Jumat, 18 Juni 2021

Penyakit Ikan - Fouling Disease

Parasit adalah suatu organisme lebih kecil ruang hidup dan menempel pada tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan parasit dalam tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah, jenis, tingkat kesakitan yang ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan tubuh dan nutrisi dalam tubuh host. Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan parasitosis (Bowmans, 1999).
Parasit-parasit yang dapat mendatangkan kerugian kepada induk semangnya biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah, cairan limfe, memakan jaringan padat secara langsung, menyebabkan penyumbatan secara mekanis pada usus, saluran empedu, pembulu darah, menghancurkan sel- sel tubuh dengan berlangsungnya pertumbuhan didalamnya, memproduksi subtansi bearcun seperti hemolisin, merangsang pertumbuhan kanker dan juga menurunkan induk semangnya terhadap penyakit lain dan parasit (Levine, 1990).

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes,arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemeologi penyakit yang ditimbulkannya (Bowman, 1999).

Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada suatu golongan benda atau komponen tertentu. Identifikasi memiliki tugas untuk membedakan komponen- komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana (Nawawi, 1996).

Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain. Sebab parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat perhatian, parasit dalam kolam maupun yang diluar tidak akan mampu menimbulkan infeksi (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap. Gejala biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infeksi yang disebabkan oleh parasit dapat langsung diketahui di lapangan. Parasit-parasit yang hidup dapat menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang yang berbeda. Parasit dapat dijumpai pada tempat atau bagian tubuh tertentu dari inang. Parasit yang hidup pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparsit dan sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut endoparasit (Lukistyowati, 2005)

Menurut Widyastuti et al (2002), pada umunya tiap jenis parasit mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada jumlah besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu :

1. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti pada kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya merupakan kelompok besar organisme patogen didaerah iklim sedang dan daerah tropis. Ektoparasit yang sering menyerang atau menyebabkan kematian pada ikan budidaya maupun ikan aqurium antara lain : ichthyophthirius multifilis, Trichodina sp, Oodum sp, Gyrodactilus sp, Dactilogyrus sp dan Lerneae.

a. Gyrodactyliasis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit helmin yang termasuk kedalam kelas monogenia, Sub klas Polyonchoinea, ordo Gyrocylidea, dan famili Gyrodactylidae. Parasit ini ditemukan pada kulit dan sirip ikan. Bentuk tubuhnya kecil dan memanjang (oval), bagian posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah (anchor), serta tidak mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.

b. Dactylogyriasis
Penyebab penyakit ini adalah cacing golongan Monogenia, genus Dactylogyrus. Biasanya parasit ini bersama-sama dengan Gyrodactylus menyerang benih ikan mas terutama yang berukuran 3 – 10 cm. Infeksi parasit ini biasanya tidak fatal, kecuali bila intensitas penyerangan sangat tinggi.

Parasit ini memiliki ciri khas yaitu; bentuk tubuh pipih dorsoventral dan bilateral simetris, mempunyai ophistaptor yang dilengkapi dengan 14 kait tepi dan sepasang kait pusat (anchor), warna transparan, mempunyai bintik mata 2 pasang, panjang tubuh 1 – 2 mm, pada bagian anterior mempunyai empat lekukan.

2. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan seperti: saluran pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparasit yang sering menyerang ikan adalah : parasit dari phylum tremotoda (Sanguinicola Sp), dan phylum Plathihelminthes (Lytocestus sp).

a. Sanguinicolosis
Penyebabnya adalah parasit trematoda yang ditemukan didarah ikan. Cacing dewasa hidup didarah ikan tanpa memiliki succer, bahkan berenang aktif dengan cara gerak bergelombang didalam tubuh. Banyak ditemukan di jantung, dan pembulu darah di insang. Ikan yang terenfeksi akan terlihat inang berwarna pucat atau lembaran insang tembus cahaya. Selanjutnya penggerakan menjadi lambat.

b. Lytocestusiasis
Penyebabnya adalah parasit Plathyhelmintes, kelas Cestoidea, genus Lytocestus, spesies Lytocestus parvulus. Biasanya menyerang usus ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ciri-ciri dari parasit ini adalah; tubuh pipih memanjang dorsoventral dan berbentuk seperti pita.

Penyakit Dekil (Fouling Disease)
Menyerang udang terutama larva hingga kesulitan berenang makan serta moulting karena organ insang atau tubuh dipenuhi organisme penempel seperti Zoothanium sp, Epistylis sp, Vorticella sp, Enthoromorpha sp


Penyebab : Zoothamnium spp., Epistylis spp., Vorticella spp., Acineta spp.

Bio – Ekologi Patogen :
• Umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dari kelompok Protozoa, meskipun sering pula berasosiasi dengan algae seperti Nitzschia spp., Amphiprora spp., Navicula spp., Enteromorpha spp., dll.
• Kompleks infeksi mikroorganisme tersebut akan mengganggu pergerakan udang terutama larva, kesulitan makan, berenang, serta proses molting karena organ insang dan/atau seluruh tubuh dipenuhi organisme penempel.
• Faktor pemicu terjadinya ledakan penyakit antara lain, kepadatan tinggi, malnutrisi, kadar bahan organik yang tinggi, dan fluktuasi parameter kualitas air terutama suhu

Gejala Klinis :
• Berenang ke permukaan air dan tubuhnya berwarna buram/kotor
• Insang yang terinfeksi berwarna kemerahan atau kecoklatan
• Lemah, kesulitan bernafas dan nafsu makan menurun, akhirnya mati
• Proses ganti kulit (moulting) terhambat, dan timbul peradangan pada kulit

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi organisme penempel melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Gambar 1. Juvenil udang yang diselimuti algae Enteromorpha spp.


Gambar 2. Morfologi orgnisme penempel yang sering dijumpai pada kasus fouling disease (Epistylis spp. dan Vorticella spp.)


Gambar 3. Morfologi orgnisme penempel yang sering dijumpai pada kasus fouling disease (Scypidia spp. dan Zoothamnium spp.)

Pengendalian:
• Desinfeksi wadah/petak pemeliharaan dan sumber air yang bebas mikroorganisme penempel)
• Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Merangsang proses ganti kulit melalui memanipulasi parameter kualitas air yang yang merupakan faktor determinan
• Udang yang terserang “fouling disease” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis desinfektan, antara lain:
- Perendaman dalam larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih


Referensi:
  1. Afrianto, E.; Liviawaty, E.; Jamaris, Z.; dan Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
  2. Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
  3. Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. Bangka Belitung: UBB Press.
  4. Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Dianogsa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.
  5. Munajat A. dan Budiman, N. S.2003.pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
  6. Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina Adiaksara. Jakarta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar