Senin, 24 Oktober 2022

Belut - Media Pembibitan

Pembenihan belut merupakan rangkaian kegiatan reproduksi belut dengan cara melakukan pemijahan. Perlakuan yang di buat hampir sama dengan pemijahan belut di alam. Hasil kegiatan pemijahan belut di alam. Hasil kegiatan pembenihan adalah anakan atau benih belut. Hingga saat ini, pembenihan belut masih diperoleh dari hasil tangkapan yang dilakukan dengan cara berburu. Pembenihan belut masih jarang dilakukan. Hal tersebut di sebabkan oleh media hidup belut yang berbeda denggan ikan.Belut hidup dalam lumpur dengan membuat lubang-lubang sehingga cukup sulit dilakukan pemijahan secara terkontrol.
Pembenihan Belut
Belut merupakan ikan air tawar yang mempunyai habitat lebih cenderung pada perairan dangkal

Penentuan Lokasi
Lokasi budidaya belut baik untuk pembenihan maupun pembesaran hampir sama. Hanya saja, untuk lokasi pembenihan, parameter pendukung untuk belut harus lebih baik. Hal tersebut di sebabkan benih belut lebih rentan di bandingkan belut dewasa. Maupun belut mempunyai rentan habitat yang cukup luas, tetapi faktor lokasi budidaya dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha budidaya, terutama pada usaha pembenihan.

Faktor Teknis
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi yang berhubungan dengan faktor teknis di antaranya.
  1. Ketinggian lokasi. Pada dasarnya, belut menyukai lokasi manapun, asal media pemeliharaanya suda sesuai. Jadi ketinggian lokasi tidak menjadi masalah yang berarti, karena belut dapat di budidayakan dengan baik pada ketinggian 200-1,100 m dari permulaan laut.
  2. Sumber air. Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber air. Air yang di sukai adalah air yang agak tenang dan tidak berlumpur.
  3. Sumber air harus tidak tercemar limbah atau dekat dengan sumber limbah yang dapat menimbulkan pencemaran.
  4. Keberadaan bibit/induk. Lokasi pembesaran sebaiknya dekat atau mudah untuk mendapatkan bibit/induk belut.
  5. Lebih ideal jika usaha pembesaran belut di barengi dengan pembenihannya dehingga usaha budidaya dapat terpadu.
  6. Lokasi budidaya di upayakan mudah untuk mendapatkan sarana produksi, di antaranya pakan dan obat-obatan untuk belut.
Persiapan Kolam 
Dalam pembenihan belut, perlu di persiapkan media pembenihan. Hal tersebut di sebabkan belut membutuhkan tempat hidup berupa lumpur organik yang lunak dan nyaman serta kaya oksigen. Selain itu, anakan belut masih sangat rawan dan rentan terhadap kondisi lingkungan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan media pembenihan belut.
  1. Campurkan lumpur dan bahan organik sebagai media harus lebih baik mutunya daripada yang di gunakan pada budidaya pembesaran.
  2. Fermentasi media harus benar-benar sempurna, sehingga gas-gas yang timbul selama proses fermentasi sudah hilang
  3. Kandungan zat hara harus lebih baik, karena juga berfungsi untuk menumbuhkan makanan alami.
  4. Sumber air harus baik secara kualitas dan kuantitas, kaya kandungan oksigennya.
  5. Terhindar dari pencemaran, baik dari hasil fermentasi media yang belum sempurna maupun pencemaran dari luar atau lingkungan sekitar kolam.
Kolam perawatan induk
Kolam perawatann induk merupakan kolam khusus yang di gunakan untuk menampung induk belut. Pada musim kemarau, belut sawah memiliki kebiasaan hampir tidak melakukan aktivitas perkainan. Oleh sebab itu induk belut dapat di rawat di kolam tersendiri. Dalam kolam perawatan, belut induk jantan dipisahkan dari induk betina. Kolam perawatan induk dapat terbuat dari bak semen atau lainya seperti drum bekas dan kotakan dari plastik. Bak semen dapat di buat ukuran 2 x 3 m atau 2 x 5 m dengan kedalamn 100 cm. Kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pembuangan air. Adapun media yang di gunakan dalam klam perawatan induk bisa sama dengan kolam pembesaran, bisa juga di siapkan secara khusus.

Kolam pemijahan
Kolam pemijahan merupakan kolam yang di gunakan untuk aktivitas perkawinan belut. Kolam pemijahan dapat berukuran kecil atau agak besar. Kolam dapat berukuran 1 x 1 m, 2 x 3 m, 5 x 5 m atau 10 x 10 m dengan kedalaman 0,8-1m. Sebaiknya kolam di buat dari tembok yang disemen halus, termasuk pada dasar kolamnya, kolam di lengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air. Saluran pembuangan juga dapat sekaligus di gunakan menjadi saluran pengeluaran benih belut.

Kolam pendederan
Pendederan merupakan upaya untuk menjembatani usaha budidaya belut dari larva atau benih kecil menjadi belut yang siap untuk di besarkan. Sementara kolam pendederan merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara larva atau benih yang masih kecil hingga ukuran tertentu.

Persiapan Induk 
Untuk pemijahan, harus di pilih untuk yang betul-betul baik. Induk yang baik akan menghasilkan keturunan atau anak belut yang banyak dan baik. Kualitas induk yang baik secara fisik dapat di kenali, apalagi bagi masyarakat yang telah lama mengenal belut. Tolok ukur kualitas induk yang baik adalah tingkat kematanggan gonad yang di capai, fekunditas induk yang diperoleh, dan frekuensi pemijahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu pemeliharaan induk. Tidak semua induk yang dipelihara dalam kegiatan pemeliharaan induk bisa mencapai kematangan gonad.

Perawatan Benih
Pada kegiatan pemeliharaan benih, umumnya nilai kelangsungan hidup benih lebih tinggi di bandingkan dengan larva pada komoditas budidaya perikanan yang sama, karena benih lebih kuat. Selain kelangsungan hidup, tolok ukur keberhasilan kegiatan pemeliharaan benih adalah llaju pertumbuhan panjang benih. Laju pertumbuhan panjang benih di nyatakan sebagai panjang benih yang di capai setelah dipelihara dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan belut hampir sama dengan ikan air tawar lainnya. Pada waktu belut muda mempunyai petumbuhan yang lebih cepat di bandingkan dengan belut dewasa. Pada belut dewasa pertumbuhan tetap berjalan, tetapi lambat karena makanan yang di konsumsi dan pergerakan.

Waktu Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada induk di dalam kolam perawatan sama dengan belut di kolam pembesaran. Untuk induk betina pada waktu melakukan pemijahan dan induk jantan pada waktu menunggu telur hingga menetas tidak usah di beri pakan. Setelah induk jantan mengasuh dan melepas benih belut, pemberian pakan bisa dilakukan . Pemberian pakan pada belut sewaktu larva hingga benih di pendederkan sebaiknya sesuai dengan ukuran mulut belut. Pada waktu belut berukuran larva sebaiknya pakan yang di berikan berupa kutu air, larva nyamuk, atau keong yang di blender. Jika benih telah tumbuh besar, pakan yang di berikan dapat lebih flleksibel, misalnya berupa hewan yang mati di cincang, di tumbuk, atau di blender. Jumlah pemberian harus disesuaikan dengan takaran atau porsi dengan berat populasi belut budidaya. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sehari sekali dengan waktu pemberian ideal pada waktu sore atau malam hari.

Macam-macam Media Pembibitan Belut


Media pembibitan belut tidak hanya air atau lumpur. Faktor terpenting dari pemilihan media ini antara lain subur, gembur, tidak beracun, tidak mengandung benda kasar dan tajam, serta mengandung cukup nutrisi. Jika seluruhnya tercukupi, Anda bisa memilih macam-macam media untuk budidaya belut sesuai kebutuhan.
  1. Air, Berhubung belut merupakan jenis ikan air tawar, penggunaan air sebagai media tidak bisa dipisahkan. Bukan sembarang air, air yang digunakan sebagai media pembibitan belut haruslah mendukung kehidupan belut. Syarat air yang digunakan adalah bersih, tidak beracun, mengandung banyak oksigen, pH 5—7, dengan suhu 25—28°C.
  2. Lumpur, Lumpur merupakan habitat utama dari belut. Campuran air, tanah, dan material lain membentuk lumpur. Dari berbagai jenis lumpur, yang paling baik digunakan sebagai media pembibitan belut adalah lumpur sawah. Belut juga bisa hidup di lumpur kali atau selokan. Anda juga bisa membuat lumpur sendiri sebagai media pembibitan. Syarat yang harus dipenuhi antara lain subur dengan kandungan nutrisi, gembur, tidak beracun, dan lembut.
  3. Jerami, Jerami sendiri merupakan bagian batang padi yang telah diambil padinya. Jerami biasanya dimanfaatkan untuk makanan ternak atau kompos. Jerami digunakan untuk membantu pelumpuran supaya lumpur lebih subur, gembur, dan mengandung banyak nutrisi. Jerami yang digunakan sebaiknya yang sudah menjadi kompos. Proses pelapukannya sendiri biasanya bisa mencapai satu hingga dua bulan.
  4. Bekatul, Berbeda dengan jerami, bekatul adalah serbuk kulit ari beras hasil penggilingan padi. Bekatul sangat baik dijadikan campuran media budidaya belut karena kaya akan vitamin B. Syarat penggunaan bekatul adalah mencampur bekatul dengan jerami atau pupuk kandang saat fermentasi.
  5. Pupuk kandang, Limbah, kotoran, dan feses binatang ternak bisa diolah menjadi pupuk kandang. Binatang ternak yang umum digunakan adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kelinci, dan ayam. Kotoran ini dibusukkan sampai menjadi pupuk kandang. Ciri kotoran sudah berubah menjadi pupuk kompos adalah warnanya sudah kehitaman menyerupai tanah, tidak berbau, dan telah berhenti dari proses pembusukan. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media pembibitan belut harus steril dari virus, bakteri, dan jamur. Cara menanggulanginya bisa dilakukan dengan mengeringkan pupuk kandang sebelum digunakan.
  6. Gedebog pisang, Batang pisang atau yang biasa disebut sebagai gedebog juga bisa digunakan sebagai media pembibitan belut. Bagian yang digunakan adalah pelepah batang semu tersebut. Pelepah tersebut dicincang dan dicampurkan dalam lumpur atau ditaburkan ke media. Gedebog mengandung plankton yag sangat baik untuk pertumbuhan belut. Sebaiknya, gunakan gedebog pisang yang sudah tua dan berbilah tebal. Pilih gedebog yang sudah dipanen buahnya.





Referensi
  1. Affandi, R., Y. Ernawati, S. Wahyudi. 2003. Studi Bio-Ekologi Belut Sawah (Monopterus albus) Pada Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
  2. Handojo, D.D. 1986. Usaha Budidaya Belut Sawah. Penerbit CV. Simplex. Jakarta.
  3. Kuncoro, B. 2010. Budidaya Belut Sistem Organik. IPB Press. Bogor.
  4. Ruslan, R. 2009. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Belut. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
  5. Warisno, K. Dahana. 2010. Budidaya Belut Sawah dan Rawa di Kolam Intensif dan Drum (Edisi 1). Penerbit And. Yogyakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar