Rabu, 30 September 2020

Budidaya Lobster Air Tawar - Tahapan Pembesaran

Seperti jenis lobster laut, lobster air tawar harganya juga sangat mahal. Selain rasanya yang sangat lezat, bagi etnis China memakan lobster akan mendatangkan keuntungan (hoki) dan kekuatan, orang China menganggap lobster adalah penjelmaan ular naga, orang yang bisa makan naga kekuatannya melebihi Superman. Lobster air tawar tidak hanya untuk dikonsumsi tetapi juga sebagai udang hias di akuarium. Sebagai udang hias lobster air tawar memiliki ciri khas yang tidak ditemukan pada ikan hias. Selain bentuk tubuhnya yang unik, lobster air tawar juga mempunya warna khas dan beragam.
Lobster Air tawar merupakan binatang air yang cukup mudah untuk dibudidayakan. Harganya yang tinggi berkisar 150-250 ribu rupiah per kilonya, membuat budidaya lobster air tawar sangat menjanjikan dan menguntungkan. Habitat asli lobster air tawar adalah di sungai, rawa-rawa dan danau.

Budidaya lobster air tawar sangat cepat dan gampang, tidak seperti budidaya udang windu atau udang galah yang relatif sedikit rumit. Bagi pemula pun dapat melakukannya sendiri baik dalam skala usaha kecil ataupun besar. Dengan sedikit modal dan kemauan yang kuat, setiap orang dapat membudidayakan lobster air tawar. Lobster air tawar tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dan cepat.

Syarat Hidup Lobster Air Tawar
Lobster Air tawar pada umumnya dapat hidup pada selang parameter air yang lebar. Mereka diketahui toleran terhadap kandungan oksigen terlarut yang sangat rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi demikian. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm.

Untuk kehidupannya, Lobster air tawar tidak perlu harus terendam air. Selama insangnya dapat tetap terjaga selalu dalam kondisi lembab, mereka dapat menyerap oksigen langsung dari udara dan dapat hidup dalam kondisi demikian hingga beberapa bulan. Udara yang lembab biasanya cukup untuk mempertahankan insang mereka tetap lembab.

Meskipun demikian untuk proses pemijahan mereka memerlukan dan harus berada di dalam air. Lobster air tawar telah berevolusi untuk dapat hidup dalam cuaca yang kering. Apabila lahan tempat tinggal mereka kering. Lobster air tawar akan menggali lubang selaras dengan penurnan permukaan air tanah yang terjadi, kemudian menutup lubang dengan tumpukan tanah bekas galiannya.

Selanjutnya mereka akan tampak berada dalam kondisi yang prima. Kondisi ini disebut dengan aestivation. Mereka bisa dalam keadaan demikian dalam jangka waktu yang sangat lama, hingga air kembali datang ke daerah mereka.

Lobster air tawar dapat hidup di air keruh, hal ini sangat menguntungkan bagi mereka agar dapat terhindar dari musuh alaminya biasanya mereka hidup pada perairan dengan dsar berlumpur dengan beberapa bebatuan dan potongan cabang tanaman. Apabila Lobster air tawar dipelihara pada lingkungan dengan diberi bebatuan dan belumpur memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang dipelihara pada subtart buatan seperti plastik.

Budidaya Lobster air tawar
Dalam usaha budidaya lobster air tawar, ada beberapa sarana dan prasarana yang mesti kita siapkan sebelum memulai usaha 

Alat dan Bahan
  • Bak
  • Aerator/blower
  • Aquarium
  • Pompa
  • Peralatan lapangan
  • Alat ukur kualitas air
  • Sikat
  • Ember
  • Selang sypon.
  • Pipa paralon 2-5 incii
  • Seser
  • Timbangan
  • Bibit Lobster
  • Pakan
  • Air Bersih
  • Obat – obatan : Metyline Blue .
Pelaksanaan
1. Persiapan wadah dan media
Prosedur persiapan wadah dan media sebagai berikut :
  • Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  • Pencucian bak pemeliharaan dengan cara menyikat dari lumut yang menempel dan kotoran yang berada pada dasar maupun dinding bak
  • Pengeringan bak selama beberapa hari atau langsung diisi dengan air kemudian dibiarkan 1 hari
  • Pengisian air media dengan ketinggian antara air 15-20 cm pada bak setinggi 40 cm. Air yang digunakan harus bersih dari kotoran atau air yang talah diinapkan minimal selama 12 jam
  • Pemberian plastik bergelombang atau dengan menggunakan pipa paralon ukran 1-2 inchi
  • Pengaturan aerasi yang berupa pengaturan tekanan aerasi dipasang sebanyak 1 buah pada bak pemeliharaan dan pastikan posisi selang dan batu aerasi sudah tepat
2. Penebaran Benih
  • Prosedur Penebaran Benih sebagai berikut :
  • Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  • Tentukan padat tebar benih. Untuk padat tebar bervariasi antara 50-100 ekor/M2
  • Benih yang akan ditebar diseleksi berdasarkan ukurannya
  • Hitung jumlah benih yang akan di tebar
  • Aklimatisasi benih dilakukan dengan merendamkan benih dalam media pemeliharaan kemudian benih ditebar secara perlahan agar terhindar dari stress.
3. Pemeliharaaan Benih
Prosedur pemeliharaan benih sebagai berikut :

a. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan untuk benih dapat berupa : pellet, cacing, keong dan tepung. Pemberian pakan diberikan dengan prosedur :
  • Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  • Pemberian pakan pellet dapat langsung ditebarkan pada bak
  • Dalam pemberian tubifek dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum diberikan pada benih dan keong mas diberikan dalam bentuk cacahan.
  • Sedangkan pemberian pakan berupa tepung untuk benih diberikan dengan pemberian air sedikit agar tepung tidak mengapung pada permukaan air.
b. Pengelolaan kualitas air
  • Prosedur pengelolaan kualitas air sebagai berikut :
  • Sediakan alat pengukuran kualitas air
  • Lakukan pengukuran suhu, pH, DO dan ketinggian air
  • Pergantian air cukup membuka saluran pengeluaran dan mengganti dengan air yang baru
  • Sypon dilakukan dengan menyedot kotoran dengan menggunakan selang
4. Pemanenan
Prosedur pemanenan sebagai berikut :
  • Sediakan alat dan bahan yang dipelukan
  • Angkat pipa paralon atau plastik bergelombang
  • Buka saluran pengeluaran air kemudian biarkan lobster keluar dan terampung pada wadah penampungan
5. Pengemasan
Prosedur pengemasan sebagai berikut :
  • Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  • Sediakan kantong plastik yang di isi air bersih
  • Masukan lobster kedalam kantong yang berisi air
  • Injeksi dengan oksigen
  • Kemudian ikat dengan karet gelang.
6. Pengangkutan
  • Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
  • Menyiapkan wadah styrofoam
  • Masukkan kantong yang sudah berisi lobster kemudia lakukan pemberian es pada sisi styrofoam
  • Pemberian label pada bagian atas styrofoam
  • Pemberian lakban dengan erat kemudian disusun pada mobil pengangkut dan usahakan tumpukan padat sehingga rapat dan menghindari tumpukan jatuh.
1. Sarana Pembesaran Lobster
Sarana pokok, penunjang, maupun sarana pelengkap yang digunakan dalam pengoperasian pembesaran udang lobster harus dirancang sedemikian rupa untuk menjamin keberhasilan produksi maupun keuntungan ekonomis.

a. Sarana Pokok
Sarana pokok meliputi bak pemeliharaan benih, bak kultur pakan, bak penetasan artemia serta bangunan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan pokok pembesaran.

i). Bak Pemeliharaan Benih
Bentuk pemeliharaan lobster sangat bervariasi. Namun bak yang digunakan pada pemeliharaan lobster air tawar di Departemen Perikanan Budidaya menggunakan bak persegi yang didesain dengan baik agar mudah dalam pemanenan dan pengontrolan lobster. Ukuran bak dengan luas 2 m2 dengan tinggi bak 40 cm. Ukuran tersebut sangat ideal karena mudah dalam pengontrolan benih dan induk lobster. Bak pemeliharaan benih terbuat dari semen. Untuk mencegah luapan air bak dan menciptakan kondisi air yang mengalir dibuat lubang saluran pembuangan dibagian dasar bak dengan diameter 2,5 cm. Karena lubang ini berfungsi sebagai pengeluaran air, maka dasarnya dibuat agak rendah untuk memudahkan air dan kotoran keluar saat pembuangan air.

ii). Bak Penetasan Artemia
Bak penetasan artemia terbuat dari wadah pastik dan berbentuk kerucut agar memudahkan dalam pemisahan cangkang dan proses pemanenan. Volume wadah yang digunakan adalah 19 liter yang dilengkapi dengan pipa aerasi dan dihubungkan dengan saluran aerasi yang berasal dari blower.

iii). Pipa Paralon
Fungsi pipa paralon dalam pembesaran lobster air tawar adalah sebagai tempat persembunyian dan sekaligus tempat berlindung dari sengatan cahaya matahari secara langsung. Pipa paralon yang dipakai beragam ukurannya, mulai dari ukuran 2, 3, 5, 9 dan 11 cm tergantung pada ukuran lobster yang dipelihara. Pipa paralon kemudian diletakan pada dasar bak pemeliharan secara horizontal. Jumlah pipa paralon yang dimasukan dalam bak sebagai tempat berlindung adalah 1:1, dimana satu pipa paralon hanya ditempati oleh satu lobster. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar lobster mendapatkan tempat berlindung secara merata untuk menghindari lobster berebut tempat berlindung. Hal ini sesuai dengan sifat lobster yang nocturnal, sehingga cenderung akan mencari tempat yang gelap dan tempat perlindungan. Penggunaan pipa parelon dan plastic bergelombang untuk memenuhi sifat lobster. Paralon yang digunakan memiliki diameter 5 cm untuk lobster dengan ukuran 5-8 cm, sedangkan lobster dengan ukuran 10–15 cm menggunakan paralon berukuran 10 cm dan lobster berukuran lebih dari 15 cm menggunakan paralon berukuran diameter 12,5 cm.

Selain penggunaaan pipa paralon, digunakan pula plastik bergelombang yang sudah dipotong – potong dengan ukuran 20 cm x 10 cm. Plastik bergelombang ini digunakan pada benih lobster ukuran 2 inchi.

b. Sarana Penunjang
Sarana penunjang terdiri dari bak penampungan air, instalasi aerasi atau blower dan peralatan pendukung lainnya.

i). Bak Penampungan Air
Bak ini digunakan untuk menyalurkan air tawar bersih ke bak atau sarana yang memerlukan air bersih. Bak yang ada dinamakan bak tandon yang berfungsi sebagai tempat menampung air bersih untuk disalurkan ke bak pemeliharaan lobster.

ii). Aerator
Aerator sangat diperlukan oleh kehidupan lobster air tawar karena sebagai suplai oksigen. Jumlah aerator yang dipasang pada bak pemeliharaan lobster sebanyak 1 buah yang dihidupkan secara kontinyu dan pemasangannya adalah pada setiap saluran pipa yang disambungkan pada blower.

c. Sarana Pendukung
Sarana ini dapat berupa alat ukur kualitas air yang digunakan untuk mengukur kualitas air pada saat pemeliharaan, seperti DO meter, pH meter/paper, dan Thermometer. Alat tersebut sangat penting untuk mengetahui nilai kualitas air pemeliharaan lobster secara harian. Selain itu peralatan pendukung untuk pemeliharaan lobster air tawar yang disiapkan antara lain selang untuk mengganti air pemeliharaan, ember, seser, dan water heater.

2. Sumber Air
Sumber air yang digunakan dalam pemeliharan lobster adalah air tawar bersih.  Air yang digunakan tersebut tidak langsung digunakan namun terlebih dahulu diendapkan agar suhu tidak terlalu tinggi karena air yang ada di bak tandon biasanya berasal dari penampung pertama yang terbuat dari plastik sehingga sangat tinggi untuk menyerap panas.

Air yang ada di tampung pada tower penampungan air dan kemudian dialirkan kedalam bak tandon yang ada didalam hatchery.

3. Teknik Budidaya
a. Persiapan Wadah dan Media
i. Persiapan Bak dan Pengaturan Aerasi
Persiapan bak dimulai dengan membersihkan bak dari lumut dan kotoran yang menempel pada bak dengan menyikat seluruh permukaan bagian dalam bak hingga bersih, kemudian dibilas menggunakan air bersih. Apabila air media sudah siap, maka bak dapat langsung diisi dengan air, namun apabila air media belum siap untuk digunakan, maka bak harus dibiarkan terlebih dahulu sambil menunggu air siap.

Sebelum air dimasukkan, maka dilakukan pemasangan pipa paralon 2,5 inci pada lubang pengeluaran air yang terletak dibagian pinggir bak dengan tujuan agar air di dalam bak pemeliharaan tidak keluar dan berkurang. Pemasangan pipa paralon dilakukan secara vertical.

i. Persiapan Air Media
Untuk mempersiapkan media pemeliharaan sangat diperlukan air yang bersih dan berasal dari sumber yang telah dikelola sedemikian rupa sehingga layak untuk pemeliharaan lobster air tawar. Untuk memudahkan penyediaan air di Departemen Perikanan Budidaya, maka diperlukan pompa untuk mengisi air di dalam bak pemeliharan dengan ketinggian air di bak pemeliharaan 15-20 cm. Enceng gondok diketahui efektif digunakan sebagai tempat persembunyian udang, akan tetapi untuk pemberian tanaman air (enceng gondok) tidak dilakukan karena dalam waktu yang tidak lama enceng gondok tersebut dapat membusuk sehingga akan mengeluarkan kotoran/amoniak yang dapat mengganggu kualitas air pembesaran lobster. Sebagai pengganti enceng gondok, Departemen Perikanan Budidaya memakai plastik bergelombang dan pipa paralon sebagai persembunyian dan tempat berteduhnya lobster tersebut.

b. Penebaran Benih
Sebelum dilakukan penebaran sebaiknya dilakukan pengukuran kualitas air. Kualitas air yang berbeda dapat menyebabkan lobster stress dan bahkan berlanjut pada kematian. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih yang ditebar. harus memenuhi karakteristik benih yang akan ditebar, seperti:
  • tidak cacat fisik,
  • benih harus sehat, dan
  • memiliki ukuran yang seragam untuk menghindari kanibalisme.
Oleh karena itu sebelum benih lobster ditebar, terlebih dahulu dilakukan seleksi benih untuk mengetahui panjang dan berat benih. Selain itu cara seleksi yang lain adalah dengan memisahkan benih yang sehat dan yang sakit. Lobster dalam kondisi sehat dapat terlihat dari gerakannya yang aktif dan tidak berdiam diri. Tingkat pertumbuhan yang normal dan memiliki nafsu makan yang tinggi juga merupakan salah satu tanda bahwa lobster dalam keadaan sehat. Nafsu makan lobster yang tinggi dapat mendukung kecepatan pertumbuhan lobster sehingga diharapkan pula lobster memiliki kondisi fisik yang kuat dan lobster tidak mudah sakit atau stress. Untuk mengetahui nafsu makan lobster air tawar dapat dites dengan memberikan cacing merah. Bila cacing langsung dimakan maka nafsu makan lobster tersebut tinggi, atau dapat pula dengan mengamati kondisi tubuhnya yang padat dan kuat. Bentuk tubuh yang sama dan seimbang, dilihat dari kondisi kedua capit sama besar dan tidak cacat merupakan ciri lain lobster sehat. Kemudian dipisahkan juga berdasarkan umur dan ukuran lobster yang akan di tebar.

Agar benih yang akan ditebar tidak mengalami stress maka diperlukan aklimatisasi. Tujuan aklimatisasi tersebut adalah untuk menyamakan suhu antara air media pemeliharaan dengan media asal benih lobster.

Menurut Patasik, (2004) dalam penebaran benih perlu dilakukan aklimatisasi agar benih tidak stress akibat perbedaan lingkungan yang sangat mencolok.

Penebaran benih dilakukan dengan memasukkan benih yang telah terseleksi ke dalam wadah pemeliharaan yang baru. Menurut Patasik, (2004) penebaran benih udang lobster dilakukan dengan menebar benih secara merata keseluruh bagian wadah pemeliharaan.

Setelah penebaran benih maka perlu dilakukan pengamatan terhadap benih yang ditebar untuk mengetahui tingkat penyesuaian benih lobster akan lingkungan yang baru. Dari hasil pengamatan, benih yang sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya ditandai dengan lobster berenang menyebar. Padat penebaran lobster perbak pada lampiran 3.

3. Pemeliharaan Benih
a. Pemberian Pakan
Pemberian pakan untuk lobster berbeda-beda berdasarkan umur lobster yang dipelihara. Benih ditebar dapat diberikan pakan berupa pakan alami (Daphnia sp dan Tubifex sp) atau apabila tidak tersedia pakan alami, maka diberikan tepung yang dicampur dengan vitamin dengan perbandingan (1:1). Sebelum diberikan campuran tepung dan vitamin diberikan sedikit air dengan tujuan agar tepung yang akan diberikan tidak terapung diatas permukaan air. Dosis pemberian diberikan secukupnya dengan frekuensi 2 x sehari pada pukul 09.00 WIB dan 16.00 WIB. Namun, untuk benih yang berumur ± 2 bulan diberikan pellet D2 dengan pemberian secara ad–labitum dengan frekuensi dan waktu yang sama dengan pemberian pakan pada benih yang baru menetas.

Menurut Hartono et.al., (2006) jumlah pakan yang diberikan pada 10 hari pertama sejak tebar sebanyak 100 gr/hari/m2. Jumlah pakan tersebut harus ditambah setiap sepuluh hari berikutnya sebanyak 50 gr.

Di Departemen Perikan Budidaya pemberian pakan dilakukan dengan ad-libhitum tidak dapat menghitung kebutuhan pakan yang diperlukan selama pembesaran.

Ukuran pakan buatan juga bermacam-macam, seperti DO umumnya untuk lobster ukuran benih, D1 (1-2 bulan), D2 (3-4 bulan), D3 dan D4 (lebih dari 5 bulan ).

Diketahui dalam budidaya biaya operasional yang paling besar adalah biaya pembelian pakan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut maka diberikan pakan tambahan yang diberikan pada lobster berupa cacahan halus keong mas. Pemberian keong mas pada lobster bertujuan untuk mempercepat kematangan gonad. Cara pemberian tubifek dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum diberikan pada benih dan keong mas diberikan dalam bentuk cacahan.

Lobster mempunyai sifat nocturnal. Oleh karena itu kebutuhan pakan pada malam hari lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan pakan pada pagi hari. Untuk mengetahui jumlah pakan yang dimakan oleh lobster maka pada pagi hari dilakukan pengecekan habis tidaknya pakan yang diberikan pada sore hari. Jika terlihat pakan habis pada pagi hari maka dilakukan penambahan jumlah pakan untuk mencukupi nafsu makan lobster yang meningkat.

b. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air sangat penting dalam pembesaran untuk menjaga kualitas lobster yang dipelihara. Kegiatan berupa pengukuran kualitas air (pengukuran suhu, pH, ketinggian air, DO) dan pergantian air bertujuan agar kualitas air pemeliharaan tetap terpelihara.

Pengukuran kualitas air berupa pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer batang yang dicelupkan kedalam air pemeliharaan. Nilai ditunjukan pada skala yang terdapat di thermometer berupa nilai suhu pada media pemeliharaan. Suhu lobster pada pagi 26oC -27oC sedangkan pada sore hari suhu air mengalami peningkatan dengan kisaran antara 28oC-29oC. Peningkatan suhu pada sore hari diakibatkan adanya perbedaan terik pada siang dan sore hari yang mempengaruhi suhu pada media pemeliharaan. Suhu akan berubah apabila terjadi pergantian air secara total. Air yang berada pada penampungan mempunyai suhu yang tinggi berkisar antara 29. o C–30 o C.

Fluktuasi suhu dapat menyebabkan lobster menjadi stress. Pada saat pemeliharaan, tidak terjadi fluktuasi suhu sehingga lobster tidak ada yang mengalami stress.

Kadar keasaman (pH) lobster di ukur dengan menggunakan alat pengukur digital sehingga hasil pengukuran pH sangat akurat dibandingkan pengukuran dengan menggunakan kertas lakmus. Sebelum digunakan pH meter dikalibrasikan terlebih dahulu dengan pH 7 setelah itu elektrodanya dicelupkan kedalam media pemeliharaan. Alat tersebut akan menunjukan nilai pH air pemeliharaan pada layer monitor.

Nilai dibawah 7 menunjukan perairan tersebut bersifat asam dan apabila nilai yang ditunjukan di atas 7 maka air bersifat basa. Nilai pH yang diukur pada saat pemeliharaan berkisar antara 6-7 nilai tersebut menunjukan pH perairan masih tergolong normal.

Jumlah oksigen yang ada dalam suatu perairan dikenal dengan DO. DO dapat diukur dengan menggunakan digital DO meter sehingga nilai yang ditunjukan cukup akurat. Cara kerjanya cukup memasukan bagian elektroda ke dalam perairan kemudian dalam hitungan detik nilai oksigen yang terlarut dalam perairan dapat ditunjukan.

DO pada saat pemeliharaan lobster menunjukan nilai yang stabil, berkisar antara 3,00 – 5,00 ppm. Nilai yang ditunjukan tersebut diperoleh dari suplaian oksigen oleh aerator yang dipasang di bak pemeliharaan. Selain pengukuran kadar oksigen, juga dilakukan pengukuran ketinggian air pada saat pemeliharaan lobster. Ketinggian air tetap dipertahankan berkisar antara 15 -20 cm dengan cara melakukan pengisian air pada ketinggian tersebut diharapkan lobster dapat bertahan hidup dengan tekan aerator yang kuat. Berdasarkan pengalaman, pada saat aerator mati ketinggian air mencapai 20 cm, dapat menyebabkan lobster mati karena selain tidak ada suplai oksigen ketinggian air juga sangat tinggi oleh sehingga lobster tidak mampu mengambil oksigen dari udara untuk bernapas.

Selain pengukuran kualitas air, kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan kualitas air adalah penyedotan dan pengurasan atau pergantian air pemeliharaan. Menyedot kotoran berupa sisa pakan dan faces sangat perlu karena apabila terjadi penumpukan pada dasar bak pemeliharaan dapat menyebabkan timbulnya amoniak yang berbahaya bagi lobster. Penyedotan kotoran yang berada di dasar bak dilakukan dengan mengunakan selang kemudian kotoran akan tertarik oleh sedotan selang yang dikenal dengan istilah sypon. Sypon dilakukan jika keadaan kotoran dan faces di dasar telah terlihat menumpuk karena akan berbahaya bagi lobster. Sebaiknya penyiponan dilakukan 2 kali sehari. 

Apabila warna air sudah menunjukan tidak layak untuk kehidupan lobster (keruh) akibat penumpukan sisa pakan dan faces, sebaiknya dilakukan pengurasan air secara total untuk membersihkan sisa pakan. Cara pengurasan adalah dengan membuka pipa pengeluaran dan cukup mengangkat pipa/plastik bergelombang kemudian lobster yang berada dalam bak di ambil dan ditampung pada bak yang lain. Setelah itu bak dapat di semprot dengan aliran air dan menyikat dasar bak, plastik bergelombang dan pipa tempat persembunyian benih juga dibersihkan dengan cara menyikat atau membersihkan dengan air bersih. Setelah yakin sudah bersih, maka bak diisi kembali dengan air sampai ketinggian 20 cm dan masukan pipa/plastik bergelombang dan lobster dapat di masukan kembali pada bak.

c. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Selama praktikum penyusun tidak menemukan adanya penyakit yang menyerang benih lobster air tawar. Akan tetapi perlu diwaspadai adanya serangan penyakit. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah dengan membersihkan lingkungan bak 2 kali, sehari dilakukan pergantian air secara total dan menyipon sisa-sisa pakan serta feces yang ada di dalam bak. Adanya sisa pakan berupa Tubifek sp,menjadi salah satu factor timbulnya penyakit karena banyak mengandung lumpur yang membawa bibit penyakit

Pencegahan hama berupa burung, ular dan kucing tidak dilakukan pada saat pemeliharaan kerenan usaha pemebesaran lobster dilakukan dengan sistem indoor sehingga hama tersebut tidak dapat memangsa lobster secara langsung.

d. Sampling
Sampling dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan lobster yang dipelihara. Dalam pengambilan sample sebaiknya dilakukan secara acak agar hasil tersebut akurat. Sampling ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan panjang tubuh lobster secara berkala baik pada benih berumur 1 minggu hingga pada lobster ukuran benih. Selain itu, sampling juga dilakukan untuk mengetahui petambahan berat tubuh udang lobster dengan menimbang dan merata-ratakan hasil penimbangan pertambahan panjang dan berat lobster. 

4. Pemanenan
Pemanenan lobster air tawar dilakukan pada benih ukuran 1-2 inci yang dibeli oleh konsumen. Waktu pemanenan tergantung pada permintaan konsumen yang datang. Cara pemanenan cukup sederhana yaitu dengan membuka pipa saluran pengeluaran air dan lobster yang keluar ditampung pada baskom .

5. Pengemasan
Pengemasan benih lobster air tawar dilakukan dengan dua cara, yaitu cara basah dan kering. Pengemasan basah dilakukan dengan memasukkan lobster yang telah terpilih ke dalam plastik atau kotak styrofoam dengan kepadatan menyesuaikan ukuran dan jarak perjalanan. Plastik digunakan untuk pengemasan dalam jumlah sedikit sedangkan kotak styrofoam digunakan untuk mengemas lobster dengan jumlah banyak. Pada dasarnya pengemasan basah sama dengan pengemasan ikan hias, namun pada lobster air tawar plastik yang digunakan harus lebih tebal atau digunakan 2 lapis untuk menghindari kebocoran akibat capitan lobster. Dengan ukuran plastik (60×40) cm

Pengemasan basah lobster dilakukan dengan dimasukan kedalam kantong plastik yang sudah berisi air sebanyak 100 ekor tergantung ukuran plastik packing. Kemudian tambahkan pada kantong oksigen dengan cara diinjeksi kemudian kantong diikat dengan mengunakan karet gelang. Sedangkan pengemasan kering umumnya digunakan pada transportasi jarak jauh/eksport yang menggunakan jasa cargo untuk mengurangi biaya pengiriman yang berpengaruh juga kepada efisiensi tempat dan berat paket. Pada pengemasan kering lobster air tawar dimasukkan ke dalam kotak plastik/mika yang sudah dibolongi tepiannya terlebih dahulu. Lobster diletakkan berjajar dengan kepadatan disesuaikan ukuran wadah dan benih lobster, dasar wadah pengemasan diberi busa filter atau kertas koran yang telah dibasahi untuk melembabkan wadah pengemasan sehingga lobster dapat bertahan hidup.

Jarak dapat menetukan cara penanganan pada saat packing. Di Departemen Perikanan Budidaya umumnya pembeli datang langsung ke hatchery karena jarak antara tempat pembeli dengan lokasi hatchery tidak terlalu jauh, sehingga packing jarak jauh belum pernah dilakukan. Jumlah lobster dalam plastik packing tidak ada patokan karena tergantung ukuran plastik packing.



Referensi
  1. Cholik, F., A.G Jagatraya, R.P Poernomo, dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur. MPN dan TAAT. Jakarta 415 hal
  2. Ditjen PK2P. 2004. Direktori Ikan Hias. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta 150 hal
  3. Lukito, A. dan S. Prayogo. 2002. Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta 291 hal
  4. Saparinto, C., 2010. Usaha Ikan Konsumsi. Penebar Swadaya. Jakarta 171 hal
  5. Setiawan, C., 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta 88 hal
  6. Sukmajaya, Y. dan I. Suharjo. 2003. Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta 56 hal
  7. Wijayanto, R.H. dan R. Hartono. 2003. Merawat Lobster Hias di Akuarium. Penebar Swadaya. Jakarta 63 hal



1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus