Jumat, 18 Juni 2021

Penyakit Ikan - Microsporidiasis

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang terjangkau oleh hampir sebagian besar lapisan masyarakat. Selain mengandung banyak asam amino esensial, ikan juga mengandung omega-3, omega-5 dan omega-6 yang berperan dalam mengontrol kadar kolesterol dalam darah serta untuk pertumbuhan otak terutama bagi balita dan anak-anak. Peningkatan produksi pada usaha budidaya ikan, diharapkan tidak hanya menjamin ketersediaan sumber protein hewani asal ikan; tetapi sekaligus meningkatkan kesejahteraan seluruh komponen yang terlibat dalam proses produksi, terutama pembudidaya ikan.Namun, tujuan dan harapan tersebut sering terkendala oleh masalah penyakit dalam proses produksi yang mengakibatkan penurunan target produksi, kerugian dan bahkan kegagalan usaha budidaya.

Secara umum, penyakit pada ikan dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksius dan non-infeksius. Pertama, penyakit infeksius disebabkan oleh organisme patogen yang ada dalam lingkungan atau terbawa oleh media pembawa lain. Lebih detail, kelompok penyakit ini dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu penyakit parasitik, mikotik, bakterial, dan viral. Kedua, penyakit non-infeksius biasanya disebabkan oleh masalah lingkungan, defisiensi nutrisi, atau abnormalitas genetis.Pada budidaya ikan dikenal pula istilah hama, dan kelompok ini termasuk dalam “penyakit” non-infeksius.

Pengelolaan kesehatan ikan adalah merencanakan, membangun dan mengoperasikan “sistem” yang bertujuan untuk mencegah munculnya kasus penyakit. Kunci dari kegiatan ini adalah pencegahan, dan hanya dapat dicapai melalui pengelolaan yang terintegrasi terhadap empat komponen budidaya ikan, yaitu: penyediaan kualitas lingkungan budidaya yang nyaman (environmental management), penyediaan induk dan benih yang prima serta bebas dari infeksi patogen potensial (broodstock management), pengelolaan pakan (feeding management) dan pengelolaan kesehatan (health management).Munculnya penyakit pada ikan sejatinya merupakan hasil interaksi yang kompleks antara tiga bio-sistem dalam perairan yaitu inang/ikan yang lemah akibat berbagai stressor, patogen yang virulen dan kualitas lingkungan yang memburuk.

Parasit adalah suatu organisme hidup pada atau di dalam organisme hidup lain (yang berbeda spesiesnya) yang selain mendapat perlindungan juga memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya.

Suatu organisme hidup dikatakan sebagai parasit apabila memenuhi ciri- ciri sebagai berikut:

a. Organisme hidup tersebut haruslah tinggal (sementara atau selama masa hidupnya) pada (organ tubuh bagian luar) atau di dalam (organ tubuh bagian dalam) organisme hidup lainnya.

b. Organisme hidup tersebut haruslah berbeda spesiesnya dengan organisme hidup yang didiaminya.

c. Organisme hidup tersebut minimal memperoleh keuntungan berupa tempat tinggal dan makanan dari organisme hidup yang didiaminya.

Parasit hidup, tumbuh, dan berkembang biak pada berbagai macam lingkungan. Parasit dapat digolongkan berdasarkan tempat tinggalnya menjadi parasit ekto parasit dan endo parasit. Berdasarkan siklus hidupnya, parasit dikelompokkan menjadi parasit intermitten, parasit fakultatif, dan parasit obigateri. Berdasarkan bio taksonomi, parasit dikelompokkan menjadi parasit tumbuhan dan parasit hewan.

Penyakit infeksi parasit yang sering menyerang ikan dari kelompok parasit protozoa meliputi golongan protozoa siliata sesil seperti Ambiphyra sp., Apiosoma sp., Capriniana sp., dan Epistylis sp. Golongan protozoa siliata motil seperti Chilodonella sp., Ichthyophthirius multifilis, Tetrahymena sp., dan Trichodina sp. Golongan protozoa flagella seperti Cryptobia sp., dan Ichthyopbodo sp.

Salah satu jenis protozoa yang paling sering menjadi kendala dalam budi daya ikan adalah Ichthyophthirius multifilis atau “ich” (penyakit bintik putih). Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah ikan tampak pucat, nafsu makan kurang, gerakan lambat, dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya di dinding kolam. Pada infeksi lanjut ikan megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen dan adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.

Parasit monogenea yang terkenal adalah antara lain Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp., dan Benedenia sp. Parasit dari golongan krustasea yang terkenal adalah Lernaea sp., dan Branchiura yang patogen adalah Argulus sp. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horizontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif.

Microsporidia
Microsporidia adalah parasit intrasel yang menyerang banyak inang di perairan, seperti ikan, kepiting, udang dan lain-lain. Perkembangan parasit umumnya di dalam sitoplasma sel inang melalui peningkatan jumlah inti dan pembentukan spora. Adapun Microsporidia yang menginfeksi udang adalah Agmasoma, Ameson, Nosema, Pleistophora, Tuzetia, Thelohania,dan lain-lain.

Tanda udang yang terinfeksi Microsporidia adalah apa yang dikenal di kalangan pembudidaya dengan penyakit udang kapas (Cotton Meat diseas). Yakni berat udang tidak sesuai dengan ukurannya, beratnya jauh di bawah ukuran udang normal..

Enterocytozoon hepatopenael(EHP) termasuk famili Microsporidia yang menyerang hepato pankreas udang. EHP merupakan parasit obligat intraseluler C dan hanya berkembang biak di dalam sel yang menginfeksi seluruh sel epitel hepatopankreas sehingga menyebabkan pertumbuhan udang lambat dan juga ditemukan pada white feces disease.

Diduga, EHP masuk ke dalam tubuh udang sehat melalui kanibalisme udang yang terinfeksi dan dari spora EHP yang terdapat di dasar kolam. Dari saluran pencernaan, spora menembus lapisan usus masuk ke dalam saluran peredaran darah dan terus ke hepatopankreas melalui pori-pori tubular. Selanjutnya spora berkembang biak di dalam sel epitel hepatopankreas. Akibatnya sel epitel pecah dan spora keluar melalui tubular hepatopankreas dan masuk ke saluran pencernaan untuk selanjutnya keluar bersama feces.

Adanya spora EHP di dalam saluran pencernaan menyebabkan lapisan dinding lambung rusak sehingga proses pencernaan terganggu dan pertumbuhan udang menjadi lambat. “Bahkan tidak itu saja, EHP juga memperparah terjadinya infeksi penyakit yang lain,” tuturnya.

Warna hepatopankreas udang yang dalam kondisi normal berwarna hitam akan berubah menjadi coklat dengan bercak putih pada tahap awal terinfeksi EHP. Seiring berkembangnya infeksi EHP maka warna hepatopankreas juga akan berubah menjadi coklat pucat terus kekuningan dan akhirnya pucat menghitam.

Penyebab : Microsporidia dari genera Thelohania, Nosema dan Peistophora

Bio – Ekologi Patogen :
  • Disebut sebagai penyakit udang kapas dan/atau udang susu.
  • Memiliki lebih dari 8 spora dalam tiap kapsul
  • Hampir semua jenis udang penaeid dilaporkan paling sedikit rentan terhadap infeksi salah satu jenis dari parasit golongan microsporidia, meskipun ada indikasi lokal spesifik
  • Patogenisitas rendah, tingkat prevalensi dalam satu populasi umumnya tidak lebih dari 5% dan mortalitas yang diakibatkannya juga relatif rendah
Gejala klinis :
  • Bagian tubuh udang yang terinfeksi berwarna putih susu dan lebih lunak
  • Spora yang berwarna putih menyebar di bagian daging/otot (internal parasite)
  • Udang lemah, mudah stress, nafsu makan menurun, lamban sehingga mudah dimangsa predator, serta mudah mati setelah penanganan (handling)
Diagnosa :
  • Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
  • Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi microsporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.

Gambar 1. Udang yang terserang penyakit microspordiasis, warna otot/daging seperti kapas/susu


Gambar 2. Morfologi parasit microsporidia (Pleistophora spp.)

Pengendalian :

• Desinfeksi, pengeringan dasar tambak dan sumber air yang bebas dari microsporidia
• Udang yang terinfeksi segera dimusnahkan, untuk mengurangi potensi penularan secara horizontal
• Untuk memotong siklus hidup parasit, hindari pemberian pakan berupa ikan rucah yang terinfeksi microsporidia
• Tidak ada bahan kimia yang efektif untuk mencegah dan/atau mengobati penyakit microsporidiasis.

Referensi:
  1. Afrianto, E.; Liviawaty, E.; Jamaris, Z.; dan Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
  2. Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
  3. Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. Bangka Belitung: UBB Press.
  4. Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Dianogsa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.
  5. Munajat A. dan Budiman, N. S.2003.pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
  6. Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina Adiaksara. Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar