Lobster air tawar merupakan udang air tawar berukuran relatif besar. Tubuhnya tertutup kulit beruas-ruas yang keras dan terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen). Kepala tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi. Di kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena panjang, dan sepasang antena pendek. Bagian kepala terdapat lima pasang kaki. Tiga kaki, diantaranya kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama besar dan kokoh yang berfungsi dalam mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa. Bagian belakang, yaitu perut dan ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras, dibagian ini terdapat empat pasang kaki renang. Ekornya berbentuk seperti kipas dengan lima ruas.
Pertumbuhan lobster bertambah besar melalui pergantian kulit (moulting). Pada waktu ganti kulit tersebut lobster dalam kondisi lemah sehingga saat itu sering terjadi kanibal, seperti udang yang lain.
Perawatan di Akuarium
Akuarium tidak ada ukuran dan model akuarium yang baku untuk pemeliharaan lobster air tawar. Namun, akuarium dengan ukuran lebih besar akan lebih baik karena mempermudah pemeliharaan dan perawatan lobster. Pergantian air pun tidak perlu terlalu sering dilakukan karena kualitas air lebih stabil.
Terdapat banyak bentuk akuarium, diantaranya empat persegi panjang, persegi empat, bulat, heksagonal, dan oktagonal. Dari sejumlah bentuk akuarium tersebut, bentuk empat persegi panjang merupakan akuarium yang paling baik untuk pemeliharaan lobster.bentuk akuarium tersebut sesuai dengan tubuh lobster yang memanjang dan kebiasaannya berada di bagian dasar.
Untuk mendapatkan akuarium, hobies dapat membelinya di toko-toko perlengkapan sarana pemeliharaan ikan hias. Biasanya akuarium yang dijual sudah ada ukuran standarnya. Namun demikian, jika hobies ingin memilki akuarium dengan ukuran sesuai keinginan maka dapat membuatnya sendiri.
Dalam memilih akuarium, sebaiknya juga diperhatikan ukuran tubuh losbster. Akuarium ukuran 80 cm x 40 cm x 35 cm cocok untuk lobster dengan panjang tubuh kurang dari 20 cm. Sementara lobster air tawar lebih dari 20 cm baik ditempatkan di dalam akuarium berukuran lebih besar lagi, seperti akuarium ukuran 100 cm x 50 cm x 45 cm atau 120 cm x 60 cm x 50 cm.
Ketebalan kaca akuarium mutlak diperhatikan. Ketebalan kaca harus di sesuaikan dengan besar-kecil akuarium. Ini dimaksudkan agar akuarium mampu menahan bobot air atau aksesoris yang ada didalamnya. Semakin besar akuarium makin tebal pula kacanya. Akuarium ukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm dan 80 cm x 40 cm x 35 cm ukuran 100 cm x 50 cm x45 cm atau akuarium lebih besar sebaiknya menggunakan kaca
dengan ketebalan 10 mm. selain ketebalan, jenis kaca yang digunakan juga harus di perhatikan. Sebaiknya digunakan kaca bening dan kuat tembus pandang, dengan jenis kaca seperti itu akan terlihat dengan jelas tingkah laku lobster. Di dalam akuarium sehingga mudah diketahui kondisinya, baik dalam kedaan sehat, sakit, atau stress. Dengan kaca bening pula akan terlihat jelas tampilan warna yang terpancar dari tubuh lobster sehingga hobies dengan mudah dapat menikmatinya.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah akuarium digunakan sebaiknya memilki penutup di atasnya. Ini dimaksudkan agar lobster tidak mudah kabur. Lobster dikenal memiliki daya jelajah yang tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan lobster kabur dari akuarium dengan cara merayapi peralatan akuarium seperti slang aerator.
1. Aerator
Lobster termasuk jenis udang yang membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi. Umumnya lobster akan hidup dengan baik jika kandungan oksigen di dalam air mencapai 7 ppm. Jika kandungan oksigen terlarut berada di bawah angka normal tersebut, atau bahkan mendekati nol, dapat dipastikan lobster akan mengalami kekurangan oksigen. Jika hal itu dibiarkan, dalam waktu beberapa jam, lobster akan mati. Agar lobster tidak mengalami hal demikian di dalam akuarium harus tersedia aerator. Alat ini berfungsi untuk menyuplai oksigen di dalam air. Tanpa alat ini dapat di pastikan lobster akan mengalami stres dan tidak akan mampu bertahan hidup lama. Berbagai jenis merek aerator tersedia di pasaran dengan harga yang bervariasi. Ada pula aerator yang dipadukan dengan filter sehingga fungsinya menjadi ganda, yaitu sebagai pemasok oksigen sekaligus penjernih air.
2. Shelter
Pada habitat asalnya, lobster air tawar suka berdiam diri di sela-sela bebatuan di dasar sungai. Biasanya sela-sela bebatuan tersebut digunakan lobster sebagai tempat persembunyian (ada udang dibalik batu) sekaligus sebagai tempat perlindungan dari cahaya matahari yang berlebihan. Lobster cukup peka terhadap intensitas cahaya yang berlebihan. Untuk itu, agar lobster bisa merasakan seperti di habitat asalnya, sebaiknya di dalam akuarium tersedia tempat persembunyian/perlindungan (shelter). Tempat persembunyian dapat berupa pipa paralon standar, berbentuk T, atau tergantung model yang diinginkan.
Diameter pipa paralon yang digunakan disesuaikan dengan umur dan besar lobster. Lobster berumur 3-4 bulan sebaiknya dipasang pipa paralon berdiamater 5 cm (2 inci). Untuk lobster umur 5-6 bulan, pipa paralon berdiameter 10 cm (4 inci), sedangkan lobster yang berumur lebih dari 6 bulan, pipa paralon berdiamater 12,5 cm (5 inci). Panjang pipa paralon disesuaikan dengan tubuh lobster yang akan dipelihara.
Tempat persembunyian lobster air tawar tidak harus dari pipa paralon. Hobies yang ingin model dengan desain khusus dapat memesan atau memmbuat sendiri dari bahan kayu atau batu.
3. Peralatan Pendukung
Pemeliharaan lobster air tawar di dalam akuarium membutuhkan beberapa alat pendukung. Peralatan tersebut tidak setiap saat digunakan, tetapi hanya pada waktu- waktu tertentu. Beberapa alat pendukung yang sebaiknya tersedia antara lain, heater, pH tester, filter, serta selang penyedot, dan ember. Heater berfungsi untuk mengatur dan menstabilitaskan suhu air, pH tester digunakan untuk mengetahui kadar keasaman air, filter untuk menyaring kotoran, serta selang penyedot dan ember sebagai alat penyedot kotoran sekaligus penguras air akuarium ketika penggantian air dilakukan.
4. Aksesoris Akuarium
Agar lobster air tawar dapat dinikmati dengan sempurna, sebaiknya akuarium dilengkapi dengan aksesoris seperti batu-batuan berwarna atau pasir. Untuk menciptakan suasana seperti di habitat asalnya, akuarium dapat pula dilengkapi dengan poster bergambar dan bernuansa kehidupan pada dinding sisi belakang akuarium.
Aksesoris lainnya yang dapat ditambahkan adalah lampu. Dalam memilih lampu, sebaiknya memeperhatikan intesitas cahayanya. Lobster dikenal cukup peka terhadap intensitas dan warna cahaya. Dengan demikian, lampu yang dapat dipasangkan pada akuarium adalah lampu khusus akuarium dengan intensitas cahaya sekitar 500 lux. Dalam penggunaannya, lampu akuarium sebaiknya tidak dinyalakan terus-menerus.
Disarankan lampu hanya dinyalakan pada waktu-waktu tertentu, seperti malam hari atau saat akan dinikmati keindahan warna lobster. Namun, saat tengah malam hingga pagi sebaiknya lampu akuarium dimatikan. Cukup lampu ruangan yang dinyalakan hingga pagi hari.
B. Faktor Penentu Kualitas Air
Beberrapa faktor penentu kualitas air pemeliharaan lobster antara lain kadar keasaman (pH), suhu, kesadahan (dH), kandungan oksigen terlarut (02), serta kandungan karbondiaksida (CO2) dan gas lainnya.
1. Kadar keasaman (pH)
Kadar keasaman sangat menentukan kehidupan lobster di dalam air. Kadar keasaman (pondus hydrogenii=pH) merupakan ukuran volume hydrogen di dalam air. Jika keturunan, molekul air yang dilambangkan dengan H2O akan terbagi menjadi ion H+ dan ion OH- yang seimbang. Jika ion OH- terlalu sedikit maka air akan menjadi asam. Sebaliknya, jika ion OH- terlalu banyak maka air akan menjadi basa.
Nilai pH dapat diukur dengan angka 1-14. Air dengan pH 1 berarti sangat asam dengan pH 14 sangat basah. Sementara pH 7 berarti air dalam kondisi netral. Artinya, air tersebut tidak dalam keadaan basa maupun asam.
Kadar keasaman air dapat diketahui dengan cara mengukurnya dengan menggunakan alat khusus pengukur pH, seperti kertas lakmus. Alat ini sudah banyak tersedia dipasar dan sangat mudah di dapatkan. Penggunaan alat pengkur pH inipun sangat mudah sehingga bisa digunakan oleh siapapun. Saat ini penggunaan kertas lakmus sudah jarang dipilih oleh hobies dalam mendeteksi kadar keasaman air. Ini disebabkan oleh keakuratan kertas lakmus dalam mendeteksi kadar keasaman air terkadang tidak tepat. Hobies lebih banyak menggunakan pH tester.
Air tanah di Indonesia umumnya memiliki pH 5-6,8. Untuk itu, jika ingin digunakan dalam memelihara lobster sebaiknya dilakukan perlakuan khusus seperti didiamkan, diuapkan atau ditambahkan akuades agar kadar keasamannya sesuai dengan yang diinginkan lobster yaitu berkisar pH 7-8.
2. Kadar Kesadahan
Kadar kesadahan (dH) air menunjukan jumlah kandungan mineral seperti magnesium (Mg), kalsium (ca) dan natrium (Na). jika jumlah kandungan mineral tersebut didalam air tinggi berarti tingkat kesadahan air tinggi. Sebaliknya, jika kandungan mineralnya rendah, berarti air tersebut memiliki kadar kesadahan rendah.
Kalsium dalam bentuk CaCO3 (kalsium karbonat) merupakan mineral yang berpengaruh pada kesadahan air. Kadar CaCO3 didalam air diukur dengan satuan ppm (par per million) atau setara dengan 1 g CaCO3/1.000 liter air. Sementara 10 dh setara dengan 10 mg CaCO3/ liter air. Dengan demikian, kadar kesadahan air dapat diketahui dengan mengukur kandungan kalsium karbonatnya.
Umumnya alat yang digunakan untuk mengukur kesadahan air adalah hardness tester. Alat ini cukup sederhana dan praktis yaitu cukup dicelupkan kedalam air. Kesadahan dan keasaman air merupakan dua faktor penentu kualitas air yang saling mempengaruhi. Umumnya air yang memiliki pH rendah (asam) memiliki tingkat kesadahan rendah. Lobster air tawar sangat menyukai air dengan kadar kesadahan sekitar 10-200 dH.
3. Suhu
Umumnya lobster air tawar menyukai air dengan suhu sekitar 19-250c. Jika kondisi air terlalu dingin, suhu air tersebut dapat dinaikan dengan cara memasang alat pemanas yaitu heater. Secara otomatis alat ini akan mati sendiri jika kondisi suhu air sudah sesuai dengan angka yang tertera pada heater.
4. Kandungan Oksigen (O2) Terlarut
Oksigen dibutuhkan oleh lobster air tawar untuk bernafas. Kebutuhan oksigen terlarut yang dibutuhkan lobster mencapai 7 ppm. Jumlah oksigen didalam air dipengaruhi oleh suhu. Selain suhu kadar oksigen didalam air juga dipengaruhi oleh makanan, salinitas, dan kelancaran difusi dari udara kedalam air.
Salah satu penyebab paling utama berkurangnya kandungan oksigen didalam air adalah kandungan amoniak. Biasanya adanya kandungan amoniak didalam air disebabkan oleh sekresi dan sisa pakan. Agar kandungan didalam air cukup dan stabil sebaiknya didalam akuarium dipasang aerator. Alat ini berfungsi untuk menyuplai oksigen dari udara kedalam air sehingga kualitas air tetap terjaga
5. Kandungan Karbondioksida (CO2) dan Gas Lain
Adanya karbondioksida didalam akuarium akibat hasil buangan (sekresi) lobster air tawar. Dalam jumlah tertentu kadar CO2 didalam air dapat menjadi racun sehingga jika dibiarkan akan membunuh lobster. Lobster air tawar masih bisa hidup normal pada kadar CO2 kurang dari 10 mg/liter air.
Gas lainnya yang cepat larut didalam air adalah hydrogen sulfide (H2S) dan Amoniak. Keduanya menyebabkan bau busuk yang sangat menyengat dan beracun bagi lobster air tawar. Gas ini merupakan hasil penguraian bahan organik terutama protein.
C. Sumber Air
Air untuk pemeliharaan lobster dapat berasal dari air PAM (ledeng) atau air tanah (sumur). Kedua sumber air tersebut sebaiknya tidak digunakan secara langsung karena kemungkinan air nya mengandung zat-zat beracun bagi lobster. Sebelum digunakan, air tanah didiamkan dan diendapkan sekitar 24 jam terlebih dahulu. iIni dimaksudkan agar zat beracun menguap. Jika perlu air diaerasi agar kandungan oksigen didalamnya bertambah.
Untuk air PAM (ledeng), sebaiknya dilakukan perlakuan khusus berupa penguapan selama 10-12 jam sebelum digunakan. Penguapan tersebut dimaksudkan uuntuk mengurangi kadar klor didalam air. Kandungan klor yang tinggi dapat dipastikan air tersebut memiliki kadar pH yang tinggi. Dengan penguapan, kadar pH air ledeng dapat dinormalkan sesuai yang diinginkan lobster air tawar.
D. Pakan Lobster Air Tawar
Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster. Pemberian pakan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan tumbuh dengan cepat dalam kondisi sehat, kuat, dan terbebas dari serangan penyakit. Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Protein mutlak dibutuhkan lobster karena fungsinya sebagai pemacu pertumbuhan dan pengganti jaringan yang rusak. Seperti halnya protein, kecukupan lemak dalam tubuh lobster juga diperlukan karena terkait erat dengan karbohidrat. Keduanya merupakan sumber energi utama. Kebutuhan mineral seperti mineral kalsium, besi, fosfor, magnesium, dan lain-lain memang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan protein, karbohidrat dan lemak. Meskipun sedikit, peranan mineral dalam menjaga kondisi tubuh lobster agar senantiasa prima sangat dibutuhkan. Vitamin bagi lobster dibutuhkan untuk membentuk warna yang cemerlang. Zat-zat gizi dapat diperoleh dari berbagai jenis pakan alami dan pakan buatan.
1. Pakan Alami
Pakan alami adalah pakan dengan bahan dasar dari alam tanpa dilakukan pengolahan dan tambahan bahan-bahan lain. Biasanya pakan alami hanya terdiri dari 1 bahan pakan. Pakan alami terbagi menjadi 2 yaitu pakan alami segar dan pakan alami mati.
a. Pakan Alami Segar
Pakan alami segar adalah pakan alami yang diberikan kepada lobster dalam keadaan hidup. Pakan alami segar antara lain cacing tanah, cacing merah, dan cacing sutera. Cacing memiliki kandungan protein yang sesuai dengan
kebutuhan lobster hobies tidak perlu khawatir akan terjadi kekurangan pakan hidup. Cacing dan udang sawah banyak dijadikan sebagai pakan lobster hias seperti louhan sehingga ketersediaannya sebagai pakan lobster cukup banyak dan tidak perlu dikhawatirkan
b. Pakan Alami Mati
Pakan alami mati adalah pakan alami baik dari hewan maupun tanaman yang sudah mati. Pakan tersebut antara lain cacing beku, usus ayam yang sudah dicincang, serta akar tanaman seladah air dan eceng gondok. Pakan ini sangat baik diberikan pada lobster karena mengandung nilai gizi yang cukup meskipun tidak sebaik pakan hidup.
2. Pakan Buatan
Pakan Buatan adalah pakan olahan pabrik dengan bahan-bahan yang sangat beragam. Salah satu pakan yang terkenal adalah pelet udang. Pakan inilah yang banyak digunakan oleh hobies ikan hias. Berbeda dengan pakan alami, pellet lebih higienis dan praktis. Selain itu, pelet lebih komplit dari sisi kandungan gizinya karena bahan pembentuknya juga beragam. Saat ini banyak jenis pelet udang beredar dipasaran dengan komposisi nilai gizi dan harga yang berbeda-beda. Jenis pelet yang cocok diberikan pada lobster adalah pelet udang galah. Pelet ini beragam ukurannya berdasarkan umur udang. Oleh karena itu lobster yang dipelihara dalam akuarium umumnya berumur 3 bulan atau lebih, sebaiknya diberikan pelet D.2 atau D.3
E. Biota Akuarium
1. Perpaduan lobster dengan Ikan Hias
Sebagai udang hias, lobster dapat dipelihara didalam akuarium secara tersendiri maupun bersama ikan hias. Perlu dipahami bahwa ikan hias yang akan dipelihara bersama lobster hanya sebagai pelengkap. Namun demikian, pemeliharaan lobster bersama ikan hias harus dilakukan dengan hati-hati dikarenakan lobster termasuk jenis udang pemakan segala (omnivora) dan memiliki sifat kanibal sehingga sangat mungkin lobster memangsa ikan hias yang dipelihara bersamanya.
Satu hal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan pilihan ikan hias yang akan dipelihara bersama lobster adalah sebaiknya memilih ikan yang sifat renangnya berbeda dengan lobster. Untuk itu lobster dapat dipadukan dengan manvis atau neontetra yang cenderung berenang ditengah akuarium atau dipadukan dengan guppy yang memiliki kebiasaan renang dipermukaan akuarium.
2. Jumlah Lobster dalam setiap akuarium
Jumlah lobster yang dipelihara didalam akuarium bisa lebih dari satu. Namun demikian, sebaiknya disarankan maksimal dua ekor. Itupun harus disesuaikan dengan besarnya akuarium. Memelihara lobster lebih dari satu ekor memiliki kelemahan, seperti adanya kemungkinan saling memangsa diantara kedua lobster tersebut. Ini bisa saja terjadi jika pemilik tidak memenuhi kebutuhan pakan lobster. Untuk itu, agar sifat kanibalnya tidak muncul akibat kekurangan pakan, sebaiknya pemberian pakan yang cukup mutlak harus dipenuhi.
Kelemahan lain jika memelihara lobster lebih dari satu ekor adalah saat salah satu lobster melakukan pergantian kulit (moulting) maka besar kemungkinan lobster lain tidak sedang ganti kulit akan dimangsanya. Namun, hal itu bisa diatasi dengan cara memisahkan lobster yang sedang moulting atau memindahkan sementara ke wadah lain hingga selesai moulting. Untuk itu, hobies atau pemilik harus mengetahui gejala lobster yang akan moulting.
F. Pengontrolan kualitas air
1. Penyedotan Kotoran
Jika kotoran dibiarkan mengendap di dasar akuarium, lobster akan stres, bahkan bisa mengalami kematian. Untuk mencegah hal itu sebaiknya dilakukan penyedotan kotoran setiap 3x sehari. Caranya, salah satu ujung selang dimasukan ke dasar akuarium yang banyak menumpuk kotoran dan ujung lainnya dimasukkan ke wadah pembuangan misalnya ember. Setelah kotoran tersedot, tentunya volume air didalam akuarium berkurang. Untuk itu, tambahkan air tawar agar volume air kembali seperti semua.
2. Menyaring air
Jika kondisi airnya kotor dan agak keruh sebaiknya tidak perlu dibuang dan diganti dengan air baru, cukup disaring saja. Sebelum air disaring lobster harus dipindahkan terlebih dahulu di wadah sementara. Alat untuk menyaring air berupa kapas sintetis.
3. Menguras air.
Pengurasan air di akuarium sebaiknya dilakukan setiap 2-3 minggu sekali tergantung tingkat kekeruhan, bau dan keasaman air. Dalam setiap kali pengurasan rat-rata membutuhkan waktu sekitar 0,5-1 jam. Setelah semuanya bersih, akuarium dikeringkan dan selanjutnya dapat diisi kembali dengan air baru yang bersih. Tetapi sebaiknya tetap ada air lama sebagian agar lobster tidak perlu penyesuaian (aklimatisasi) dengan air yang benar-benar baru.
Akuarium tidak ada ukuran dan model akuarium yang baku untuk pemeliharaan lobster air tawar. Namun, akuarium dengan ukuran lebih besar akan lebih baik karena mempermudah pemeliharaan dan perawatan lobster. Pergantian air pun tidak perlu terlalu sering dilakukan karena kualitas air lebih stabil.
Terdapat banyak bentuk akuarium, diantaranya empat persegi panjang, persegi empat, bulat, heksagonal, dan oktagonal. Dari sejumlah bentuk akuarium tersebut, bentuk empat persegi panjang merupakan akuarium yang paling baik untuk pemeliharaan lobster.bentuk akuarium tersebut sesuai dengan tubuh lobster yang memanjang dan kebiasaannya berada di bagian dasar.
Untuk mendapatkan akuarium, hobies dapat membelinya di toko-toko perlengkapan sarana pemeliharaan ikan hias. Biasanya akuarium yang dijual sudah ada ukuran standarnya. Namun demikian, jika hobies ingin memilki akuarium dengan ukuran sesuai keinginan maka dapat membuatnya sendiri.
Dalam memilih akuarium, sebaiknya juga diperhatikan ukuran tubuh losbster. Akuarium ukuran 80 cm x 40 cm x 35 cm cocok untuk lobster dengan panjang tubuh kurang dari 20 cm. Sementara lobster air tawar lebih dari 20 cm baik ditempatkan di dalam akuarium berukuran lebih besar lagi, seperti akuarium ukuran 100 cm x 50 cm x 45 cm atau 120 cm x 60 cm x 50 cm.
Ketebalan kaca akuarium mutlak diperhatikan. Ketebalan kaca harus di sesuaikan dengan besar-kecil akuarium. Ini dimaksudkan agar akuarium mampu menahan bobot air atau aksesoris yang ada didalamnya. Semakin besar akuarium makin tebal pula kacanya. Akuarium ukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm dan 80 cm x 40 cm x 35 cm ukuran 100 cm x 50 cm x45 cm atau akuarium lebih besar sebaiknya menggunakan kaca
dengan ketebalan 10 mm. selain ketebalan, jenis kaca yang digunakan juga harus di perhatikan. Sebaiknya digunakan kaca bening dan kuat tembus pandang, dengan jenis kaca seperti itu akan terlihat dengan jelas tingkah laku lobster. Di dalam akuarium sehingga mudah diketahui kondisinya, baik dalam kedaan sehat, sakit, atau stress. Dengan kaca bening pula akan terlihat jelas tampilan warna yang terpancar dari tubuh lobster sehingga hobies dengan mudah dapat menikmatinya.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah akuarium digunakan sebaiknya memilki penutup di atasnya. Ini dimaksudkan agar lobster tidak mudah kabur. Lobster dikenal memiliki daya jelajah yang tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan lobster kabur dari akuarium dengan cara merayapi peralatan akuarium seperti slang aerator.
1. Aerator
Lobster termasuk jenis udang yang membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi. Umumnya lobster akan hidup dengan baik jika kandungan oksigen di dalam air mencapai 7 ppm. Jika kandungan oksigen terlarut berada di bawah angka normal tersebut, atau bahkan mendekati nol, dapat dipastikan lobster akan mengalami kekurangan oksigen. Jika hal itu dibiarkan, dalam waktu beberapa jam, lobster akan mati. Agar lobster tidak mengalami hal demikian di dalam akuarium harus tersedia aerator. Alat ini berfungsi untuk menyuplai oksigen di dalam air. Tanpa alat ini dapat di pastikan lobster akan mengalami stres dan tidak akan mampu bertahan hidup lama. Berbagai jenis merek aerator tersedia di pasaran dengan harga yang bervariasi. Ada pula aerator yang dipadukan dengan filter sehingga fungsinya menjadi ganda, yaitu sebagai pemasok oksigen sekaligus penjernih air.
2. Shelter
Pada habitat asalnya, lobster air tawar suka berdiam diri di sela-sela bebatuan di dasar sungai. Biasanya sela-sela bebatuan tersebut digunakan lobster sebagai tempat persembunyian (ada udang dibalik batu) sekaligus sebagai tempat perlindungan dari cahaya matahari yang berlebihan. Lobster cukup peka terhadap intensitas cahaya yang berlebihan. Untuk itu, agar lobster bisa merasakan seperti di habitat asalnya, sebaiknya di dalam akuarium tersedia tempat persembunyian/perlindungan (shelter). Tempat persembunyian dapat berupa pipa paralon standar, berbentuk T, atau tergantung model yang diinginkan.
Diameter pipa paralon yang digunakan disesuaikan dengan umur dan besar lobster. Lobster berumur 3-4 bulan sebaiknya dipasang pipa paralon berdiamater 5 cm (2 inci). Untuk lobster umur 5-6 bulan, pipa paralon berdiameter 10 cm (4 inci), sedangkan lobster yang berumur lebih dari 6 bulan, pipa paralon berdiamater 12,5 cm (5 inci). Panjang pipa paralon disesuaikan dengan tubuh lobster yang akan dipelihara.
Tempat persembunyian lobster air tawar tidak harus dari pipa paralon. Hobies yang ingin model dengan desain khusus dapat memesan atau memmbuat sendiri dari bahan kayu atau batu.
3. Peralatan Pendukung
Pemeliharaan lobster air tawar di dalam akuarium membutuhkan beberapa alat pendukung. Peralatan tersebut tidak setiap saat digunakan, tetapi hanya pada waktu- waktu tertentu. Beberapa alat pendukung yang sebaiknya tersedia antara lain, heater, pH tester, filter, serta selang penyedot, dan ember. Heater berfungsi untuk mengatur dan menstabilitaskan suhu air, pH tester digunakan untuk mengetahui kadar keasaman air, filter untuk menyaring kotoran, serta selang penyedot dan ember sebagai alat penyedot kotoran sekaligus penguras air akuarium ketika penggantian air dilakukan.
4. Aksesoris Akuarium
Agar lobster air tawar dapat dinikmati dengan sempurna, sebaiknya akuarium dilengkapi dengan aksesoris seperti batu-batuan berwarna atau pasir. Untuk menciptakan suasana seperti di habitat asalnya, akuarium dapat pula dilengkapi dengan poster bergambar dan bernuansa kehidupan pada dinding sisi belakang akuarium.
Aksesoris lainnya yang dapat ditambahkan adalah lampu. Dalam memilih lampu, sebaiknya memeperhatikan intesitas cahayanya. Lobster dikenal cukup peka terhadap intensitas dan warna cahaya. Dengan demikian, lampu yang dapat dipasangkan pada akuarium adalah lampu khusus akuarium dengan intensitas cahaya sekitar 500 lux. Dalam penggunaannya, lampu akuarium sebaiknya tidak dinyalakan terus-menerus.
Disarankan lampu hanya dinyalakan pada waktu-waktu tertentu, seperti malam hari atau saat akan dinikmati keindahan warna lobster. Namun, saat tengah malam hingga pagi sebaiknya lampu akuarium dimatikan. Cukup lampu ruangan yang dinyalakan hingga pagi hari.
B. Faktor Penentu Kualitas Air
Beberrapa faktor penentu kualitas air pemeliharaan lobster antara lain kadar keasaman (pH), suhu, kesadahan (dH), kandungan oksigen terlarut (02), serta kandungan karbondiaksida (CO2) dan gas lainnya.
1. Kadar keasaman (pH)
Kadar keasaman sangat menentukan kehidupan lobster di dalam air. Kadar keasaman (pondus hydrogenii=pH) merupakan ukuran volume hydrogen di dalam air. Jika keturunan, molekul air yang dilambangkan dengan H2O akan terbagi menjadi ion H+ dan ion OH- yang seimbang. Jika ion OH- terlalu sedikit maka air akan menjadi asam. Sebaliknya, jika ion OH- terlalu banyak maka air akan menjadi basa.
Nilai pH dapat diukur dengan angka 1-14. Air dengan pH 1 berarti sangat asam dengan pH 14 sangat basah. Sementara pH 7 berarti air dalam kondisi netral. Artinya, air tersebut tidak dalam keadaan basa maupun asam.
Kadar keasaman air dapat diketahui dengan cara mengukurnya dengan menggunakan alat khusus pengukur pH, seperti kertas lakmus. Alat ini sudah banyak tersedia dipasar dan sangat mudah di dapatkan. Penggunaan alat pengkur pH inipun sangat mudah sehingga bisa digunakan oleh siapapun. Saat ini penggunaan kertas lakmus sudah jarang dipilih oleh hobies dalam mendeteksi kadar keasaman air. Ini disebabkan oleh keakuratan kertas lakmus dalam mendeteksi kadar keasaman air terkadang tidak tepat. Hobies lebih banyak menggunakan pH tester.
Air tanah di Indonesia umumnya memiliki pH 5-6,8. Untuk itu, jika ingin digunakan dalam memelihara lobster sebaiknya dilakukan perlakuan khusus seperti didiamkan, diuapkan atau ditambahkan akuades agar kadar keasamannya sesuai dengan yang diinginkan lobster yaitu berkisar pH 7-8.
2. Kadar Kesadahan
Kadar kesadahan (dH) air menunjukan jumlah kandungan mineral seperti magnesium (Mg), kalsium (ca) dan natrium (Na). jika jumlah kandungan mineral tersebut didalam air tinggi berarti tingkat kesadahan air tinggi. Sebaliknya, jika kandungan mineralnya rendah, berarti air tersebut memiliki kadar kesadahan rendah.
Kalsium dalam bentuk CaCO3 (kalsium karbonat) merupakan mineral yang berpengaruh pada kesadahan air. Kadar CaCO3 didalam air diukur dengan satuan ppm (par per million) atau setara dengan 1 g CaCO3/1.000 liter air. Sementara 10 dh setara dengan 10 mg CaCO3/ liter air. Dengan demikian, kadar kesadahan air dapat diketahui dengan mengukur kandungan kalsium karbonatnya.
Umumnya alat yang digunakan untuk mengukur kesadahan air adalah hardness tester. Alat ini cukup sederhana dan praktis yaitu cukup dicelupkan kedalam air. Kesadahan dan keasaman air merupakan dua faktor penentu kualitas air yang saling mempengaruhi. Umumnya air yang memiliki pH rendah (asam) memiliki tingkat kesadahan rendah. Lobster air tawar sangat menyukai air dengan kadar kesadahan sekitar 10-200 dH.
3. Suhu
Umumnya lobster air tawar menyukai air dengan suhu sekitar 19-250c. Jika kondisi air terlalu dingin, suhu air tersebut dapat dinaikan dengan cara memasang alat pemanas yaitu heater. Secara otomatis alat ini akan mati sendiri jika kondisi suhu air sudah sesuai dengan angka yang tertera pada heater.
4. Kandungan Oksigen (O2) Terlarut
Oksigen dibutuhkan oleh lobster air tawar untuk bernafas. Kebutuhan oksigen terlarut yang dibutuhkan lobster mencapai 7 ppm. Jumlah oksigen didalam air dipengaruhi oleh suhu. Selain suhu kadar oksigen didalam air juga dipengaruhi oleh makanan, salinitas, dan kelancaran difusi dari udara kedalam air.
Salah satu penyebab paling utama berkurangnya kandungan oksigen didalam air adalah kandungan amoniak. Biasanya adanya kandungan amoniak didalam air disebabkan oleh sekresi dan sisa pakan. Agar kandungan didalam air cukup dan stabil sebaiknya didalam akuarium dipasang aerator. Alat ini berfungsi untuk menyuplai oksigen dari udara kedalam air sehingga kualitas air tetap terjaga
5. Kandungan Karbondioksida (CO2) dan Gas Lain
Adanya karbondioksida didalam akuarium akibat hasil buangan (sekresi) lobster air tawar. Dalam jumlah tertentu kadar CO2 didalam air dapat menjadi racun sehingga jika dibiarkan akan membunuh lobster. Lobster air tawar masih bisa hidup normal pada kadar CO2 kurang dari 10 mg/liter air.
Gas lainnya yang cepat larut didalam air adalah hydrogen sulfide (H2S) dan Amoniak. Keduanya menyebabkan bau busuk yang sangat menyengat dan beracun bagi lobster air tawar. Gas ini merupakan hasil penguraian bahan organik terutama protein.
C. Sumber Air
Air untuk pemeliharaan lobster dapat berasal dari air PAM (ledeng) atau air tanah (sumur). Kedua sumber air tersebut sebaiknya tidak digunakan secara langsung karena kemungkinan air nya mengandung zat-zat beracun bagi lobster. Sebelum digunakan, air tanah didiamkan dan diendapkan sekitar 24 jam terlebih dahulu. iIni dimaksudkan agar zat beracun menguap. Jika perlu air diaerasi agar kandungan oksigen didalamnya bertambah.
Untuk air PAM (ledeng), sebaiknya dilakukan perlakuan khusus berupa penguapan selama 10-12 jam sebelum digunakan. Penguapan tersebut dimaksudkan uuntuk mengurangi kadar klor didalam air. Kandungan klor yang tinggi dapat dipastikan air tersebut memiliki kadar pH yang tinggi. Dengan penguapan, kadar pH air ledeng dapat dinormalkan sesuai yang diinginkan lobster air tawar.
D. Pakan Lobster Air Tawar
Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster. Pemberian pakan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan tumbuh dengan cepat dalam kondisi sehat, kuat, dan terbebas dari serangan penyakit. Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Protein mutlak dibutuhkan lobster karena fungsinya sebagai pemacu pertumbuhan dan pengganti jaringan yang rusak. Seperti halnya protein, kecukupan lemak dalam tubuh lobster juga diperlukan karena terkait erat dengan karbohidrat. Keduanya merupakan sumber energi utama. Kebutuhan mineral seperti mineral kalsium, besi, fosfor, magnesium, dan lain-lain memang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan protein, karbohidrat dan lemak. Meskipun sedikit, peranan mineral dalam menjaga kondisi tubuh lobster agar senantiasa prima sangat dibutuhkan. Vitamin bagi lobster dibutuhkan untuk membentuk warna yang cemerlang. Zat-zat gizi dapat diperoleh dari berbagai jenis pakan alami dan pakan buatan.
1. Pakan Alami
Pakan alami adalah pakan dengan bahan dasar dari alam tanpa dilakukan pengolahan dan tambahan bahan-bahan lain. Biasanya pakan alami hanya terdiri dari 1 bahan pakan. Pakan alami terbagi menjadi 2 yaitu pakan alami segar dan pakan alami mati.
a. Pakan Alami Segar
Pakan alami segar adalah pakan alami yang diberikan kepada lobster dalam keadaan hidup. Pakan alami segar antara lain cacing tanah, cacing merah, dan cacing sutera. Cacing memiliki kandungan protein yang sesuai dengan
kebutuhan lobster hobies tidak perlu khawatir akan terjadi kekurangan pakan hidup. Cacing dan udang sawah banyak dijadikan sebagai pakan lobster hias seperti louhan sehingga ketersediaannya sebagai pakan lobster cukup banyak dan tidak perlu dikhawatirkan
b. Pakan Alami Mati
Pakan alami mati adalah pakan alami baik dari hewan maupun tanaman yang sudah mati. Pakan tersebut antara lain cacing beku, usus ayam yang sudah dicincang, serta akar tanaman seladah air dan eceng gondok. Pakan ini sangat baik diberikan pada lobster karena mengandung nilai gizi yang cukup meskipun tidak sebaik pakan hidup.
2. Pakan Buatan
Pakan Buatan adalah pakan olahan pabrik dengan bahan-bahan yang sangat beragam. Salah satu pakan yang terkenal adalah pelet udang. Pakan inilah yang banyak digunakan oleh hobies ikan hias. Berbeda dengan pakan alami, pellet lebih higienis dan praktis. Selain itu, pelet lebih komplit dari sisi kandungan gizinya karena bahan pembentuknya juga beragam. Saat ini banyak jenis pelet udang beredar dipasaran dengan komposisi nilai gizi dan harga yang berbeda-beda. Jenis pelet yang cocok diberikan pada lobster adalah pelet udang galah. Pelet ini beragam ukurannya berdasarkan umur udang. Oleh karena itu lobster yang dipelihara dalam akuarium umumnya berumur 3 bulan atau lebih, sebaiknya diberikan pelet D.2 atau D.3
E. Biota Akuarium
1. Perpaduan lobster dengan Ikan Hias
Sebagai udang hias, lobster dapat dipelihara didalam akuarium secara tersendiri maupun bersama ikan hias. Perlu dipahami bahwa ikan hias yang akan dipelihara bersama lobster hanya sebagai pelengkap. Namun demikian, pemeliharaan lobster bersama ikan hias harus dilakukan dengan hati-hati dikarenakan lobster termasuk jenis udang pemakan segala (omnivora) dan memiliki sifat kanibal sehingga sangat mungkin lobster memangsa ikan hias yang dipelihara bersamanya.
Satu hal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan pilihan ikan hias yang akan dipelihara bersama lobster adalah sebaiknya memilih ikan yang sifat renangnya berbeda dengan lobster. Untuk itu lobster dapat dipadukan dengan manvis atau neontetra yang cenderung berenang ditengah akuarium atau dipadukan dengan guppy yang memiliki kebiasaan renang dipermukaan akuarium.
2. Jumlah Lobster dalam setiap akuarium
Jumlah lobster yang dipelihara didalam akuarium bisa lebih dari satu. Namun demikian, sebaiknya disarankan maksimal dua ekor. Itupun harus disesuaikan dengan besarnya akuarium. Memelihara lobster lebih dari satu ekor memiliki kelemahan, seperti adanya kemungkinan saling memangsa diantara kedua lobster tersebut. Ini bisa saja terjadi jika pemilik tidak memenuhi kebutuhan pakan lobster. Untuk itu, agar sifat kanibalnya tidak muncul akibat kekurangan pakan, sebaiknya pemberian pakan yang cukup mutlak harus dipenuhi.
Kelemahan lain jika memelihara lobster lebih dari satu ekor adalah saat salah satu lobster melakukan pergantian kulit (moulting) maka besar kemungkinan lobster lain tidak sedang ganti kulit akan dimangsanya. Namun, hal itu bisa diatasi dengan cara memisahkan lobster yang sedang moulting atau memindahkan sementara ke wadah lain hingga selesai moulting. Untuk itu, hobies atau pemilik harus mengetahui gejala lobster yang akan moulting.
F. Pengontrolan kualitas air
1. Penyedotan Kotoran
Jika kotoran dibiarkan mengendap di dasar akuarium, lobster akan stres, bahkan bisa mengalami kematian. Untuk mencegah hal itu sebaiknya dilakukan penyedotan kotoran setiap 3x sehari. Caranya, salah satu ujung selang dimasukan ke dasar akuarium yang banyak menumpuk kotoran dan ujung lainnya dimasukkan ke wadah pembuangan misalnya ember. Setelah kotoran tersedot, tentunya volume air didalam akuarium berkurang. Untuk itu, tambahkan air tawar agar volume air kembali seperti semua.
2. Menyaring air
Jika kondisi airnya kotor dan agak keruh sebaiknya tidak perlu dibuang dan diganti dengan air baru, cukup disaring saja. Sebelum air disaring lobster harus dipindahkan terlebih dahulu di wadah sementara. Alat untuk menyaring air berupa kapas sintetis.
3. Menguras air.
Pengurasan air di akuarium sebaiknya dilakukan setiap 2-3 minggu sekali tergantung tingkat kekeruhan, bau dan keasaman air. Dalam setiap kali pengurasan rat-rata membutuhkan waktu sekitar 0,5-1 jam. Setelah semuanya bersih, akuarium dikeringkan dan selanjutnya dapat diisi kembali dengan air baru yang bersih. Tetapi sebaiknya tetap ada air lama sebagian agar lobster tidak perlu penyesuaian (aklimatisasi) dengan air yang benar-benar baru.
Referensi:
- Lukito,A., & Prayugo, S. (2007). Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya. Coldiron, D. (2010). Crayfish.
- Maria, G.E.K, 2011., Budidaya Lobster Air Tawar, Puslatluh, BPSDM-KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^