Budidaya di sektor perikanan masih menjadi primadona masyarakat. Bisa kita lihat bahwa nilai jual hasil perikanan sangat tinggi karena dapat diolah menjadi aneka ragam masakan, dan memiliki banyak manfaat yang baik untuk tubuh kita, seperti membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh, serta menjadi sumber energi. Namun, permasalahan terbesar yang dapat membuat pembudidaya rugi adalah penyakit yang sering menyerang ikan, salah satunya adalah infeksi parasit Trichodina.
Trichodiniasis merupakan penyakit gatal pada ikan yang disebabkan oleh protozoa Trichodina sp., yang pada umumnya menginfeksi bagian luar seperti kulit, sirip dan ingsang ikan, namun sering pula dijumpai menginfeksi organ dalam seperti saluran kemih dan masuk ke dalam rektum dan kloaka ikan. Sekitar 112 jenis Trichodina sp. telah teridentifikasi dari ikan, namun pada umumnya mengakibatkan masalah yang hampir sama.
Taukah kalian apa itu Trichodina? Trichodina s.p merupakan protozoa yang dapat menyebabkan penyakit trichodiniasis (penyakit gatal). Trichodina dapat menyerang semua benih ikan air tawar, payau dan laut yang baru menetas hingga umur satu bulan. Trichodina biasanya menyerang bagian kulit, sirip, kepala dan insang. Populasi Trichodina s.p di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas ke musim dingin. Kematian ikan yang terinfeksi dapat mencapai 50% dari total populasi.
Bentuk parsit ini bundar yang menyerupai topi, simetris dengan ujung tumpul dan sisi lateral berbentuk seperti lonceng. Bergerak dengan bulu getar (cilia) yang terdapat pada “aboral disk” dengan gerakan yang cepat di permukaan tubuh, ingsang dan sirip ikan. Ciri khas patogen ini adalah cincin dentikel yang berfungsi sebagai alat penempel pada inang, cincin dentikel tersebut dilengkapi dengan tanduk dan pisau yang berkembang dengan baik.
Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di lapisan epitel ikan dengan bentuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit segera berputar-putar sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan mengakibatkan iritasi yang serius. Pada lingkungan dengan populasi parasit yang cukup tinggi, umumnya apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini menjadi lebih berbahaya.
Ikan yang terinfeksi Trichodina sp. akan terlihat pucat, nafsu makan berkurang, gerakan lamban, sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dinding kolam, iritasi, tubuh ikan tampak mengkilat karena produksi lendir yang bertambah dan pada benih ikan sering mengakibatkan sirip rusak atau rontok
Bio-Ekologi Patogen :
• Protozoa dari golongan ciliata, berbentuk bundar, simetris dan terdapat di ekosistem air tawar, payau dan laut. Trichodina spp. berukuran 45-78 μm, Trichodinella (24-37 μm) dan Tripartiella (lebih dari 40 μm)
• Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel
• Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan
• Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitik sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati/hancur.
• Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan/atau cendawan.
Gejala Klinis :
• Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
• Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya (gatal)
• Frekwensi pernapasan meningkat dan sering meloncat- loncat
• Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin),
• Iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan
• Sirip rusak, menguncup atau rontok
Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.
Gambar 1. Insang benih ikan yang terinfeksi oleh parasit Trichodinella spp.
Gambar 2. Morfologi Trichodina spp. yang diwarnai dengan pewarna trichrome silvernitrate
Pengendalian :
• Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air ≥ 29o C
• Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
• Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
- Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
- Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari
- Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
- Larutan formalin pada dosis 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
- Larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit
- Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 – 4 kali
- Copper sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih, diulang setiap 2 hari sekali
- Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit, diulang setiap 2 hari
Penyakit ini juga dapat diobati dengan merendam ikan dalam larutan garam dapur dengan konsentrasi 500 – 10.000 ppm selama 24 jam, larutan Kalium Permangat 4 ppm selama 12 jam, dan larutan formalin dosis 200 ppm sekitar 30-60 menit atau dosis 25 – 50 ppm selama 24 jam atau lebih. Selain itu, dapat juga dilakukan perendaman dalam larutan Acriflavin dengan konsentrasi larutan 10 – 15 ppm selama 15 menit, larutan Asam Asetat Glacial 0,5 mL/L selama 30 detik setiap dua hari selama 3 – 4 kali, dan larutan Copper Sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih dan diulang setiap dua hari.
Trichodina juga dapat diobati dengan alternatif bawang putih dan daun pepaya. Ikan direndam dalam 25 gram bawang putih yang dihaluskan dan dicampur dengan 1 liter air. Sedangkan pengobatan dengan daun pepaya dapat dilakukan dengan merendam ikan selama 1 jam dalam air berisi 2 gram daun pepaya yang dicacah halus dan dilarutkan dalam 100ml air, selain itu batang dan daun pepaya juga dapat digunakan sebagai pakan dengan dosis 15kg untuk 100 kg ikan. Serangan Trichodina ini dapat dikendalikan dengan beberapa cara, yaitu mempertahankan kualitas air dan suhu tetap ± 29° C, mengurangi kadar bahan organik terlarut, dan atau meningkatkan frekuensi pergantian air.
Referensi:
- Afrianto, E.; Liviawaty, E.; Jamaris, Z.; dan Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
- dkp.gunungkidulkab.go.id. 2020, 18 Januari. Trichodina sp., si Cakram Pembunuh Ikan. Diakses pada 27 Juli 2020, dari https://dkp.gunungkidulkab.go.id/berita-483/trichodina-sp-si-cakram-pembunuh-ikan.html
- Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. Bangka Belitung: UBB Press.
- Rahmi. 2012. Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dibudidayakan Pada Tambak Kabupaten Maros. Jurnal Octopus Ilmu Perikanan, 1(1), 19-23
- Suprayitno, E. 2017. Dasar Pengawetan. Malang: UB Press
- Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Dianogsa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.
- Munajat A. dan Budiman, N. S.2003.pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
- Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina Adiaksara. Jakarta.Bagikan ini:Sumber :
- Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com
- https://545inside.wordpress.com/2008/12/05/trichodiniasis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar