Penyakit Gembil atau Myxosporeasis merupakan salah satu jenis penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa Myxobolus celebralis, dimana inang devenitivenya adalah semua janis ikan salmonidae kecuali Rainbow trout terutama ikan yang muda (Salmo fario, S. lacurstris, S. iridens, Onchorhynchus kisutch, O. tshawytscha, dan Salvelinus namaycus). M. cerebralis merupakan parasit dari dunia Protozoa, filum Myxozoa, kelas Myxosporea, ordo Bivalvulida, sub ordo Platysporina, famili Myxobolidae dan genus Myxobolus (Myxosoma). Spora parasit berbentuk bulat dengan bagian enterior meruncing, berukuran 10 – 20 µm dan mempunyai dua buah polar kapsul dibagian anterior spora.
Parasit ini berasal dari eropa yang pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1893. Penyebaran parasit terjadi bersamaan dengan transportasi ikan salmonidae yang terinfeksi M. celebralis, baik ikan yang hidup maupun mati.
Myxobolus sp merupakan Protozoa penyebab penyakit myxosporeasis atau myxosporidiosis. Protozoa ini memiliki ukuran yang kecil, yaitu sekitar 10-20 µm sehingga sering tertelan oleh ikan. Di dalam usus ikan, spora Myxobolus sp akan melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan semacam benang halus ke polar kapsulnya dan apabila anak panah mencapai dinding usus, maka spora akan bergantungan pada dinding usus.
Pada mekanisme infeksi selanjutnya akan terjadi kerusakan jaringan dengan gejala klinis antara lain timbul bintil berwarna kemerah-merahan yang sebenarnya merupakan kumpulan dari ribuan spora dimana bintil ini sering menyebabkan tutup insang selalu terbuka. Pada ikan yang terserang terdapat benjolan menyerupai tumor, terjadi gangguan pada sirkulasi pernafasan akibat penghambatan konsumsi oksigen, penurunan aktivitas insang serta fungsi organ pernafasan, serta necrosis. Bentuk infeksi dan morfologi Myxobolus sp disajikan pada gambr berikut.
Bentuk infeksi dan morfologi Myxobolus sp
Selain Myxobolus sp, penyakit myxosporeasis atau myxosporidiosis dapat disebabkan oleh Protozoa lain yang memiliki karakter serangan mirip dengan Myxobolus sp. Protozoa yang juga berperan sebagai agen penyakit myxosporeasis (myxosporidiosis) adalah Myxosoma sp, Henneguya sp Thelohanellus sp. Jenis Myxosoma sp menimbulkan bengkak di sekitar punggung ikan seperti bisul dan apabila pecah akan mengeluarkan cairan keruh kemerahan atau menyerupai nanah. M. cerebralis merupakan parasit yang menginfeksi telinga dan merusak tulang rawan telinga. Penyakit ini disebut juga whirling diseases karena ikan akan berenang berputar-putar pada porosnya dengan kepala menghadap ke atas.
Jenis lainnya adalah Henneguya sp yang membentuk kista dan ditemukan di dalam atau pada organ pernafasan dan menimbulkan pembengkakan jaringan dan pada infeksi yang berat menimbulkan kematian. Sedangkan Thelohanellus sp menyebabkan penyakit bisul berwarna putih seperti kista yang terdapat di bawah kulit. Parasit ini juga ditemukan pada insang, hati, ginjal, dan dinding usus. Gejala klinis tidak berbeda jauh dengan serangan Myxobolus sp, yaitu adanya kista atau bintil pada insang, kulit, ginjal, dan bagian lainnya, kerusakan alat pernafasan, necrosis, dan bahkan menyebabkan kematian ikan.
Myxosoma sp (a), Henneguya sp (b), dan Thelohanellus sp (c)
Bentuk Infeksi Myxosoma sp, Henneguya sp, dan Thelohanellus sp
Gejala klinis pada ikan yang terinfeksi parasit ini umumnya relatif spesifik, yaitu :
- Ekor ikan menjadi berwarna gelap (terlihat ekornya menghitam karena kerusakan saraf),
- Terjadi deformasi tulang sehingga bentuk tubuh ikan membengkok,
- Ikan berenang berputar-putar seperti sedang mengejar ekornya sendiri (gejala abnormalitas ini disebut “whirling”),
- Terlihat adanya benjolan putih berbentuk bulat-lonjong menyerupai butiran padi pada ingsang ikan. Benjolan tersebut adalah kista yang berisi ribuan spora Myxobolus sp.,
- Pada infeksi berat, overculum tidak dapat menutup sempurna karena terganjal oleh benjolan kista tersebut.
Penyebab : Myxosporea dari genera Myxobolus, Myxosoma, Thelohanellus, dan Henneguya
Bio – Ekologi Patogen :
• Myxosporea berbentuk seperti buah pir atau biji semangka (kwaci), terbungkus dalam kista yang berisi ribuan spora.
• Memiliki vakuola yang disebut vakuola iodinophilous yang menjadi pembeda dua genera Myxosporea, yaitu Myxosoma (tanpa vakuola iodinophilous) dan Myxobolus (dengan vakuola iodinophilous).
• Spora yang dimakan oleh inang dan masuk ke dalam usus akan pecah mengeluarkan sporoplasma, dan bergerak secara amoeboid masuk dalam sirkulasi darah dan terbawa ke organ target infeksi.
• Inang umumnya jenis-jenis ikan dari kelompok cyprinidae, labirinth dan salmonidae. Di Indonesia, jenis ikan yang sering terinfeksi myxosporea antara lain benih ikan mas, tawes, sepat, gurame dan tambakan.
• Prevalensi serangan bervariasi dari rendah sampai sedang dengan mortalitas berpola kronis
Gejala Klinis :
• Menginfeksi jaringan ikat tapis insang, tulang kartilag, otot/daging, dan beberapa organ dalam ikan (terutama benih).
• Terlihat benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat-lonjong menyerupai butiran padi pada insang ikan
• Pada infeksi berat, tutup insang (operkulum) tidak dapat menutup sempurna, sirip ekor bengkok dan berwarna gelap
• Bengkak-bengkak/gembil di bagian tubuh (kanan/kiri), struktur tulang yang tidak normal
• Berenang tidak normal, berdiam di dasar dan akhirnya mati.
Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi myxosporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.
Gambar 1. Benih ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan trout pelangi (Oncorhynchus mykiss) yang terserang penyakit myxosporidiasis
Gambar 2. Morfologi parasit myxosporidia (Myxosoma cerebralis, kiri) dan insang ikan mas yang dipenuhi kista myxosporidia (kanan)
Pengendalian :
• Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam) untuk memutus siklus hidup parasit.
• Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
• Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasit
• Pengendapan yang dilengkapi dengan filtrasi fisik (batu, ijuk, kerikil dan pasir)
• Belum ada bahan kimia yang efektif untuk mengobati penyakit ini.
Pencegahan dan pengobatan penyakit Myxosporeasis yang dapat dilakukan di lokasi budidaya adalah:
- Menerapkan manajemen kesehatan ikan secara baik dan benar,
- Segera memusnahkan ikan yang terinfeksi,
- Menghindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi,
- Menerapkan sistem filtrasi air sebelum menggunakannya,
- Mendesinfeksikan kolam yang terserang dengan melakukan pengeringan dan pengapuran (CaO) sebanyak 25 kg/ha yang kemudian dibiarkan selama seminggu,
- Spora dapat dibunuh (dieradikasi) dengan menggunakan unslaked lime (calsium oxide) 25% yang dibenamkan di dasar kolam sedalam 3 cm dan 380 g calsium oxide/m2 selama 2 hari.
Referensi:
- Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Dianogsa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.
- Munajat A. dan Budiman, N. S.2003.pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
- Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J. H. Boon, 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan., Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
- Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina Adiaksara. Jakarta.
- Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
- https://545inside.wordpress.com/2008/12/01/myxosporeasis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar