Sabtu, 08 Oktober 2022

Belut - Morfologi dan Kebiasaan Hidup

Berbicara mengenai belut, sebenarnya banyak jenis belut yang berbeda beda di negara kita. Secara fisik memang nyaris sama, akan tetapi habitat atau tempat tinggal belut lah yang membedakan jenis jenis belut ini. Faktor habitat juga menentukan besarnya ukuran seekor belut Belut merupakan jenis ikan yang mirip dengan ular, dan memiliki beberapa nama daerah, nama resmi, atau nama ilmu pengetahuan. Di Indonesia seperti pulau Jawa, belut dikenal dengan nama welut atau lindung, sedang di Manado belut ini dikenal dengan nama sugili atau sugile. Dan dunia ilmu pengetahuan memperkenalkan belut ini dengan nama Fluta Alba (Zeuiew). Selain itu belut memiliki nama lain yaitu Monopterus albus (Simanjuntak, 1988). Dari tempat hidupnya belut dikenal ada 3 jenis belut yaitu belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc clell), belut kali/laut (Macrotema caligans Cant) dan belut sawah (Monopterus albus). Penyebarannya di perairan tropis, dengan suhu 25 hingga 31°C meliputi daerah perairan Asia yaitu India hingga ke Cina, Jepang, Malaysia, dan Indonesia dengan pola makan bersifat predator nokturnal yaitu memakan anak-anak ikan yang masih kecil dan hidupnya di sawah-sawah, cacing, crustacea, dan hewan akuatik lain dan juga detritus.

Belut mempunyai karakteristik unik yaitu bersifat Hermaprodit dimana daur hidupnya meliputi masa juvenile yang hermaprodit diikuti masa betina yang berfungsi, kemudian masa interseks dan terakhir masa jantan yang berfungsi. Sifat yang lain diantaranya adalah merupakan binatang karnivora, mempunyai lubang perangkap untuk menangkap mangsa dan berkembang biak di alam selama setahun sekali.

TAKSONOMI BELUT
Belut Sawah merupakan jenis ikan air tawar dari famili Synbranchidae dan tergolong ordo Synbranchordae, yaitu jenis ikan yang tak bersirip atau anggota tubuh lain untuk bergerak (Satwono, 2003). Berikut tata nama Ikan belut menurut ilmu Taksonomi:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub klas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Species : Monopterus albus
Sinonim : Fluta alba (Zeuiew), Monopterus javanensis

Ikan Belut


MORFOLOGI BELUT
Belut merupakan ikan yang tidak bersirip. Sirip dada, punggung, dan sirip dubur telah berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Badan belut bulat panjang menyerupai ular, kulitnya licin berlendir, mata kecil hamper tertutup oleh kulit, giginya kecil runcing membentuk kerucut, bibir berupa lipatan kulit yang lebar, tidak bersirip perut dan tidak bersisik. Letak dubur jauh ke belakang dada. Media hidupnya dari kecil sampai dewasa dan bertelur di air tawar yang berlumpur. Dapat juga ditemukan di sungai-sungai atau dirawa-rawa yang berair tawar (Satwono, 2003). Belut mempunyai ciri khas kelamin Progynes Hermaprodyte atau dapat berubah-ubah. Seperti ikan lele, belut juga dilengkapi dengan alat pernafasan tambahan yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari permukaan air. Alat pernafasan tambahan ini berupa kulit tipis yang penuh dengan lendir terdapat pada rongga mulut. Disamping itu belut juga dilengkapi dengan insang seperti pada ikan lainya (Simanjuntak, 1988).


Bagian tubuh ikan belut

SIFAT DAN KEBIASAAN HIDUP
Belut sawah merupakan jenis ikan air tawar yang hidupnya memerlukan sedikit air dan tanah halus atau lumpur untuk hidup dan tumbuh berkembang biak, belut berbeda dengan jenis ikan air tawar lainnya yang media hidupnya cukup dengan air saja. Lalu mengapa belut sawah memerlukan media tanah halus atau lumpur dan apa saja sifat dan kebiasaannya? Diantaranya adalah:
  1. Belut memerlukan pengaman untuk tubuhnya dari segala pemangsa dan cuaca dengan memendamkan tubuhnya ke dalam tanah halus atau lumpur.
  2. Belut tidak mempunyai sisik dan sirip sehingga mudah terluka.
  3. Belut dilindungi oleh cairan lendir seperti minyak goreng yang berguna untuk menjaga kestabilan tubuhnya dan untuk mempermudah dalam membuat lubang sebagai tempat tinggalnya.
  4. Belut dalam mencari mangsa atau makanan dengan menunggu didepan ujung lubang yang dijadikan tempat untuk mengintai karena sifat belut yang pasif.
  5. Belut akan keluar dari lubangnya serta menjadi aktif dan kanibal apabila merasa terlalu lapar atau jika sedang mencari pasangan untuk melakukan perkawinan sesuai masa pertumbuhannya.
  6. Belut biasanya akan ramai keluar dari lubangnya pada saat setelah sore hari, turun hujan dan malamnya gelap kecuali pada saat bulan purnama atau dalam keadaan terang dan pada saat musim perkawinan.
  7. Belut bukan termasuk ikan yang rakus makan, oleh karena itu pertumbuhannya agak lambat dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, selain itu belut tidak memiliki pencernaan yang bisa mencerna makanan yang banyak dengan cepat karena bentuk pencernaan belut tunggal memanjang seperti bentuk tubuhnya.

BELUT KANIBAL JIKA...?
Belut akan menjadi kanibal dan agresif untuk berburu makan dan memakan apa saja yang dia sukai termasuk sejenisnya, bila merasa terlalu lapar atau dalam masa perubahan kelamin atau setelah melakukan perkawinan sedangkan persediaan makanan di sekitar tempat tinggalnya tidak ada atau kurang. Belut juga akan bersifat pasif hanya berdiam diri saja di dalam lubang tempat tinggalnya kalau perutnya merasa kenyang. Kalau disekitar tempat tinggalnya banyak bahan makanan biasanya belut hanya mengintip saja di ujung lubangnya untuk menyantap makanan yang lewat atau yang jatuh di ujung lubangnya.

Salah satu kebiasaan belut mengintip masngsa dari sarangnya


PERUBAHAN JENIS KELAMIN (HERMAPRODIT)
Seperti telah disebutkan, belut bersifat hermaprodit protogini, yaitu mengalami masa hidup sebagai betina pada awalnya dan kemudian berubah menjadi jantan. Pada saat terjadi pergantian kelamin dari betina kejantan tersebut dikatakan sebagai masa transisi, karena pada saat itu terdapat dua macam kelamin pada satu individu. Secara biologis hermaprodit protogini adalah sebutan bagi ikan yang didalam tubuhnya mempunyai gonad atau kelenjar kelamin yang mengadakan proses diferensiasi dari fase betina ke fase jantan. Ketika belut masih muda gonadnya mempunyai testis dan ovarium, setelah jaringan ovariumnya berfungsi dan dapat mengeluarkan telur. Selanjutnya, terjadi masa transisi yaitu dengan membesarnya jaringan testis dan ovariumnya mengecil. Pada saat belut sudah tua umumnya telur sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad tadi diisi oleh jaringan testis yang sudah berfungsi. Ovarium belut terletak memanjang didalam rongga badan. Ovarium biasanya berjumlah sepasang yang masing – masing berada di kiri dan kanan antara gelembung renang dan usus. Pada belut ovarium yang berkembang hanya sebelah. Testis belut berbentuk memanjang dalam rongga tubuh dibawah gelembung renang dan diatas usus. Berikut cirri-ciri Tingkat Kematangan Gonad (TKG) pada belut :


Belut mampu berkembangbiak tiap tahun. Dengan masa jenjang perkawinan belut persiklusnya 4-5 bulan, perkawinan dalam perkembangbiakan belut ini terus berlangsung semasa subur belut selama hidupnya. Dari pengalaman otodidak penulis dalam pembenihan belut disebutkan bahwa, pergantian kelamin belut tidaklah permanen dari betina menjadi jantan kecuali kalau masa subur belut sudah habis alias tidak bisa kawin lagi bisa dikatan belut ini bukan jantan dan bukan betina alias banci,nah kalau belut sudah banci belut sudah tidak bisa reproduksi lagi tapi hanya akan berkembang membesar ukuran tubuhnya saja. Selagi masa suburnya belut bisa bertelur dan melakukan perkawinan sampai berkali-kali dengan jenjang waktu transisi persiklusnya 4-5 bulan.

BAGAIMANA BELUT BEREPRODUKSI DAN BERKEMBANG....??
Di alamnya, dalam pertumbuhannya berkembang biak setelah mencapai dewasa, belut memasuki masa perkawinan lalu bertelur dan menetaskan telurnya, biasanya ditandai dengan busa seperti busa sabun yang terlihat diatas permukaan sawah atau dipinggir pematang sawah.
Setelah melakukan perkawinan belut membuat sarang dan menyimpan telurnya di dalam pematang sawah, sarang tersebut dipenuhi juga dengan gumpalan busa. Gumpalan busa tersebut membantu penetasan telur-telur belut. Bila busa tersebut rusak dan telur belut terendam air maka telur belut gagal menetas.
Telur-telur belut akan menetas setelah ± 3-7 hari, setelah menetas anak belut tidak akan langsung pergi karena masih lemah dan masih berbentuk larva selama itu pula gumpalan busa bisa bertahan asal tidak terkena gangguan seperti percikan air hujan dan gangguan lainnya. Anak-anak belut akan keluar dari sarang tempat penetasan setelah ± 2 minggu yang ukuran tubuhnya mencapai ± 3 – 4 cm kira-kira sebesar biji korek api. Pematang adalah salah satu syarat untuk pengembangbiakan belut. Kolam budidaya belut harus dibuatkan pematang-pematang untuk belut bertelur dan berkembangbiak.
Bisa dipastikan masa perkawinan belut ramai terjadi pada saat pergantian musim dari musim kemarau ke musim hujan, pada saat musim kemarau datang belut ramai-ramai memburu lokasi tanah yang masih berair pada saat selama musim kemarau, pada saat itu belut berkumpul bergerombol dan sebagian ada yang melakukan perkawinan, maka dari itu pada saat musim hujan tiba belut kembali menyebar di areal tanah persawahan yang sudah kembali berair sambil membuat sarang dan menetaskan telurnya.

Sarang belut dipenuhi dengan busa



Belut memiliki siklus hidup yang luar biasa. Secara umum, ini terdiri dari perkembangan dan pertumbuhan awal di laut terbuka: penyebaran telur dan larva planktonik (mengambang bebas), metamorfosis, pertumbuhan remaja dan dewasa, dan migrasi orang dewasa yang matang ke daerah pemijahan samudera. Belut berbagi fase leptocephalus dengan beberapa ordo lainnya (Elopiformes [terpal dan kerabat], Saccopharyngiformes [gulpers dan kerabat], dan Albuliformes [tulang ikan]. Prolarva, menetas dari telur yang relatif besar (berdiameter sekitar 2,5 mm), dengan cepat menjadi leptocephalus seperti daun, yang mengapung di lapisan permukaan laut terbuka selama dua setengah tahun sebelum bermetamorfosis.



Meskipun leptocephali pernah dianggap sebagai ikan dari kelompok yang berbeda, hubungan mereka dengan Anguilliformes segera diakui dari spesimen transisi yang menunjukkan karakter larva dan dewasa. Mereka terbukti sangat sulit untuk diidentifikasi, bahwa jenis larva baru dinamai sebagai spesies dari genus Leptocephalus (meskipun mereka sebenarnya tidak dapat dianggap spesies yang berbeda dari orang dewasa yang menghasilkannya), terhitung beberapa ratus bentuk yang diketahui.

Leptocephali tidak biasa di atas 500 meter (sekitar 1.600 kaki) laut, distribusi yang mungkin terkait dengan ketersediaan makanan (diatom dan krustasea menit). Predator mereka termasuk berbagai ikan pelagis. Dalam belut tropis, kehidupan larva mungkin empat sampai enam bulan, tetapi spesies beriklim sedang menghabiskan lebih dari satu tahun sebagai larva. Selama masa ini, leptocephali, dengan adanya arus yang sesuai, dapat menyebar secara luas dari daerah pemijahan dewasa. Bekerja pada koleksi besar-besaran larva dari tahun 1905 hingga 1930, seorang ahli biologi Denmark, Johannes Schmidt, menetapkan sejarah kehidupan awal belut air tawar Eropa dan Amerika. Meskipun sebagian dari karyanya telah dipertanyakan, deskripsinya tentang pemijahan Atlantik barat dan penyebaran leptocephali belut trans-Atlantik masih ada.

Setelah mencapai pertumbuhan penuh, larva memulai metamorfosis cepat di mana tubuh mengalami beberapa perubahan progresif. Tubuh menjadi silindris dan sangat berkurang dalam jumlah besar, mungkin sebanyak 90 persen berat, dan lubang anal bergerak dari posisi subterminal ke sekitar titik tengah. Gigi larva hilang, moncongnya membulat, sirip punggung berasal lebih jauh ke depan, dan melanofor larva (sel pigmen hitam) menghilang. Perubahan lain, seperti hilangnya sirip dada atau pengurangan panjang tubuh, juga dapat terjadi.

Leptocephali sangat berbeda dengan orang dewasa mereka, dan perubahan metamorf sangat besar sehingga masalah mendasar muncul dalam korelasi dari berbagai macam leptocephali yang diketahui dengan orang dewasa mereka. Metamorfosis telah diamati di akuarium dan disimpulkan di lautan dari seri pertumbuhan progresif dalam sampel plankton. Karakter tertentu selamat dari metamorfosis dan penting dalam pengenalan spesies belut. Ini termasuk jumlah segmen otot (mioma); perkembangan sirip punggung, dubur, dan ekor; dan posisi relatif pembuluh darah ginjal dan kantong empedu. Dalam banyak leptocephali, larva melanofor juga tetap dalam tahap remaja (atau elver).

Metamorfosis melibatkan perubahan fisiologis dan perilaku serta struktural, terutama yang berkaitan dengan asumsi gaya hidup laut dalam, air dangkal, atau air tawar. Metamorfosis adalah mekanisme di mana leptocephalus, setelah periode tumbuh, makan, dan bersaing dengan hewan planktonik lain yang serupa, dapat memasuki habitat yang sangat berbeda di mana bentuk tubuh, mekanisme makan yang berbeda, organ indera, dan warna tubuh memainkan peran penting dalam bertahan hidup. Metamorfosis pada semua belut mungkin diselesaikan di laut terbuka. Invasi tahunan air tawar oleh elvers Anguilla adalah proses yang terkenal secara lokal; itu terjadi selama Oktober-Maret di Eropa dan di musim semi di daerah beriklim lainnya.

Selama pertumbuhan beberapa tahun hingga dewasa, belut pada dasarnya adalah karnivora, memberi makan beragam pada hewan planktonik atau bentik (hidup bawah). Kematangan dicapai setelah sekitar 10 tahun di belut air tawar Eropa (A. anguilla) tetapi mungkin jauh lebih awal pada spesies laut tropis. Proses pertumbuhan dan pematangan telah dipelajari paling dekat di belut air tawar Eropa. Pada spesies ini, kedua jenis kelamin melewati fase netralitas, feminisasi dewasa sebelum waktunya, dan hermafroditisme remaja sebelum menjadi jantan atau betina, jenis kelamin ditentukan terutama oleh faktor lingkungan.


Semua belut tampaknya menjalani migrasi jarak pendek atau panjang pada saat jatuh tempo ke daerah pemijahan dalam wilayah distribusi orang dewasa (di sebagian besar belut laut tropis) atau agak jauh darinya (di iklim moderat Anguillidae dan Congridae). Daerah-daerah ini umumnya terletak di atas lereng benua atau di dasar samudra agak jauh dari pantai.

Selama masa remaja dan dewasa, sebagian besar belut adalah ikan soliter, berenang perlahan melalui gerakan lateral tubuh yang berliku dan sirip median. Beberapa spesies menggali dengan cepat, menggunakan ekor runcing dan gerakan tubuh terbelakang. Moray dan conger mendiami celah-celah batu, sementara congrids tertentu (Heterocongrinae, garden eel) membentuk koloni besar dari beberapa ratus individu di daerah terumbu tropis.


Referensi
  1. Affandi, R., Y. Ernawati, S. Wahyudi. 2003. Studi Bio-Ekologi Belut Sawah (Monopterus albus) Pada Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
  2. Bahri F. 2000. Studi Mengenai Aspek Biologi Ikan Belut (Monopterus albus) di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor.
  3. Muktiani. 2011. Menggeluti Bisnis Belut (Seri Perikanan Modern). Pustaka Baru. Yogyakarta.
  4. Ruslan, R. 2009. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Belut. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
  5. Yusniar. 1996. Kelimpahan dan Pola Penyebaran Ikan Belut (Monopterus albus) di Kecamatan Cibeber, Cianjur. Skripsi. MSP. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar