Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu udang air tawar yang saat ini produksinya atau ketersediaan stok di alam semakin menurun karena tingkat penangkapan yang meningkat sehingga perlu dijaga kelestariannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa aspek biologi dan strategi pengelolaan sumberdaya Lobster air tawar di Perairan Rawa Pening Kabupaten Semarang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan metode sensus sampling. Data primer meliputi panjang berat lobster, tingkat kematangan gonad, dan fekunditas untuk mengetahui aspek biologi lobster air t awar. Hasil penelitian didapatkan jumlah sampel panjang berat sebanyak 20 ekor dengan kisaran panjang 65 mm - 180 mm dan modus 113 mm - 128 mm sebanyak 19 ekor dan berat 10 gram – 90,3 gram, ukuran pertama kali lobster tertangkap (L 50%) adalah 94,2 mm dan ukuran pertama kali lobster matang gonad (Lm 50%) adalah 93,7 mm. Nilai Lm 50% < Lc 50% dan Lc 50% <1/2 L∞. Sifat pertumbuhannya adalah allometrik negatif dengan nilai Kn adalah 1,125. Jumlah sampel TKG betina sebanyak 10 didominasi oleh TKG II dan TKG IV. Nilai indeks kematangan gonad terendah pada lobster betina adalah 0,91 % dan nilai IKG tertinggi adalah 4,21 %. Pengelolaan lobster air tawar di Perairan Rawa Pening Kabupaten Semarang adalah dilakukan dengan cara jika terdapat lobster yang belum layak t angkap terperangkap, maka sebaiknya dilepaskan kembali ke perairan.
Keberadaan lobster air tawar di Indonesia belum banyak dikenal di kalangan masyarakat. Bahkan sebagian masyarakat ada yang beranggapan bahwa lobster jenis ini hanya dapat diperoleh dari hasil tangkapan di laut dan belum dapat dibudidayakan. Padahal kenyataannya lobster jenis ini sudah dapat dibudidayakan. Lobster air tawar sebenarnya sudah lama dibudidayakan di habitat aslinya yaitu Queensland, Australia dan Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia baru dirintis mulai tahun 1991 itu pun masih terbatas dilakukan oleh beberapa peternak, karena adanya kendala keterbatasan jumlah induk yang tersedia di pasaran dalam negeri pada saat itu. Sebab indukan harus didatangkan dari Australia. Sekarang ini lobster air tawar jenis Redclaw tersebar di Indonesia dan banyak dijumpai di danau, rawa ataupun di sungai. Contohnya di danau Rawa Pening terdapat sumberdaya perikanan tak terkecuali lobster air tawar dan lain-lain.
Lobster air tawar merupakan jenis udang lobster yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dijumpai di Indonesia. Di Rawa Pening terdapat sumber daya ikan yang cukup melimpah salah satunya adalah lobster air tawar jenis konsumsi (Redclaw). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa lobster air tawar (Redclaw) merupakan salah satu udang air tawar yang saat ini produksinya atau ketersediaan stok di alam semakin menurun. Menurut seorang nelayan penangkap lobster air tawar, jumlah lobster yang ada di Rawa Pening semakin menurun dari tahun ke tahun. Dikarenakan tingkat penangkapan yang meningkat, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian sumber daya Redclaw ialah dengan pemanfaatan yang rasional. Sebagai salah satu acuan dalam pengelolaan sumber daya lobster air tawar maka diperlukan pengkajian terhadap aspek biologi lobster air tawar. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pendekatan yang akan ditempuh adalah dengan melakukan penelitian mengenai aspek biologi lobster air tawar yang ada di perairan Rawa Pening. Aspek biologi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi hubungan panjang-berat, faktor kondisi, ukuran pertama kali lobster tertangkap (L 50%), Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), ukuran pertama kali saat lobster matang gonad (Lm 50%), dan fekunditas. Setelah data diperoleh dan dianalisis, maka didapatkan suatu informasi atau kesimpulan yang dapat digunakan untuk merancang suatu konsep pengelolaan sumberdaya lobster air tawar.
Saat budidayatani berkunjung ke ruang pamer milik Hondo Wiyanto di bilangan Prawirotaman, Yogyakarta, tampak deretan akuarium berisi yabby. Akuarium itu ditempatkan di belakang rumah tepat di samping ruang kerja Hondo. Yabby yang diternak adalah jenis Cherax quandricarinatus. Red claw hummer sebutan di Australia itu terlihat didominasi oleh wama biru langit. Bintik-bintik putih menyelimuti sekujur tubuh. Sepintas sosoknya mirip udang galah, tapi karapas kepala agak besar. jenis lobster air tawar Red claw dari Queensland, Australia, itu menempati akuarium berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm. Setiap akuarium dilengkapi selang aerator, potongan pipa T, dan batu bata berlubang untuk persembunyian tatkala udang berganti kulit. Pembesaran calon induk menempati kolam seluas 2,5 m x 2,5 m. Tepi kolam dilapisi kaca untuk menghindari yabby kabur.
Menurut ayah dari 3 putra itu, bibit Cherax diperoleh dari seorang penangkar di J1 Gajah Mada, Yogyakarta. Ia membeli 5 ekor yabby (1 jantan dan 4 betina) berumur setahun pada 2001. Ujung capit jantan merah, itu tidak ditemui pada betina. “Saat ini total ada sekitar 500 ekor dari beragam ukuran mulai burayak hingga panjang 5—8 cm,” ucap pemilik galeri barang antik HM Antiques itu.
Setiap betina rata-rata menghasilkan 75—80 telur sekali pijah. Jumlah itu meningkat sejalan pertambahan umur. Pada umur 2 tahun produksi meningkat 300—400 telur. Bahkan di Negeri Kanguru dapat diperoleh 1.400 telur. Di habitat aslinya lobster yang dijumpai di Papua itu mencapai panjang 35 cm dan berbobot 1,5 kg. Rekor di akuarium yang tercatat di Jerman mencapai panjang 20 cm.
Di alam, masa kawin hewan berjuluk crayfish itu terjadi 2 kali setahun yakni September dan April. Crayfish menyukai lingkungan bersuhu 20—24°C, pH 7—8, dan kesadahan 10—20°. Akuarium agak gelap pun digemari oleh anggota keluarga Crustaceae yang bersifat omnivora. Meki demikian di tempat Hondo, yabby diberi pelet udang windu.
Keberadaan lobster air tawar di Indonesia belum banyak dikenal di kalangan masyarakat. Bahkan sebagian masyarakat ada yang beranggapan bahwa lobster jenis ini hanya dapat diperoleh dari hasil tangkapan di laut dan belum dapat dibudidayakan. Padahal kenyataannya lobster jenis ini sudah dapat dibudidayakan. Lobster air tawar sebenarnya sudah lama dibudidayakan di habitat aslinya yaitu Queensland, Australia dan Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia baru dirintis mulai tahun 1991 itu pun masih terbatas dilakukan oleh beberapa peternak, karena adanya kendala keterbatasan jumlah induk yang tersedia di pasaran dalam negeri pada saat itu. Sebab indukan harus didatangkan dari Australia. Sekarang ini lobster air tawar jenis Redclaw tersebar di Indonesia dan banyak dijumpai di danau, rawa ataupun di sungai. Contohnya di danau Rawa Pening terdapat sumberdaya perikanan tak terkecuali lobster air tawar dan lain-lain.
Lobster air tawar merupakan jenis udang lobster yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dijumpai di Indonesia. Di Rawa Pening terdapat sumber daya ikan yang cukup melimpah salah satunya adalah lobster air tawar jenis konsumsi (Redclaw). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa lobster air tawar (Redclaw) merupakan salah satu udang air tawar yang saat ini produksinya atau ketersediaan stok di alam semakin menurun. Menurut seorang nelayan penangkap lobster air tawar, jumlah lobster yang ada di Rawa Pening semakin menurun dari tahun ke tahun. Dikarenakan tingkat penangkapan yang meningkat, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian sumber daya Redclaw ialah dengan pemanfaatan yang rasional. Sebagai salah satu acuan dalam pengelolaan sumber daya lobster air tawar maka diperlukan pengkajian terhadap aspek biologi lobster air tawar. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pendekatan yang akan ditempuh adalah dengan melakukan penelitian mengenai aspek biologi lobster air tawar yang ada di perairan Rawa Pening. Aspek biologi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi hubungan panjang-berat, faktor kondisi, ukuran pertama kali lobster tertangkap (L 50%), Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), ukuran pertama kali saat lobster matang gonad (Lm 50%), dan fekunditas. Setelah data diperoleh dan dianalisis, maka didapatkan suatu informasi atau kesimpulan yang dapat digunakan untuk merancang suatu konsep pengelolaan sumberdaya lobster air tawar.
Saat budidayatani berkunjung ke ruang pamer milik Hondo Wiyanto di bilangan Prawirotaman, Yogyakarta, tampak deretan akuarium berisi yabby. Akuarium itu ditempatkan di belakang rumah tepat di samping ruang kerja Hondo. Yabby yang diternak adalah jenis Cherax quandricarinatus. Red claw hummer sebutan di Australia itu terlihat didominasi oleh wama biru langit. Bintik-bintik putih menyelimuti sekujur tubuh. Sepintas sosoknya mirip udang galah, tapi karapas kepala agak besar. jenis lobster air tawar Red claw dari Queensland, Australia, itu menempati akuarium berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm. Setiap akuarium dilengkapi selang aerator, potongan pipa T, dan batu bata berlubang untuk persembunyian tatkala udang berganti kulit. Pembesaran calon induk menempati kolam seluas 2,5 m x 2,5 m. Tepi kolam dilapisi kaca untuk menghindari yabby kabur.
Menurut ayah dari 3 putra itu, bibit Cherax diperoleh dari seorang penangkar di J1 Gajah Mada, Yogyakarta. Ia membeli 5 ekor yabby (1 jantan dan 4 betina) berumur setahun pada 2001. Ujung capit jantan merah, itu tidak ditemui pada betina. “Saat ini total ada sekitar 500 ekor dari beragam ukuran mulai burayak hingga panjang 5—8 cm,” ucap pemilik galeri barang antik HM Antiques itu.
Setiap betina rata-rata menghasilkan 75—80 telur sekali pijah. Jumlah itu meningkat sejalan pertambahan umur. Pada umur 2 tahun produksi meningkat 300—400 telur. Bahkan di Negeri Kanguru dapat diperoleh 1.400 telur. Di habitat aslinya lobster yang dijumpai di Papua itu mencapai panjang 35 cm dan berbobot 1,5 kg. Rekor di akuarium yang tercatat di Jerman mencapai panjang 20 cm.
Di alam, masa kawin hewan berjuluk crayfish itu terjadi 2 kali setahun yakni September dan April. Crayfish menyukai lingkungan bersuhu 20—24°C, pH 7—8, dan kesadahan 10—20°. Akuarium agak gelap pun digemari oleh anggota keluarga Crustaceae yang bersifat omnivora. Meki demikian di tempat Hondo, yabby diberi pelet udang windu.
Cherax quandricarinatus yang jantan bergurat merah diujung capit
Referensi:
- ............., 2019' http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra/article/download
- ............., 2017; https://www.researchgate.net/publication/Cherax_quadricarinatus
- ............., 2017; https://www.neliti.com/id/publications/beberapa aspek biologi lobster air tawar cherax quadricarinatus
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
add Whatshapp : +85515373217 x-)