Rabu, 30 September 2020

Lobster Air Tawar - Hama dan Penyakit

Salahsatu anggota dari Crustacea, yaitu Lobster Air Tawar sangat menarik untuk dibudidayakan. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan pasar serta harga yang mahal. Selain itu, permintaan terhadap lobster juga cukup tinggi di pasar ekspor, seperti ke Asia, Eropa, dan Amerika. Upaya pembudidayaan lobster menjadi sangat penting, karena semakin menurunnya pasokan hasil tangkapan lobster di perairan laut.

Sayangnya, meski permintaan terhadap lobster sangat tinggi dipasaran namun pembudidaya lobster sering mengalami kegagalan karena tingginya mortalitas yang disebabkan oleh infeksi penyakit. Umumnya, penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri, rickettsia-like bakteri, parasit, jamur dan virus.

Jenis bakteri yang sering menjadi patogen contohnya adalah Pseudomonas aeruginosa, dan Vibrio parahaemolyticus. Rickettsia-like Bacteria (RLB) merupakan penyebab penyakit Milky Hemolymph Disease of Spiny Lobsters (MHD-SL). Selain itu, bakteri Rickettsia-like Bacteria (RLB) juga menyebabkan mortalitas yang tinggi pada Panulirus spp.

Serangan penyakit MHD-SL pada budidaya lobster diketahui dapat menyebabkan kerugian ekonomi dalam skala besar. Timbulnya berbagai penyakit yang merugikan pembudidaya lobster ini menjadikan pentingnya mengetahui berbagai hal tentang penyakit pada lobster.

Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Pasalnya, penyakit yang sebelumnya menyerang ikan air tawar, serangan juga ikut - ikutan menyerang lobster.

Sebagai pemelihara dan juga pembudidaya jangan sampai hanya berpangku tangan melihat jenis penyakit yang menyerang ikan kita. Dari sinilah kita harus lebih jeli terhadap perubahan fisik lobster sekecil apapun, karena jika dibiarkan begitu saja jika penyakit ini menular akan lebih berbahaya.

Beberapa jenis penyakit lobster air tawar yang sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian adalah sebagai berikut.

Penyakit Lobster Air Tawar
Penyakit Lobster Saprolegnia dan achyla, kedua patogen ini menyerang jaringan luar lobster yang lukan dan menyerang telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster sehingga telur akan mati dan tidak menetas.

Tanda atau ciri - ciri lobster terserang penyakit adalah pada tubuhnya di tumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas.

Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya mati. Cara mengatasi saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster Cara lain adalah dengan mengolesi lobster menggunakan kalium permanganat 10 ppm.

Penyakit Lobster Cacing jangkar
Cacing lernea cyprinacea dan lernea carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lendir yang memanjang.

Akibatnya, lobster kekurangan darah, kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat di atasi dengan merendam lobster yang terinfeksi kedalam larutan garam selama 10-20 menit.

Penyakit Lobster Air Tawar Argulus foliaceus 



Serangan predator argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik merah pada tubuh.
Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah.
Racun yang melukai kulit bisa mengandung infeksi saprolegnia yang semakin menambah penderitaan lobster.

Penyakit ini bisa di atasi dengan merendam lobster dalam 1 militer lyson yang di larutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah itu, rendam lobster kedalam sodium permanganat sebanyak 1 gram yang dilarutkan kedalam 100 liter air selama 1,5 jam.

Pemberian neguvon, masoten, dan lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium puncak karena ketiganya bersifat racun yang justru bisa membahayakan lobster.

Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung laut, dan kucing juga harus diwaspadai.

Teknik Pencegahan Penyakit Lobster Air Tawar 
Untuk hal ini bagi para pengembang lonster, baik bagi pemula maupun yang sudah lama beternak, bukan keuntungan saja yang menjadi tujuan, melainkan risiko kerugian yang harus dipikirkan, ada beberapa hal yang dapat menjadi ancaman bagi seluruh peternak lobster air tawar.


Serangan Cendawan ( Saprolegnia sp dan Achyla )

Untuk pertama yakni serangan kedua cendawan ini akan menyerang lobster yang terluka dan juga menyerang telur-telur lobster. Cendawan ini dapat menghambat pernapasan sehingga telur mati dan tidak menetas.

Dan adapun pada lobster dewasa sendiri ditandai dengan tumbuhnya sekumpulan benang halus seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan menurun, stamina memburuk dan akhirnya lobster akan mati.

Jika lobster terlanjur terinfeksi, hal yang harus dilakukan ialah merendam lobster-lobster yang terinfeksi dalam larutan malachite green 2-3 ppm selama 30-60 menit. Adapun cara lain ialah dengan mengolesi bagian yang terserang dengan PK “Kalsium Permanganat” 10 ppm.

Jika cendawan itu menyerang telur, hal ini dapat ditangani dengan merendam tanaman air dalam bak penampungan. Tumbuhan seperti eceng gondok dan ijuk dalam larutan malachite green 2 ppm selama 30-60 menit. Semua teknik itu dapat diulangi 2-3 kali dengan selang 3 hari.

Cacing Jangkar ( Lemea Cyprinacea Dan Lemea Carassli”
Kedua yakni cacing jangkar yang dimana dapat menembus tubuh lobster dengan menggunakan kaitnya yang menyerupai jangkar. Lobster yang terserang cacing ini tampak bersungut di bagian insang dan akibatnya akan kekurangan darah kehilangan bobot tubuhnya dan akhirnya mati.

Cacing jangkar dapat dibasmi dengan merendam lobster-lobster yang terinfeksi dengan air garam sebanyak 20 g dilarutkan dalam 1 liter air selama 10-20 menit.
Serangan Argulus Fallaceos

Yang ketiga serangan dari predator argulus pada lobster di tandai dengan adanya bintik merah pada tubuh lobster. Racun Argulus fallaceos menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang melukai lobster dapat menyebabkan infeksi.

Dan untuk mengatasinya rendam lobster-lobster yang terinfeksi dalam 1 ml lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Selanjutnya dalam PK 1 g dilarutkan dalam 1000 liter air selama 1,5 jam.
Gagal Moulting “Ganti Kulit”

Dan yang keempat pada saat lobster akan mengalami pertumbuhan, biasanya diawali dengan proses moulting. Namun pada saat moulting mengalami kegagalan/lobster akan mati seketika karena tidak bisa melepas kulit awalnya yang terlalu keras. Lobser yang memaksakan diri ganti kulit, insangnya akan terlepas sehingga menyebabkan kematian.

Untuk penyebab gagal moulting diduga dari pellet, tepung tulung pada pellet menyebabkan asupan kalsium dalam tubuh lobster meningkat dan akibatnya kulit menjadi keras dan proses moulting menjadi terhambat.

Dan salah satu usaha untuk mempercepat proses moulting ialah dengan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, terutama sebelum dan sesudah moulting karena pada saat moulting lobster membutuhkan pasokan oksigen yang lebih banyak.

Ekor Melepuh
Dan yang kelima yakni ekor melepuh, yang dimana penyakit ini ekor melepuh disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri ini masuk melalui ekor yang sering menyentuh dasar kolam. Dan selanjutnya bakteri ini menembus sistem kekebalan tubuh loster dan membuat darah keluar melalui pori-pori. Akibatnya ekor lobster dipenuhi bisul yang berisi nanah.

Bakteri aeromonas muncul setiap saat jika kondisi lingkungan jelek, misalnya sisa pakan yang menumpuk di dasar kolam yang menyebabkan kadar amonia yang meningkat. Kondisi ini sangat disukai bakteri aeromonas.

Ekor pada lobster merupakan bagian yang paling sensitif, sangat berbahaya jika ada penyakit ekor melepuh pada lobster. Jika tidak segera diobati maka akan dapat menyebabkan kematian massal. Untuk cara mencegah penyakit ekor melepuh salah satunya dengan manajemen pakan. Penyakit ekor melepuh kebanyakan diakibatkan dari pemberian pakan yang berlebihan, idealnya pemberian pakan ialah 3-4% bobot tubuh lobster supaya pakan tidak tersisa.

Jika penyakit ekor melepuh terlanjur menginfeksi lobster, segera karantina lobster yang terinfeksi dalam larutan Oxytetracyclin dengan dosis 10 mg per liter selama seminggu atau dengan cara lain yakni merendam lobster dalam desirifektan larutan 2QJng. PK dalam 1 liter air selama 30-60 menit dan cara lain yakni dengan memotong ekor yang melepuh dan mengolesinya dengan obat antiseptic kemudian dikarantina dalam lijuahum berisi larutan methylen blue 5 tetes ke dalam liter air.

Jenis Penyakit Pada Lobster Air Tawar
A. White Spot Disease (WSD)
Penyakit White Spot Disease atau White Spot Syndrome Virus (WSSV) dapat menyerang udang budidaya pada setiap fase hidup dari udang Vaname. Serangan penyakit ini dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh, ukuran benih yang tidak seragam, pertumbuhan yang lambat, hingga mortalitas.

White Spot Syndrome Virus merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi udang vaname. Serangan penyakit ini salah satu cirinya adalah adanya bintik atau spot putih pada bagian karapas, tetapi pada induk udang warnanya menjadi merah. Setelah terserang penyakit ini, udang dapat mengalami kematian dalam waktu singkat.

Apabila udang yang terserang WSSV tetapi belum muncul tanda bintik putih, dikategorikan pada tipe III (kronis). Ini artinya, udang mengalami infeksi pada jaringan rendah, sehingga bintik putih dan kemerahan pada udang tidak tampak. Setelah ciri tersebut, barulah kemudian kematian pada udang akan tejadi lebih lama yaitu 15-28 hari.

Organ-organ yang diserang oleh penyakit ini diantaranya adalah sel-sel insang, hepatopankreas dan usus. Sel-sel hepatopankreas, usus dan insang yang terserang penyakit ini mengalami kerusakan, dengan ditandai adanya hipertopi inti (eosinofilik hipertropi) dan inclusion bodies sel.

B. Rickettsia-like Organism
Rickettsia-like Organism atau penyakit Rickettsia Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia. Salah satu gejala dari serangan penyakit ini adalah penurunan nafsu makan pada udang dan dalam jangka waktu yang lama. Tentu saja, keadaan tersebut bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dengan baik.

Selain dapat menimbulkan kerugian, penyakit ini juga dapat menjadi pemicu penyakit Disease of Spiny Lobsters (MHD-SL). Begitu bahayanya penyakit ini, hingga dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi pada berbagai jenis udang dan lobster.

Penyakit MHD-SL pada budidaya lobster dapat menyebabkan kerugian ekonomi dalam skala besar. Di Vietnam, pada tahun 2007, penyakit ini dapat menyebabkan kerugian hingga US$10 million di sepanjang 800 km garis pantai di Vietnam. Tentu saja, nilai kerugian ini setara dengan 10% dari produksi total lobster tahun 2007.

C. Jamur (Crayfish Plague)
Penyakit Crayfish Plague atau biasa disebut sebagai penyakit krebspest merupakan jenis penyakit lobster air tawar yang cukup dikenal diberbgai daerah di eropa maupun emerika utara. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini terjadi secara horizontal dari zoospora di air.

Serangan penyakit ini lebih sering dijumpai menginfeksi semua stadia lobster air tawar. Pada stadium awal outbreak memiliki prevalensi yang cukup rendah. Namun, patogen dapat mengalami multiplikasi jika dilepaskan ke air, sehingga dapat dengan cepat menular dan menyebabkan kematian dalam jumlah yang besar pada perairan sekitarnya. Mortalitas dari serangan penyakit ini juga cukup bervaiasi, dan dapat meningkat dalam waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan kemudian.

Penyakit ini dapat hidup pada suhu 4-20oC. Sedangkan pH yang sesuai untuk perkembangan penyakit ini adalah pada ph 6-7,5. Meski begitu, penyebaran penyakit ini bergantung pada beberapa faktor, salah satunya adalah suhu air. Gejala serangan penyakit ini adalah munculnya bercak putih pada abdomen dan basal.

Selain itu, tampak adanya abnormalitas cara berjalannya lobster yang menjadi tampak kaku. Tampak juga adanya bintik melanisasi pada karier atau lobster yang sudah terinfeksi secara akut. Setelah tampak bintik tersebut, lobster akan mengalami kematian pada 6-10 hari kemudian.

Cara Mencegah Penyakit Lobster Air Tawar
Penyakit yang menyerang hewan budidaya merupakan hasil dari interaksi antara ikan/udang, jasad penyakit/patogen dan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut, faktor lingkungan memegang peranan penting dalam menimbulkan pengaruh positif atau negatif dalam hubungan udang dan patogennya. Apabila terjadi keseimbangan dalam lingkungan hidup udang, maka masalah penyakit tidak akan timbul. Namun, apabila terjadi ketidakseimbangan antara udang, lingkungan dan patogen, maka masalah penyakit akan timbul.

Pada aktifitas budidaya udang, fase yang paling rentan terserang penyakit adalah pada fase pembenihan. Serangan penyakit pada fase ini dapat disebabkan oleh parasit, jamur, virus dan bakteri. Semua penyebab penyakit “non infeksius” itu akan timbul apabila kondisi lingkungan pemeliharaan dirasa kurang baik.

Contohnya, penyakit “udang susu” dan “white muscle” yang menyerang udang pada fase pasca larva terjadi akibat kualitas air yang jelek. Selain itu, beberapa jenis protozoa seperti zoothamnium, Epistylis sp dan Vorticella sering menyerang tubuh udang pada fase pembesaran ataupun pembenihan. Serangan protozoa ini dapat menyebabkan pertumbuhan udang terganggu, bahkan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan kematian.

Karena banyaknya penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan, maka pembudidaya udang harus menerapkan beberapa upaya pencegahan dengan cara:

A. Personal Higienis
Personal higienis merupakan uapaya melakukan sanitasi terhadap personel pelaksana kegaiatan pembudidaya. Seperti contohnya mencuci tangan dengan sabun, mencuci sepatu dengan dalam larutan klorin 200 mg/l, menghindari penggunaan pakaian yang kotor dan menjaga area hatcheri dari aktifitas merokok.

B. Water Treatment
Air yang akan digunakan untuk pemeliharaan udang harus terbebas dari bahan polutan, seperti pestisida, detergent hingga limbah pencemar. Upaya water treatment dapat diakukan dengan rajin mengganti air, menambahkan larutan klorin 30% pada air selama 24 jam atau melalui penyinaran ultraviolet.

C. Peralatan Produksi
Menjaga kubersihan dan kualitas peralatan produksi adalah hal yang sangat penting. Sebaiknya setiap tangki pemeliharaan larva atau benih dilengkapi dengan seser, beker glass, selang spion dan termometer yang berfungsi untuk mengantisipasi penularan penyakit. Sebelum digunakan, peralatan produksi harus disterilkan dengan larutan klorin 400 mg/l. kemudian, rawat peralatan dengan selalu mencuci bersih peralatan.

D. Pakan
Pemberian pakan, khususnya pada masa pemeliharan larva harus yang baru. Penetasan kista arteimia sebaiknya dilakukan melalui mekanisme desinfeksikasi menggunakan larutan chlorin 30 mg/l atau formalin 10 mg/l sebelum ditetaskan.

E. Pemberian Suplemen Organik Cair
Pemberian Suplemen Organik Cair adalah salah satu cara untuk mencegah serangan penyakit. Ini berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang, sehingga udang tidak mudah sakit dan lebih kebal terhadap serangan penyakit. Selain itu, penambahan Suplemen Organik Cair juga sangat bermanfaat untuk menningkatkan kualitas air, sehingga air terbebas dari cemaran patogen penyebab penyakit.

Referensi:
  1. Lukito,A., & Prayugo, S. (2007). Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya. Coldiron, D. (2010). Crayfish.
  2. Maria, G.E.K, 2011., Budidaya Lobster Air Tawar, Puslatluh, BPSDM-KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.



1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus