya adalah faktor media. Berikut adalah panduan penyiapan media sistem organik meski sederhana namun hasilnya sangat memuaskan.
Ciri-ciri media yang sudah matang adalah ;
- Jika tangan dimasukkan kedalam media terasa dingin ( anyep ).
- pada media terdapat banyak binatang renik
- Bau media sudah tidak menyengat.
- Media yang baik adalah jika kita masukkan tangan dari permukaan hingga dasar kolam tidak ada halangan ( struktur media sudah hancur ).
Persiapan Pemeliharaan Kolam Atau Wadah Sebelum Digunakan Untuk Budidaya Belut
1. khusus untuk budidaya belut dengan media kolam tembok, jika kolam sudah selesai dibuat, maka harus dinetralkan selama 5 - 10 hari. penetrala ini bertujuan untuk mengeluarkan racun dari kolam.
caranya adalah : kolam digosok dengan sabut kelapa atau dengan batang pisang. kemudian air didiamkan untuk mengetahui kolam tersebut bocor atau tidak. supaya tidak mudah bocor maka dasar kolam harus diberi plester.
2. Khusus untuk budidaya belut dikolam jaring, setelah kolam dikeringkan, pasang krujuk (bambu yang dibelah menjadi empat atau tirai bambu), dengan cara ditanam di tanah sekitar 20 Cm sesuai ukuran jaring yang akan ditanam. sekeliling jaring dilapisi karung plastik untuk menahan media lumpur.
3. Khusus budidaya belut dikolam drum, usahakan wadah terbebas dari karat agar tidak terlalu berbau besi. selain itu, drum di cat terlebih dahulu agar tidak berkarat. periksa jangan sampai ada kebocoran. untuk mengantisipasi awal dari kebocoran, maka penuhi drum dengan air terlebih dahulu, kemudian taruh didalam drum batang pisang yang sudah dicacah. kemudian rendam dan biarkan selama 5 hari. cacahan batang pisang berguna untuk menetralisir wadah dan racun.
Susunan Media Budidaya Belut Di Kolam Tembok
- lapisan pertama berupa jerami setinggi 40 cm
- diatas jerami ditaburi pupuk urea dan NPK secara merata, masing-masing sebanyak 5 kg.
- diatasnya diberi tanag atau lumpur setinggi 5 cm
- pupuk kandang (kotoran kambing) basah atau kering dengan ketinggian 5 cm
- taburi dengan EM4 secara merata (standar 1 botol)
- diatasnya diberi lapisan tanah atau lumpur setinggi 5 cm
- cincangan batang pisang (termasuk hati dan bonggol pisang) yang masih segar dengan ketinggian 10 cm.
- terakhir, isi kembali dengan tanah atau lumpur setinggi 15 cm.
Susunan Media Budidaya Belut Di Kolam Jaring
- lapisan pertama berupa jerami setinggi 50 cm
- taburi dengan pupuk urea dan NPK, masing-masing sebanyak 10 kg
- diatasnya diberi tanah atau lumpur setinggi 5 cm
- taburi dengan pupuk kandang setinggi 10 cm
- taburi dengan EM4 secara merata (standar 1 botol)
- tutup dengan cincangan batang pisang setinggi 10 cm
- terakhir isi dengan tanah atu lumpur setinggi 10 cm.
Susunan Media Budidaya Belut Di Drum atau Tong
- jika tinggi drum setelah direbahkan 60 cm, beri jerami pada setinggi 30 cm, lumpur setinggi 5 cm, dan pupuk kandang setinggi 10 cm.
- beri EM4 sebanyak 1/4 botol
- cacahan batang pisang sebanyak 5 batang
- untuk mempercepat pematangan, beri pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
- berikan air secukupnya.
Setelah semua media pemeliharaan tersi dalam kolam tembok, kolam jaring, dan kolam drum, berikan air secukupnya dan diamkan atau biarkan selama 2 - 4 minggu. apabila media dikolam tersebut menjadi kering, air harus tetap diberikan karena media tersebut sedang dalam proses fermentasi. untuk mengetahui media untuk budidaya belut tersebut sudah matang atau belum, coba tancapkan bambu atau kayu sampai ke dasar kolam dan angkat dengan pelan-pelan ke atas. bila ada gelembung yang tidak berbau dan bening, berarti media sudah matang. setelah media matang, air dialirkan selama 3 - 4 hari untuk menghilangkan racun, termasuk untuk kolam drum. masukkan vetsin (mecin/MSG) ke dalam kolam yang telah berisi air, lalu diamkan selama satu hari dengan kondisi air tetap dialirkan.
Setelah itu, bibit-bibit belut sudah dapat ditebar sebelum pukul 7 pagi atau setelah pukul 5 sore. apabila proses fermentasi media di kolam tembok atau di kolam jaring selama 8 minggu belum matang, media tersebut harus dibalik dan ditambah pupuk SP 36, masing-masing 5 kg, atau dapat juga diberikan larutan bokasi sebanyak 2 botol, setelah itu air didiamkan lagi selama kurang lebih dua minggu. di dalam kolam dapat juga ditebarkan bibit ikan yang masih lemah atau eceng gondok. hal ini dimaksudkan untuk cadangan makanan bibit belut yangbaru ditebarkan. setelah berjalan satu bulan, berikan temulawak yang sudah diparut sebagai vitamin tambahan. misalnya, jika ukuran kolam 5 x 5 meter, berikan 1 ons temulawak yang sudah diparut dan campurkan dengan 2 liter air.
Referensi
- Affandi, R., Y. Ernawati, S. Wahyudi. 2003. Studi Bio-Ekologi Belut Sawah (Monopterus albus) Pada Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
- Kuncoro, B. 2010. Budidaya Belut Sistem Organik. IPB Press. Bogor.
- Ruslan, R. 2009. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Belut. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
- Sarwono, B. 2003. Budi Daya Belut dan Sidat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
- Warisno, K. Dahana. 2010. Budidaya Belut Sawah dan Rawa di Kolam Intensif dan Drum (Edisi 1). Penerbit And. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar