Minggu, 23 Oktober 2022

Belut - Proses Pembenihan Hingga Panen

Sampai saat ini peminat belut di Indonesia masih sangat tinggi, sampai-sampai para pedagang khususnya yang ada di perkotaan sering kehabisan stok untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal itu bukan tanpa alasan, karena belut memang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Selain kandungan energi dan protein yang tinggi, belut juga sering dijadikan bahan pancingan oleh para mancing mania.
Fakta ini bisa dijadikan peluang usaha yang sangat menjanjikan di bidang peternakan. Marilah berfikir sejenak tentang peluang ini (budidaya belut). Jika di beberapa wilayah sudah menjadikan belut sebagai komoditas perikanan, namun ternyata kebutuhan pasar belum memenuhi, berarti masyarakat yang terjun di usaha ternak belut masih sangat sedikit dibandingkan budidaya ikan. Kalau persaingan masih rendah maka pemasarannya pun masih sangat mudah. Terutama di perkotaan yang sering kehabisan stok (pengalaman saat di Bandar Lampung).

Oleh sebab itu di sini kita akan memberikan panduan lengkap bagaimana cara budidaya belut terutama di faktor pembibitan atau pembenihan. Gambaran dari pembibitan adalah mengawinkan induk belut jantan dan betina, lalu menghasilkan anakan/bibit, yang kemudian anakan tersebut akan dijual kepada peternak yang ingin membesarkannya. Berbeda sama pembesaran, kalau pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut dengan ukuran yang layak untuk dikonsumsi. 

Cara Pembibitan Belut yang Benar untuk Pemula
Pembenihan belut terbilang lebih mudah ketimbang pembesaran, Ah yang bener? Semuanya susah kok kalau belum terjun langsung haha. Intinya susah tidaknya tergantung presepsi, asal mau belajar dan bekerja keras pasti dimudahkan. Berikut langkah-langkah pembibitannya (Biar tidak salah paham, baca dari awal sampai akhir):

1. Perencanaan pembibitan belut yang matang


Dalam usaha apapun tentu membutuhkan perencanaan yang matang dan mengukur target sebelum kegiatan budidaya belut dilakukan. Namun sebelum merancang kita harus mengumpulkan data-data melalui proses analisis terlebih dahulu. Pengambilan data bisa lewat pengalaman para ahli yang terlebih dahulu melakukan kegiatan usaha ini. Mendapat data dari pengalaman orang lain tidak harus datang dan bertemu langsung, tapi bisa melalui tulisan buku, bergabung di grup mereka atau bisa melalui artikel seperti yang Anda baca saat ini. Sehingga itu semua akan membantu memperkecil kegagalan usaha anda kelak.

Adapun bentuk perencanaan yang wajib Anda siapkan meliputi:
  1. Perencanaan waktu pembibitan belut.
  2. Rencana lokasi atau tempat pembenihan.
  3. Rencana anggaran/biaya.
  4. Rencana tenaga kerja, jika skala yang diperlukan besar maka perlu merencanakan tenaga kerja.
  5. Memikirkan besar skala pembibitan, karena jumlah pembibitan akan berkaitan dengan lokasi, biaya atau tenaga kerja. Jadi perlu direncanakan.
  6. Rencana penyediaan sarana dan prasarana pembibitan.
  7. Merancang strategi pelaksanaan usaha.
  8. Perencanaan waktu panen.
  9. Perencanaan pemasaran hasil panen.
  10. Menghitung target dan keuntungan.
Itulah hal hal yang perlu Anda pikirkan. Sebagian perencanaan di atas akan dibahas di poin berikutnya.

2. Memilih waktu yang tepat untuk pembenihan


Layaknya kucing, belut juga mempunyai siklus reproduksi yang teratur berdasarkan pergantian musim dan posisi bulan. Di habitat aslinya rata-rata belut akan mengalami masa kawin saat terjadi pergantian musim hujan, antara bulan Oktober sampai Januari. Sebab di musim hujan penyediaan makanan, air dan nutrisinya terpenuhi, sehingga kelangsungan hidup anak-anaknya terjamin.

Kebetulan saat ini kita sedang memasuki bulan Oktober dan hujan mulai sering turun, maka ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk pembibitan belut sawah atau rawa. Silahkan atur perencanaan kapan mulai membudidayakan sambil bertanya kepada yang lebih berpengalaman. Namun beberapa peternak sudah memiliki teknologi yang bisa menghasilkan hujan buatan sehingga meskipun dilakukan di luar musim hujan pun tetap berhasil.

3. Memilih lokasi yang tepat


Lokasi adalah salah satu indikator keberhasilan pembibitan, kalian tidak perlu pusing sebab beternak belut itu tidak membutuhkan lahan yang luas (kecuali skala pembibitannya besar). Anda bisa memakai lahan kosong yang ada di samping rumah. Tempat yang bagus untuk budidaya belut adalah tempat terbuka biar bisa terkena air hujan dan mematangkan media pembudidayaan serta menumbuhkan plankton.

Namun usahakan jangan terkena sinar matahari langsung, supaya tidak terlalu panas biasanya para ahli memakai paranet atau eceng gondog sebagai pelindung sinar matahari. Selain itu pemijiahan membutuhkan lokasi yang tenang dan ideal. Jika kondisi kurang tenang akan mengganggu proses pemijahan.

4. Menyiapkan wadah pembibitan


Setelah melakukan perencanaan selanjutnya adalah mempersiapkan wadah untuk pembibitan. Wadah pembibitan bisa berupa kolam terpal, kolam semen/beton bahkan bisa juga memakai drum plastik, intinya bisa menampung belut dan media-medianya.

Sebaiknya Anda menyiapkan 3 macam wadah, wadah pertama untuk merangsang calon induk agar mencapai tahap kematangan gonad, kedua untuk proses pemijahan/perkawinan hingga penetasan bibit belut di usia tertentu, lalu yang ketiga kolam pendederan berguna untuk bibit belut dengan usia dan panjang tertentu sehingga siap dijual atau dipindahkan ke kolam pembesaran.

5. Membuat media pembenihan
Media disiapkan setelah adanya wadah atau kolam pembibitan, namun kalian harus benar-benar memperhatikan masalah ini. Sebab media merupakan kunci keberhasilan beternak belut. Jika sembarangan bisa mengakibatkan kegagalan. Lalu bagaimana proses membuat media pembibitan belut yang bagus?

Media yang perlu disiapkan adalah:
  1. KOHE sapi (kotoran sapi)
  2. Gedebog pisang (dicacah-cacah pakai pisau)
  3. Jerami padi yang dicacah
  4. Lumpur sawah
  5. Cairan Em4+tetesan tebu/gula merah+air
Seluruh bahan di atas nanti akan ditumpuk jadi satu di wadah pemijahan lalu difermentasikan. Adapun proses pembuatan medianya bisa anda lihat pada gambar di atas sambil mengikuti intruksi di bawah ini:
  1. Pertama letakkan kotoran sapi di bagian dasarnya sejengkal/setinggi 10 cm (tinggi wadah 40 cm). Menurut Mastah Ririe (Admin BBI), diletakkan didasar agar mencegah lumpur memadat/tetap gembur.
  2. Kedua masukan gedebog pisang yang sudah dicacah sejengkal juga/10 cm dengan ketinggian wadah maksimal 40 cm.
  3. Kemudian masukkan jerami yang tingginya 10 cm juga.
  4. Kemudian masukan lumpur sawah 10 cm.
  5. Terakhir masukan air setinggi 5 cm saja hingga menutupi permukaan lumpur. Usahakan ketika masukkan air lumpur tidak rusak.
Nah itulah proses medianya, tapi masih ada yang kurang. Yaitu pemberian Em4 selama fermentasi, nanti kalau induk masuk dikasih probiotik biar tidak stres. Berapa lama proses fermentasi?

6. Fermentasi media pembibitan


Setelah membuat media jangan langsung dimasukkan induknya, akan tetapi diamkan dulu medianya selama 3 sampai 4 minggu atau biasa disebut dengan istilah fermentasi (masa pembusukan). Saat proses fermentasi tidak perlu ditutup, tapi kalau mau ditutup saya kira tidak masalah. Untuk memastikan apakah fermentasinya sudah siap atau belum yaitu dengan cara menusukkan ke dalam media pembibitan, jika keluar sedikit gelembung dan tidak mengeluarkan aroma bau, itu tandanya fermentasi sudah berhasil dan media siap digunakan. Namun jika setelah ditusuk gelembung yang keluar banyak dan beraroma sangat bau berarti proses fermentasi masih belum siap.

7. Memilih induk belut jantan dan betina berkualitas
Kualitas induk dapat mempengaruhi kuantitas bibit belut yang dihasilkan, oleh sebab itu diperlukan induk yang unggul, sehat dan bisa berkembang biak dengan cepat dan maksimal. Perbandingan antara belut jantan dan betina adalah 1 banding 5-9. Induk belut yang baik dapat dikenali dari penampilannya. Untuk mendapatkan induk belut yang baik, sebaiknya perhatikan ciri-ciri di bawah ini:

a. Ciri induk belut jantan yang bagus
  • Panjang belutnya lebih dari 40 - 50 cm.
  • Pada permukaan kulit berwarna lebih gelap atau abu-abu.
  • Kepalanya berbentuk tumpul.
  • Usahakan usia belut sudah di atas 10 bulan.
b. Ciri induk belut betina siap kawin
  • Panjang belut betina antara 20 – 30 cm.
  • Pada permukaan kulit berwarna lebih cerah atau lebih muda
  • Pada punggung memiliki warna hijau muda dan warna perut putih kekuningan.
  • Bentuk kepalanya runcing.
  • Usianya di bawah 9 bulan.
Menurut para ahli kegagalan utama pemijahan adalah faktor indukan yang tidak diketahui massa gonadnya. Oleh sebab itu sebaiknya kalian memakai induk dari pemasaran sendiri supaya diketahui usia dan gonadanya. Apabila mengambil dari alam terutama bentuk jantan, maka tidak tahu masa gonad pejantan tersebut. Bisa jadi tidak terjadi pemijahan/perkawinan sampai berminggu-minggu, atau meski terjadi pemijahan tapi anakannya habis. Selain itu Anda juga perlu mengetahui perbedaan antara belut jantan dan betina. Beberapa perbedaan yang sudah kami Sebutkan diatas namun masih banyak juga yang lainnya 

8. Menebarkan induk belut


Setelah menyiapkan kolam dan indukan yang bagus, proses berikutnya adalah penebaran induk ke dalam kolam induk agar saling merangsang dan mencapai masa gonad. Sebaiknya penebaran dilakukan saat sore hari dengan perbandingan jantan dan betina= 1: 4-5/m2 luas wadah. Apabila berjalan dengan lancar biasanya hanya membutuhkan 2-7 hari, induk belut sudah mencapai matang gonad. Matang gonad sendiri adalah kondisi dimana induk jantan dan betina siap dikawinkan. 

Ciri ciri betina belut gonad:
Perutnya mengembang ke arah genital, jika diraba terasa lembek, lubang duburnya berwarna agak kemerah-merahan, tutup Insang belut betina kalau diraba terasa agak licin, dan jika perutnya diurut dari arah kepala ke anus biasanya keluar cairan kehitam-hitaman. Sedangkan induk jantan yang sudah gonad tutup Insan diraba terasa kasar, dan perutnya jika diurut dari atas menuju anus akan keluar sperma berwarna putih putihan. Ingat selama proses ini, jangan sekali-kali mengusik termasuk juga pemberian pakan. Karena itu dapat mengganggunya.

9. Proses pemijahan benih


Bila induknya sudah gonad, langsung saja pindahkan ke kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan tadi. Untuk proses pemijahan biasanya tidak lama, kalau kolam dan lingkungannya cocok si belut bisa langsung melakukan perkawinan. Saat itu juga induk betina akan mengeluarkan telur yang berjumlah kira-kira 100-200 butir, berikutnya akan dibuahi oleh belut jantan.


Saat proses pemijahan Anda boleh memberi pakan potongan keong mas, bekicot, ikan kecil pada induknya. Tanda atau ciri-ciri belut yang sudah bertelur adalah keluar gelembung putih seperti busa di permukaan kolam. Silakan lihat kedua gambar di atas.

10. Proses penetasan telur belut


Setelah telur keluar dari induk betina dan dibuahi oleh jantan, selanjutnya si jantan akan menjaga telur tersebut hingga menetas yang lamanya kira-kira 8-15 hari. Telur berhasil menetas manakala kondisinya stabil dan tidak ada gangguan seperti penyakit dan hama, suhu yang cocok untuk penetasan yaitu 28-31 C° dengan PH air 6-7. Dari semua telur yang dikeluarkan oleh betina, umumnya yang berhasil menetas hanya 50-70% saja, dan dari anak belut yang menetas tersebut yang mampu bertahan hidup biasanya berkisar 50-80% (semua tergantung perawatan dari pembudidayanya).

11. Memelihara bibit belut


Perawatan bibit belut yang baik berguna untuk memperkecil angka kematian dari bibit. Jadi kalian wajib memelihara bibit tersebut dengan memastikan dalam kondisi aman dan bisa berkembang dengan baik hingga mencapai ukuran tertentu lalu siap dipanen atau diperjualbelikan untuk pembesaran.

12. Panen bibit belut
Saatnya proses pemanenan, bibit belut akan dipanen setelah mencapai usia dan panjang tertentu. Cara memanen bibit belut sebagai berikut:
  • Keluarkan media lumpur dari dalam kolam atau drum memakai baskom.
  • Lalu anak-anakan belut tersebut ditangkap menggunakan jaring.
  • Kemudian anakan belut yang sudah terkumpul di cuci sampai bersih lalu dimasukkan ke wadah penampungan khusus benih yang sudah disiapkan tadi (kolam pendederan).
Tapi sebelum kalian melakukan pemanenan, pastikan kalian sudah ada calon pembelinya.

13. Penyortiran hasil panen belut


Lakukan penyortiran setelah anda memanen belut, hal ini berfungsi untuk memisahkan berdasarkan kondisi dan ukuran belut. Bibit belut yang cacat atau tidak sehat dipisahkan saja, jangan dicampur dengan bibit belut yang sehat. Lalu bibit belut yang sehat disortir berdasarkan ukuran yang sama, supaya tidak terjadi kanibalisme saling memakan.

14. Proses karantina bibit belut
Karantina dilakukan setelah proses pemanenan dan penyortiran. Kenapa bibit belut harus dikarantina? Sebab proses ini berfungsi untuk mengembalikan kesegaran dan kenyamanan bibit belut. Selama proses karantina Anda boleh melakukan pengamatan lebih intensif terhadap belut yang terindikasi penyakit.

15. Pengemasan untuk dipasarkan


Ternyata perlakuan pasca panen juga menentukan keberhasilan dari budidaya belut, salah satu yang harus dilakukan setelah pemanenan adalah mengemas bibit belut dengan baik untuk dikirim kepada pelanggan. Jika barang akan dikirim dengan jarak yang jauh, kalian bisa menggunakan media jerigen, styrofoam plastik atau ember.

16. Pemasaran bibit belut
Sebenarnya bibit belut bisa dipasarkan melalui offline maupun online yang ada di media sosial atau website website tertentu, ditargetkan kepada para peternak yang ingin melakukan budidaya belut tahap pembesaran. Jika anda ingin melakukan pengiriman dengan jarak jauh sebaiknya dilakukan pada sore hari dan selama dalam perjalanan harus diperlakukan dengan baik.

Demikianlah panduan lengkap bagaimana cara budidaya belut bagian pembibitan atau pembenihan, setelah poin di atas sudah dilaksanakan tinggal lakukan proses evaluasi menimbang tingkat keberhasilan yang sudah diperoleh. Semoga bermanfaat jangan lupa dibagikan ke teman-teman karena tulisan ini benar-benar berdasarkan para ahli, yang saya tanyakan dari berbagai kalangan peternak belut.





Referensi
  1. Handojo, D.D. 1986. Usaha Budidaya Belut Sawah. Penerbit CV. Simplex. Jakarta.
  2. Muktiani. 2011. Menggeluti Bisnis Belut (Seri Perikanan Modern). Pustaka Baru. Yogyakarta.
  3. Riani, E. Dan Y. Ernawati. 2004. Hubungan Perubahan Jenis Kelamin dan Ukuran Tubuh Ikan Belut Sawah (Monopterus albus). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid 11, No. 2: 139-144.
  4. Ruslan, R. 2009. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Belut. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
  5. Warisno, K. Dahana. 2010. Budidaya Belut Sawah dan Rawa di Kolam Intensif dan Drum (Edisi 1). Penerbit And. Yogyakarta.
  6. Yamin, L. 1997. Kemampuan Reproduksi Ikan Belut (Monopterus albus, Zuiew) pada Dua Tipe Sawah di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 85 hal.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar